Tampilkan postingan dengan label Mind & Brain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mind & Brain. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 April 2020

Saat Bala Melahirkan Waskita (Bagian 2, Habis)



Oleh Tauhid Nur Azhar 

Kecerdasan kognitif terkanalisasi dalam saluran berprioritas tinggi untuk memodulasi, bahkan memanipulasi berbagai potensi untuk mempertahankan eksistensi. 

Kebijakan didominasi upaya terkonstruksi mempertahankan eksistensi, bahkan melalui cara-cara yang bersifat agresi, ekspansi, okupasi, dan terkadang semua itu disertai sifat destruksi. 

Angkara yang bersimaharaja, berkelindan dengan banjir neurotransmiter pengeksitasi dan melahirkan ketrampilan berseni tinggi dalam proses mengeksploitasi berbagai hal yang semestinya dimaknai sebagai potensi untuk berbagi. 

Domain qualia atau roso yang sebenarnya merupakan representasi akumulasi kecerdasan dalam modul intelijensia qolbiyah, kini menyusut kisut, terpojok ke sudut, tergantikan oleh pusaran vorteks kusut yang berasal dari olah pikir yang kalut. 

Ketidakseimbangan stream konektomik antar wilayah pengambilan keputusan strategik, mengakibatkan lahirnya turbulensi sistemik. PFC dan Insula sulit berkolaborasi dengan area Basal Ganglia. 

Hipokampal area teralienasi dalam kepungan arus deras kecemasan yang membanjir deras, dari hulu Batang Otak yang telah tererosi dan daya dukung rasionalnya terdegradasi. 

Konflik keluarga sesama trah prosensefalon yang rukun sejak embrional kini meruncing. Telensefalon tak lagi bertegur sapa dengan diensefalon. Neokorteks dan PFC tak lagi hangat bercerita dengan thalamus dan hipokampus. 

Apalagi jika bicara di tingkat wangsa keturunan tuba neuralis: prosensefalon, mesensefalon, dan rhombencephalon yang telah berdiferensiasi dan mengalami spesifikasi fungsi meski sudah semestinya terus menyambung silaturahmi dan membina komunikasi karena toh bersama menjalankan banyak fungsi. 

Grup WA keluarga menjadi panas, banyak kasus unfriend dan unfollow di berbagai media di mana bagian-bagian fungsional otak semestinya saling berinteraksi untuk membangun sinergi. 

Maka tak heran jika jonggring salaka bernama qualia terdampak panasnya olakan kawah Chandradimuka yang meletupkan nafsu membara dari dasar dapur magma naluri manusia. 

Dan kini di saat langit mendadak sepi dan riuh rendah jalanan tak lagi bersahutan. Ada bisikan halus yang perlahan terdengar semakin keras. Bahkan semakin lama semakin tegas. Mungkin agar selain mulai berpikir cerdas, juga harus bertindak gegas, sekaligus belajar bersikap ikhlas. 

Pageblug meredam nafsu kemayu untuk tampil oke selalu, ia menggantikan itu dengan panggilan cumbu rayu untuk bersatu dan melangkah secara padu. 

Kearifan dan welas asih kembali mendapat pentas yang pantas untuk tak sekedar menyintas, tapi juga menjadi bagian dari solusi tuntas. 

Mari kita lihat bagaimana kini manusia lebih peduli pada saudara dibanding pada dirinya sendiri. Empati lahir dalam bentuk partisipasi untuk saling mensubstitusi dan melengkapi apa yang kini banyak tak lagi dimiliki. 

Kolaborasi hadir nyaris tanpa koordinasi karena yang berbicara adalah frekuensi hati. OFC, PFC, ACC, dan Insula tak lagi menjadi sekedar kuda penghela, melainkan ber tiwikrama menjadi maruta (angin) yang memutar kincir peniup akasa (langit) yang menjadi media lahirnya dahana (api). 

Daya guna bertenaga untuk mengubah petaka menjadi penyubur banthala (bumi) dengan berpandu kerlip kartika (bintang) ilmu yang menjadi navigasi dalam proses mencari jati diri. 

