Tampilkan postingan dengan label Minimalis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Minimalis. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Mei 2020

Menggapai Keseimbangan: Dari Spanish Flu Hingga Covid-19



Oleh Hamzah Abdurrahman

100 tahun sejak Spannish Flu yang menginfeksi 1/3 populasi dunia dan menelan lebih dari 50 juta korban jiwa[1], manusia kembali mendapat sebuah pandemi yang sangat menghebohkan masyarakat dunia: Covid-19.

Jika kita melihat sejarah terjadinya pandemi di muka bumi, mereka selalu menyisakan perubahan drastis bagi kehidupan manusia.

Seperti Spannish Flu pada tahun 1918 yang tepat sekali dengan berakhirnya Perang Dunia (PD) pertama. Dimana berakhirnya wabah tersebut merubah pemikiran manusia terutama dari sisi teknologi industri kesehatan.

Pasca wabah Spannish Flu, banyak sekali perusahaan kesehatan yang bermunculan baik itu dalam produk obat obatan, alat kesehatan, dan sebagainya. Hingga pada akhirnya, wabah tersebut hanya berlangsung selama 2 tahun hinnga berakhir di tahun 1920.

Berbeda dengan coronavirus yang terjadi tahun ini. Dimana virus tersebut datang ketika populasi manusia berjumlah 7,7 miliyar[2] dengan segudang masalah yang berdampak pada perubahan iklim.

Maka tak heran, sebelum terjadinya wabah ini, isu climate change dan lingkungan hidup menjadi pusat perhatian.

Meledaknya populasi manusia dalam 100 tahun terakhir, menuntut kebutuhan akan sumber daya alam dan lahan tempat tinggal menjadi semakin tinggi. Ditambah dengan meningkatnya populasi manusia di kota kota besar, menjadikan manusia terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu atau biasa kita sebut dengan urbanisasi.

Pertambahan populasi manusia menjadi kesempatan orang-orang atau kelompok untuk menyediakan kebutuhan manusia seperti pangan, tempat tinggal, pakaian, mobilitas, dan berbagai jenis kebutuhan lainnya.

Bahkan bukan hanya menyediakan kebutuhan manusia, akan tetapi membentuk sebuah tren gaya hidup baik dalam bentuk fashion, kendaraan, properti, dan berbagai tren gaya hidup.

Demi memenuhi permintaan manusia akan kebutuhan dasar dan gaya hidup terjadi banyak eksploitasi alam dan perusakan lingkungan secara masif yang berlangsung selama puluhan tahun. Maka tak heran, dengan meningkatnya gaya hidup manusia, seringkali membentuk perilaku hedonisme.

Perilaku ini menjelma bak “virus” yang penyebarannya semakin cepat melalui perantara teknologi informasi. Tak heran jika barang barang branded, rumah dan kendaraan mewah mejadi cita-cita baru bagi manusia.

Bahkan beberapa kelompok manusia, rela mengurangi kebutuhan primernya seperti asupan makanan, hanya untuk membeli sebuah gadget Apple terbaru. Tentu hal ini menjadi sebuah fenomena yang mengkhawatirkan, dimana manusia menggeser prioritas akan kebutuhan hidup menjadi gaya hidup.

Hedonisme, perilaku berlebih-lebihan yang menggerus keseimbangan disadari oleh mereka yang peduli akan kesederhanaan.

Beberapa kelompok manusia, membuat sebuah inovasi untuk membantu merubah mindset manusia agar dapat mengendalikan diri dari berkembangnya moderenisasi.

Inovasi gaya hidup tersebut adalah hidup minimalis. 

Apa itu tren hidup minimalis? Pada dasarnya, tren ini mencoba mengembalikan fungsi atau skala prioritas manusia dimana kebutuhan hidup jangan sampai tergeser oleh gaya hidup.

Lalu apakah kita tidak boleh memiliki gaya hidup? Tentu saja boleh, namun kita harus bisa mengontrol keinginan gaya hidup dengan memperhatikan kemampuan diri sendiri.

Bahkan gaya hidup tersebut jika dimanfaatkan dapat meningkatkan produktivitas manusia. Sehingga kita hanya akan membeli barang jika memang barang tersebut diperlukan.

