Tampilkan postingan dengan label Review Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review Buku. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Juni 2020

Buku Mindfulness: Waras From Home (WFH)



Oleh Duddy Fachrudin

Corona bukan lagi soal menyoal virus dan permasalahan kesehatan dunia. Ia laksana cermin jiwa yang mengukur sejauhmana kejernihan dan kewarasan pikiran serta hati manusia.

Kewarasan memang seyogianya berhulu dari rumah (home). Rumah bukan hanya terkait tempat tinggal dan berlindung dari hujan dan terik matahari. Juga bukan cuma tentang kenyamanan dan kehangatan cinta yang diperoleh oleh penghuninya.

Salah satu definisi rumah menurut kamus Merriam-Webster adalah a place of origin. Rumah adalah tempat asal.

Pertanyaannya: dimanakah tempat asal kita, manusia?

Manusia yang menyadarinya, sesadar-sadarnya, akan menjalani hidup dengan waras (sehat), meski ia tahu bahwa dunia berisi segala macam rasa, yang salah satunya adalah derita.

Corona menyambangi kehidupan manusia membawa pesan yang ditangkap indera dan dipersepsi secara berbeda-beda oleh setiap individu.

Buku ini adalah sekumpulan persepsi itu, yang semoga bisa memberikan sedikit saja kebermanfaatan bagi siapapun yang membacanya. 




Selasa, 07 Agustus 2018

Gence Nan Kece Senikmat Latte (Review Buku)


Oleh Duddy Fachrudin

Gence: Membedah Anatomi Peradaban Digital.

Dari judulnya saja kita dapat menebak isi buku ini tidak hanya berbicara tentang satu hal. Ibarat membuka sebuah kulkas, maka kita akan mendapatkan beragam "makanan dan minuman" dalam buku Gence.

Ada kajian mengenai sejarah peradaban manusia, teknologi informasi dan komunikasi (ICT), tata kelola kota (smart city), smart tourism, kecerdasan buatan, kesehatan dan psikologi (perubahan perilaku di jaman now), diskusi mengenai hoak, manajemen dan leadership, fintech, otak dan neurobiologi, serta banyak lagi.

Semua itu dikupas secara cantik oleh Kang Tauhid Nur Azhar, dan penulis lainnya  yang memiliki keilmuwan yang beragam. Maka Gence adalah sebuah kolaborasi ciamik yang perlu kita baca oleh kita (baca: warga peradaban digital) agar mengoptimasi kemampuan iqra sehingga dapat "berselancar" di revolusi indutri ke 4.0.

Satu hal yang mungkin spesial dari Gence adalah kadang-kadang kita mengernyitkan dahi ketika membacanya, terutama saat menemukan istilah atau vocabulary yang sebelumnya belum kita ketahui.

Kalau dianalogikan dengan latte, maka itulah bagian espresso-nya. Pahit.

Namun karena kita terus membaca dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, susu yang telah di-steam "mengguyur" espresso tersebut. Rasa pun berubah dan lebih berwarna.

Lalu setelah selesai membaca Gence, kita "merasakan" foam susu dari latte masih melekat dalam pikiran kita yang kemudian...

membuat kita memikirkan arti sesungguhnya dari spesies bernama manusia.

###

Judul Buku: 
Gence: Membedah Anatomi Peradaban Digital

Penulis: 
Tauhid Nur Azhar, Bambang Iman Santoso, Arwin Datumaya WS, Adang Suwandi Ahmad, Suhono Harso Supangkat, Supra Wimbarti, Shelly Iskandar, Elvine Gunawan, FX Wikan Indrarto, Budi Syihabuddin, NGX, Andhita Nurul Khasanah, Insan Firdaus, Dani Sumarsono, Dody Qori Utama, Ian Agustiawan, Alila Pramiyanti, Ina Kurniati, Santi Indra Astuti, Nugraha P. Utama, Duddy Fachrudin, N. Nurlaela Arief, Diana Hasansulama

Penerbit:
Tasdiqiya Publisher

Sumber gambar:
https://deskgram.org/explore/tags/PeradabanDigital