Maka pageblug ini adalah medan kurusetra dimana angkara akan berguguran disapu sifat Asta Brata yang merepresentasi jiwa ksatria dalam setiap dimensi spiritual manusia. 

Lihatlah ksatria-ksatria muda dari berbagai tlatah bangsa, kini menyatu bersama, mengikhlaskan diri dalam jalan dharma bagi kepentingan ummat manusia. 

Inilah mungkin makna qualia semesta yang datang bersama bala yang seolah merenggut rasa aman maya, dan menghempaskan kita ke dasar nalar tak berkadar. 

Dan di saat terkapar, terlihatlah kerlip berpendar di tubir sadar... selalu ada jalan keluar, jika ada kekuatan untuk bersandar. 

La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim,  lafadz hauqalah yang menisbatkan bahwa kita semua tak bisa terlepas dari kuasa dan ketentuan Allah.

Sumber gambar:

Kamis, 12 September 2019

Spiderman dan Neuroleadership


Oleh Duddy Fachrudin

Jauh-jauh hari sebelum Spiderman berguru pada Tony Stark alias Iron Man dan bertransformasi menjadi lebih futuristik, ia adalah remaja biasa yang senang belajar, pengantar pizza, dan pengagum setia Marry Jane Watson, yang berharap dapat bermalam minggu berdua bersama.

Namun kekuatan yang diperolehnya menuntutnya untuk bertanggung jawab. The great power comes great responsibility. Teringat ia dengan pesan Uncle Ben tercintanya. Maka hari-hari yang dilaluinya adalah pengambilan keputusan: menjadi Peter Parker atau beraksi menumpas kejahatan dengan kostum laba-labanya?

Nyatanya proses pengambil keputusan sangatlah kompleks. Beberapa bagian otak berperan di dalamnya, seperti dorsolateral prefrontal cortex (dlPfc), orbitofrontal cortex (oFc), ventromedial prefrontal cortex (vmPfc), dan anterior cingulate cortex (ACC). Belum lagi nucleus accumbens (NAcc), amygdala, ventral tegmental area (VTA), serta insular dan somatosensory cortex.

Bayangkan saat Mary Jane sudah mengiyakan ajakan nonton, tiba-tiba sensor laba-laba Peter Parker berbunyi. Sudah asyik mau nge-date dengan doi, eh ada cecunguk (penjahat) yang mengganggu.

Susah loh jadi Peter Parker. Maka Peter Parker di dunia nyata maujud dalam profesi-profesi sosial yang senantiasa dibutuhkan orang lain. Atau ia juga merupakan pemimpin yang selalu dinanti keputusannya.

Pengelolaan aktivitas pada bagian otak menjadi kunci dari pengambilan keputusan yang waskita. Change your brain change your life atau sebaliknya mengubah kehidupan (perilaku) mengubah otak kita. Ini karena otak bersifat plastis.

Maka keputusan waskita nan bijaksana merupakan keputusan berbasis nilai dan visi, terkontrol oleh norma, tidak tergesa-gesa, dan pastinya tidak menghasilkan kesenangan semu atau sesaat.

Whatever comes our way, whatever battle we have raging inside us, we always have a choice. Bukan hanya Spiderman dan para pemimpin kali ya. Ini kan tentang kita, manusia dengan segenap potensinya.

Eh tapi, bagaimana caranya mengelola dorsolateral dan kawan-kawannya itu sehingga kita bisa menghasilkan keputusan yang bijaksana?

Sumber gambar:
Dokumentasi pribadi

Minggu, 20 Agustus 2017

The Mindful Entrepreneurs


Oleh Sendy Ardiansyah & Duddy Fachrudin

Steve Jobs terkenal sebagai sosok pengusaha sukses, penemu yang inovatif, pemimpin yang memiliki visi, serta presenter handal. Jika orang menyebutkan kata iphone, ipod, dan Apple, memori kita biasanya tertuju pada namanya. Padahal ada satu orang yang memiliki jasa yang sangat besar dibalik kesuksesan Apple. Sosok sederhana yang menyukai komputer dan dia merupakan otak dibalik produk-produk Apple. Dialah partner Jobs yaitu Steve Wozniak.