Tren minimalis kini bukan hanya sekedar tentang membeli barang yang perlu dan tidak diperlukan. Tren ini kini berkembang pada kepedulian akan lingkungan hidup bahkan pada arsitektur bangunan.

Tren minimalis kini memikirkan apakah aspek kehidupan kita mengganggu kesehatan dan kelestarian lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik, pakaian untuk jangka waktu panjang, kendaraan berbasis motor listrik, hingga masuk pada tren untuk menggunakan kendaraan umum sebagai alat mobilitas utama.

Dari segi arsitektur atau kebutuhan akan tempat tinggal, tren minimalis menghadirkan solusi bagi masyarakat urban yang tinggal di daerah pemukiman padat. Tren ini mencoba memanfaatkan ruangan yang tersedia agar dapat memenuhi kebutuhan manusia, yaitu dengan mengoptimalkan ruangan rumah menjadi lebih efektif untuk digunakan.

Seorang arsitek Indonesia bernama Yu Sing memiliki semangat menghadirkan desain rumah ramah lingkungan bagi semua kalangan masyarakat. Konsep hunian yang dihadirkan Yu Sing memang sangat unik. Ia menghadirkan konsep hunian yang berkolaborasi antara alam dan manusia, agar memenuhi kebutuhan satu sama lainnya.

Bahan dasar rumah memanfaatkan material alam dan kearifan lokal seperti bambu, kayu, pelepah, dan sebagainya. Selain itu, Yu Sing memiliki konsep untuk memanfaatkan luas tanah yang bagi kebanyakan orang dianggap sempit, menjadi hunian yang layak, nyaman dan ramah lingkungan. Tentu sangat sejalan dengan tren minimalis diberbagai penjuru dunia.

Maka pandemi ini menjadi momentum perubahan perilaku umat manusia. Agar manusia lebih memperhatikan kepentingan bersama, mencegah diri dari melakukan kerusakan, meninggalkan hedonisme, dan belajar untuk mengembangkan hidup minimalis. Sehingga bumi ini dapat merasakan kembali keseimbangan alam yang telah lama ia rindukan.

Wa laa tufsidu fil-ardi ba’da islaahihaa wad’uhu khaufaw wa tama’aa, inna rahmatallahi qariibum minal-muhsinin. (QS. Al-A’raf: 56)

Referensi:
[1] https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-pandemic-h1n1.html
[2] https://www.worldometers.info/world-population/world-population-by-year/

Sumber gambar: 
Dokumentasi Pribadi 

Sabtu, 25 April 2020

Corona dan Kesadaran untuk Kembali



Oleh Duddy Fachrudin 

Salah satu praktik hidup berkesadaran atau mindful living adalah dengan menerapkan gaya hidup minimalis. 

Sayangnya hidup minimalis yang tidak materialis dan nirkapitalis ini tidak mudah dan penuh tantangan. 

Serbuan keinginan dari alam pikiran dalam pemenuhan kebutuhan tak bisa direm, dipuasai, dan dikendalikan. 

Akhirnya manusia cenderung berlebihan dalam menjalani kehidupan. 

Perut menjadi buncit, lingkungan tercemari sampah serta polusi, dan perilaku konsumtif yang destruktif adalah contoh nyata dari degradasi akhlak manusia. 

Eksplorasi dan eksploitasi pemenuhan kebutuhan menggerus tatanan keseimbangan.  

Saat di-KO corona, manusia kelimpungan.

Maka jangan sok latah dengan hashtag "lawan corona". Dalam menghadapi tamu agung yang diperjalankan Tuhan ini, justru manusia perlu melawan dirinya sendiri.

Karena kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berlalu. 

Meski bisa diprediksi dengan logika matematika, akhir dari pandemi ini masih menjadi misteri. 

Bukan lagi bulanan, tapi satu dua hingga lima tahun sejak awal mula kasus ditemukan. Itupun jika manusia mampu mengalahkan dirinya. 

Dan ini adalah peringatan akhir jaman di peradaban yang begitu sarat konflik dengan Tuhan. 

Semakin teknologi maju, manusia justru semakin angkuh. 

