Selasa, 08 November 2022

Overload Pesan WA dan Bikin Cemas, Apa yang Bisa Dilakukan?



Oleh Dwi Ayu Elita K. 

WhatsApp (WA) adalah aplikasi perpesanan gratis paling populer di dunia. Penggunaan yang mudah dan cepat dengan dukungan internet memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan menerima ribuan pesan atau panggilan telepon dalam sehari. 

Ketika WA hadir menggantikan email sebagai media penyampai pesan, dunia terkagum-kagum dengan kecanggihan aplikasi ini dalam memberikan kepastian pengiriman pesan. Kurang dari satu detik begitu kita menekan logo “kirim pesan”, segera muncul penanda apakah pesan tersebut terkirim atau sudah terbaca oleh penerima. Tidak hanya itu, kita juga bisa mengetahui jam dan menit terakhir orang yang kita hubungi aktif menggunakan WA. 

Menengok feature pengiriman pesannya yang sebegitu menjanjikan kepastian pesan itu terkirim dengan cepat, tepat dan terkontrol statusnya, beramai-ramai masyarakat dunia segera menginstal aplikasi itu. Termasuk saya, dan tentu saja anda, bukan? 

Dikutip dari portal berita Kompas, aplikasi WA sendiri telah diunduh sebanyak 2 miliar di seluruh dunia dan pesan yang dikirimkan lewat WA per harinya dapat mencapai sebanyak 100 juta (Stephanie, 2020).

Dalam dunia kerja, seluruh sektor bisnis dan beragam jenis pekerjaan semuanya menggunakan WA. Surat elektronik yang sebelumnya bertahun-tahun digunakan sebagai media berkirim pesan paling modern di era digital digeser penggunaannya oleh aplikasi ini. Melalui WA setiap para profesional dapat mengirimkan dokumen surat digital, file, berbagai berkas keputusan dan tentu saja berbagai perintah kerja semua dilakukan melalui WA.

Akan tetapi seperti mata koin yang selalu mempunyai dua sisi, selain memiliki banyak manfaat, tidak dipungkiri penggunaan WA pun juga mempunyai dampak negatif. Apa perubahan yang Anda rasakan sebagai pekerja semenjak komunikasi formal informal kita beralih dari email ke WA?

Bagaimana rasanya ketika seketika private boundaries kita dimonitor sepanjang waktu oleh dunia eksternal di luar diri kita?

Bagaimana rasanya ketika 24 jam atasan kita bisa mengirimkan pesan perihal pekerjaan dan mereka berharap kita segera merespon pesannya?

Rasanya seperti diserang kapan saja, dimana saja, siapapun bisa menjangkau keberadaan kita. Bahkan di saat seharusnya kita memiliki hak untuk beristirahat serta berkumpul dengan keluarga tercinta. Parahnya lagi, ketika kita kurang cekatan merespon pesan yang dikirim oleh rekan kerja atau atasan di kantor, label tidak berdedikasi segera disematkan pada nama kita. 

Ternyata kecepatan berkirim pesan pekerjaan belakangan ini justru menjadi beban bagi sebagian besar pekerja.

Blabst & Diefenbach (2017) dalam penelitiannya tentang “WhatsApp and Wellbeing: A study on WhatsApp usage, communication quality and stress” menemukan bahwa intensitas dan frekuensi penggunaaan aplikasi pengirim pesan instan seperti WA beresiko menurunkan derajat kesejahteraan psikologis. 

Eksperimen yang dilakukan oleh Blabst & Diefenbach (2017) menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi pengirim pesan instan dalam frekuensi tinggi meningkatkan tension atau ketegangan di dalam diri penggunanya. Tanpa kita sadari, bisa jadi kita mengalami WhatsApp Anxiety (WA-A).

Whatsapp Anxiety ini membuat penderitanya merasakan takut saat melihat notifikasi pesan WA, gelisah saat pesan yang sudah dikirimkan tak kunjung mendapatkan balasan, dan juga cemas ketika melihat banyaknya pesan yang belum terbaca karena berpikir dengan begitu banyaknya chat yang belum terbaca itu ia tertinggal berbagai macam informasi.

Lalu pertanyaan berikutnya, apa yang harus kita lakukan sebagai pekerja di tengah gempuran keharusan akan kesegeraan saat ini termasuk dalam menanggapi pesan pekerjaan yang membludak setiap harinya baik melalui personal chat maupun group WA?

Salah satu yang bisa kita lakukan untuk membantu diri kita sendiri untuk mengatasi kecemasan ini adalah berlatih mindfulnes

Teknik mindfulness merupakan teknik yang berfokus pada kondisi kesadaran dan pengalaman saat ini dengan penuh penerimaan (Germer, Siegel, & Fulton, 2005). Teknik ini menekankan pada kesadaran, menyadari sepenuhnya terhadap hal-hal yang terjadi saat ini diterima sepenuhnya tanpa penilaian dengan mengabaikan pengalaman lain (Mace, 2008).

Kecemasan yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut dapat diatasi dengan penerapan mindfulness (Atkinson, Atkinson, & Hilgard, 2001).

Dari beberapa jenis latihan mindfulness yang ada, setidaknya dua latihan mindfulness sederhana berikut dapat membantu kita lebih berkesadaran di tengah kesibukan pekerjaan dan pesan WA yang membanjiri gadget kita yaitu, 3 minutes breathing dan sitting practice. Keduanya bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun oleh siapapun. 

Pada teknik 3 minutes breathing, kita merasa lebih tenang, rileks, menjadi lebih fokus, dapat berkonsentrasi dan memiliki pikiran yang baik. Sementara itu, teknik sitting practice membuat kita menjadi lebih tenang, terhindar dari perasaan negatif dan rileks. 

Latihan mindfulness yang diterapkan membuat keadaan otak individu memasuki kondisi gelombang alfa. Ketika otak individu berada pada gelombang alfa, mengakibatkan penurunan kecemasan dan meningkatkan perasaan tenang dan positif (Brown & Ryan, 2003).

Referensi:
Atkinson, R.L.,Atkinson, R.C., & Hilgard, E.R. (2001). Pengantar Psikologi. Jilid Dua. Alih Bahasa : Widjaja Kusuma. Batam : Interaksara.

Blabst,N. & Diefenbach,S. 2017. Whatsapp And Wellbeing: A Study On Whatsapp Usage, Communication Quality And Stress. DOI:10.14236/ewic/HCI2017.85

Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2003). Perils and Promise in Defining and Measuring Mindfulness: Observations from Experience. Clinical Psychology: Science and Practice. https://doi.org/10.1093\/clipsy\/bph078

Germer, C. K., Siegel, R. D., & Fulton, P. R. (2005). Mindfulness and psychotherapy. New York: Guilford Press.

Stephani, C. (2020, September). WhatsApp Saat Ini, 2 Miliar Pengguna 100 Miliar Pesan Per Hari. Kompas.com. Diakses dari https://tekno.kompas.com/

Mace, C. (2007). Mindfulness and mental health: Therapy, theory and science. Routledge.

Sumber gambar:
\
Share:

0 komentar:

Posting Komentar