Karakter Wozniak tidak seperti Jobs yang memiliki ambisi yang tinggi terhadap sesuatu. Ia sangat kalem, tenang, dan bahkan cenderung berhati-hati dan sedikit takut, serta tidak terburu-buru bertindak. Saat ia diajak Jobs untuk merintis Apple tahun 1976, ia masih bekerja sebagai engineer di Hewlett Packard (HP). Dan ketika tahun 1977, saat seorang investor siap membiayai Apple, ia masih enggan keluar dari perusahaan itu. Akhirnya, dengan menimbang usulan dari berbagai pihak dekatnya, Wozniak bersedia keluar dari HP dan fokus membangun Apple.




Lalu, siapa yang tidak mengenal Bill Gates? Ia pengusaha sukses yang drop out dari Harvard dan banyak menjadi contoh di berbagai buku dan seminar bisnis. Orang terkaya nomor 1 saat ini tersebut memang keluar dari Harvard, namun ia tidak dilakukan dengan terburu-buru. Dalam bukunya yang berjudul Originals, Adam Grant menuturkan bahwa Bill Gates menjual program software saat tingkat dua, dan menunggu setahun penuh sebelum akhirnya berhenti kuliah. Bahkan pada saat itu pun, pria berkaca mata itu belum benar-benar keluar. Ia menyeimbangkan portofolio resiko dengan mengajukan cuti formal yang disetujui pihak kampus. Ia juga meminta orang tuanya tetap membiayainya.

Pikirannya begitu matang dan penuh perencanaan. Bill Gates merintis usahanya dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Hal ini dilakukan agar ia dapat meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.

Hal yang sama dilakukan oleh duo maut pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin. Keduanya kompak membangun Google dengan perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Mereka tetap menempuh program doktoralnya meskipun telah menemukan Google. Bahkan karena ingin fokus pada penelitian doktoralnya, mereka berdua mencoba menjual Google. Namun calon pembelinya menolak tawaran yang diajukan mereka yang “hanya” kurang dari dua juta dolar dalam bentuk saham.

Kurang lebih satu dekade yang lalu, seminar-seminar bisnis sangat marak di Indonesia. Tidak jarang di event tersebut peserta diajarkan untuk jangan terlalu banyak berpikir dan take action segera memulai bisnis. Bahkan ada satu dua pemateri yang mengajarkan berhutang kepada pesertanya agar bisnis cepat terealisasi dan balik modal serta untung cepat. Teorinya mulailah dengan otak kanan dan mengabaikan otak kiri.

Namun, dan konteks ilmu neurosains, tidak ada bagian otak yang bekerja sendiri. Keduanya bekerja bersamaan. Yang membedakan otak kanan dan kiri adalah mengenai fungsi koordinasi gerak. Otak kanan mengatur gerakan organ bagian kiri, dan otak kiri sebaliknya.

Oleh karenanya sangat tidak tepat jika memulai bisnis tanpa berpikir dan modal nekat. Atau berbisnis dengan coba-coba, yaitu coba ini coba itu. Karena hal ini banyak orang yang baru merintis usahanya kehilangan arah, kehilangan waktu banyak, dan akhirnya bangkrut.

Lalu, mengapa tidak mencontoh apa yang dilakukan Wozniak, Bill Gates, dan duo pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin saja? Mereka adalah para pengusaha mindful (the mindful entrepreneurs), yang dicirikan dengan penuh perencanaan, pertimbangan, hati-hati dan tidak terburu-buru dalam bertindak, serta dapat memilah fokus. Para pengusaha yang mindful lebih mungkin sukses daripada mereka yang tidak mindful dan penuh ketergesaan. Selain itu, menurut Adam Grant, mereka lebih orisinal, yang menurut kamus Merriam-Webster berarti:

Sesuatu dengan karakter tunggal atau unik; seseorang yang berbeda dari orang lain dengan cara yang memikat atau menarik; seseorang berkapasitas inisiatif atau inventif.

Referensi:
Grant, A. (2016). Originals: How non-conformists move the world. Penerbit: Viking, Imprint of Penguin Random House.

Sumber gambar:
https://www.inovasee.com/buat-kamu-para-fresh-graduate-inilah-3-pekerjaan-yang-paling-disarankan-oleh-bill-gates-24237/