Dengan berbagai cara dan upaya, manusia ingin hidup abadi. "Hidup 1000 tahun lagi," kata Chairil Anwar. 

Simbah berpesan, "Elingo sangkan paranmu." 

Sementara Sabda Nabi, "Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini untuk kalian." 

Ihdinas shirootol mustaqiim. 

Sumber gambar: 

Kamis, 23 April 2020

Hidup Minimalis di Tengah Pandemi




Oleh Duddy Fachrudin 

Di dunia, sudah 5 bulan corona bertamu, 
sementara di negeri ini, virus itu sudah diperjalankan Tuhan sejak awal maret lalu. 

Kita tidak tahu sampai kapan ini berlalu, 
maka... 

Bagi yang terbiasa puasa atau makan seadanya, kemampuan atau potensi ini sangat dibutuhkan di masa pandemi.  

Puasa itu kemampuan untuk hidup minimalis, 
yang tidak materialis dan tidak kapitalis.

Contohnya dalam hal pemenuhan kebutuhan makan, 
berapa sesungguhnya pengeluaran untuk mengisi sistem pencernaan?  

Hidup minimalis itu hemat pengeluaran, dan menahan diri dari hal yang tidak berkepentingan. 

Simbahku yang terbiasa makan gaplek dan tempe mayit berpesan kepadaku tempo hari, 

"Urip iku dudu urusane weteng, kowe ndelok uripe Kanjeng Nabi, mangane sitik..." 

Gara-garanya aku mencoba hidup apa adanya: 100 ribu untuk makan satu minggu! 

Kata orang ndak mungkin makan cuma 100 ribu, sekali makan aja 20 ribu. 

Bener juga kata mereka, tapi itu berlaku di kota besar, lah wong aku urip di kota yang UMK nya cuma 2 juta. 

Belanja mingguan 100 ribu: 
-dada ayam sekilo: 30.000 
-ikan kembung atau telur setengah kilo: 12.500 
-tahu dan tempe: 10.000 
-sayuran (bayam, kangkung, sawi putih, toge, dan daun singkong): 12.500 
-rempah-rempah (bawang merah & putih, cabe, kunyit, jahe, ketumbar, dan merica): 20.000 
-buah-buahan: 10.000 
-masih bisa belikerupuk mentah buat cemilan: 5000 

dari bahan-bahan ini bisa dikelola untuk kebutuhan makan 2 hingga 4 orang selama satu minggu. 

Belanja bulanan 250 ribu:
-beras 3kg: 35.000 
-minyak goreng 6 liter: 70.000 
-garam, penyedap rasa, dan gula: 25.000
-gas 3 kg: 22.000 
-air mineral 4 galon: 60.000 
-masih bonus belanja lain-lain: 38.000 

Total satu bulan pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan satu keluarga sekitar 650 ribu. 

Jika penghasilan seseorang 2 juta selama sebulan, maka pola ini sesuai aturan pengaturan keuangan 1/3, 
yang bersumber dari hadis Nabi.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. menceritakan seorang petani yang diberkahi usaha dan hartanya, dan beliau bersabda:

"... maka sesungguhnya aku memperhitungkan hasil yang didapat dari kebun ini, lalu aku
1) bersedekah dengannya sepertiganya,
2) makan bersama keluargaku sepertiganya lagi,
3) mengembalikan (untuk menanam lagi) sepertiganya."

Inilah konsep hidup minimalis, zuhud, dan belajar untuk tidak materialis. 

Dengan pendapatan 2 juta saja, masih bisa menabung (poin 3) dan bersedekah (poin 1). 

Selain itu, terdapat 2 keuntungan lainnya dengan menerapkan pola hidup ini:

1. Sehat, dengan berat badan terjaga dan imunitas kuat, terhindar dari penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan jantung yang diakibatkan gaya hidup tidak sehat (khususnya dalam pemenuhan makanan), karena imun kuat juga bisa melawan coronavirus yang menyerang tubuh 

2. Karena dapat mengelola perut, maka mudah mengelola keinginan sehingga tidak berlebihan dalam menjalani kehidupan 

Bagaimana jika pendapatanmu lebih dari 2 juta, 3 juta, 5 juta, 10 juta... 

Tetaplah minimalis.

Sumber gambar: