Tampilkan postingan dengan label Mindful Eating. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mindful Eating. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Juni 2020

Mindful Diet: Memasak Dimsum Sepenuh Jiwa


Oleh Nur Yanayirah 

Kenapa mindful cooking

Karena saat saya belanja, cuci bersih bahan, bikin adonan, membentuk adonan, dan kukus, dilakukan dengan mindful, maka memasak menjadi enjoy. Penuh kesadaran dan kesabaran, fokus dan konsentrasi selama memasak. 

Mengosongkan pikiran untuk hal-hal lain, memprioritaskan untuk memasak dimsum ini, dan menikmati semua proses-nya, tidak terlalu mempedulikan bagaimana hasilnya. 

Yang penting adalah "kenikmatan dalam bekerja", hadir pada saat ini, pikiran tidak mengawang-awang ke masa lalu, atau masa depan. Hadir, sepenuh jiwa...

Dimsum Ayam Keju

Bahan:
-500 gram ayam cincang
-Keju 100 gram
-Wortel parut

Haluskan:
-Bawang merah 10 siung
-Bawang putih 5 siung
-Jahe 1 buah

Bumbu lain:
-Saus tiram 2 sachet
-Penyedap rasa bisa di skip
-Tapioka 10 sdm
-Telor 1 butir
-Daun bawang secukupnya
-Garam secukupnya
-Gula pasir secukupnya
-Kulit pangsit

Let's cook...
 
Cuci bersih ayam, lalu cincang.

Haluskan bumbu, tambahkan saus tiram, penyedap rasa, garam, gula, daun bawang cincang, tambahkan telur dan keju, aduk rata, dan taburi wortel parut.

Masukan adonan dimsum ke dalam kulit pangsit, kukus selama 35-40 menit, api sedang saja. 

Sajikan..

Hidup berkesadaran dengan melakukan mindfulness in cooking. Cukup masak yang simpel-simpel. 

Atau selain memasak teman-teman juga bisa melatih hidup mindful dengan melakukan aktivitas: menyetrika baju, melukis, menggambar, dan menjahit. Jangan terlalu pedulikan hasilnya. At least teman-teman sudah berusaha.

Dengan terbiasa melakukan ini, insya Allah kita jadi bisa lebih fokus, dan mengurangi pikiran negatif yang tidak perlu.

Sumber gambar:
Dokumentasi pribadi

Senin, 06 April 2020

Dhyana Corona


Oleh Duddy Fachrudin 

Corona ada dimana-mana 
Tersedia dimana-mana 

Terselubung di antara rasa dalam lidah 
Perlahan manusia menjadi budaknya 

Tak terasa 

### 

Mereka menghiasi piring dan gelasmu 
Semerbak nikmatnya berserakan dalam kemasan warna warni duniamu 

Menjadi teman dalam aktivitasmu 

### 

Teman tapi musuh 
Karena pelan-pelan menjadi pembunuh 

5 juta manusia mati 5 tahun lalu 

Setiap tahun meningkat melesat 
Tapi tetap manusia tak menyadarinya dan tersesat 

### 

Cina, penderitanya nomor satu 
Indonesia nomor tujuh 

Lumayanlah punya peluang masuk liga champion
Yang juaranya diberi hadiah lampion 

Lampion yang menerangi hidupmu yang gelap dan mengap-mengap 

### 

Silent killer
tapi bikin ngiler 

### 

Salah satu dari tiga penyebab kematian paling banyak di negeri ini, 
dan mudah membuat penderitanya terpapar corona yang menjadi selebriti saat ini 

### 

Terjadi inflamasi 
Obstruksi dan dekongesti 

Edema serta plak koronaria 

### 

Emosimu berubah-ubah 
Gaduh gelisah 

Konsentrasi susah 
Jiwa berasa lelah 

### 

Mikir dan dzikir menjadi sulit 

Tak bisa lagi berkelit 

Karena otak terus meminta 
Layaknya seks dan narkoba 

### 

Perilaku menjadi tak terkendali 
Tak bisa lagi menahan diri 

Kata filsuf, 
inilah penyebab manusia mencintai gempita materi 

Tak ada lagi puas diri 

### 

Sorry, corona selebriti yang jadi perbincangan dunia kini,
"Kau belum ada apa-apanya!"

Pongah tingkahnya 

### 

Sombongnya didukung industri kapitalis 

Bisnis ini memang manis 

### 

Sungguh, 
ia tak bersalah 

Karena berlebihannya itu yang amat sangat berbahaya 

Tapi namanya manusia, 
yang penuh dinamika, 
terjebak dan terpedaya 

Seolah tak apa-apa 

Benarkah? Mau mencoba? 

### 

Cukup 4 atau 5 sendok makan setiap hari 
Batas maksimal yang disarankan para ahli 
Kalau mau porsinya lebih 

Terus menerus hingga 60 hari 
Boleh ditambah hingga 120 hari 
Dan lanjutkan lagi dan lagi 

Apa yang terjadi kemudian pada organ hati? 

### 

Merawat tubuh tanda bersyukur 
Tafakur dan tadzakkur 

Kunci urip selaras lan harmonis 

### 

20 tahun lagi 
Cina tetap pole position 
Indonesia standing ovation 

Posisinya melejit 

Maka dalam bahasa sanskrit:
Dhyana

Meditasilah
Puasa dari corona gula 

Sumber gambar: 

Minggu, 27 Oktober 2019

Mindful Jamu: Tidak Ada Penciptaan yang Sia-Sia


Oleh Duddy Fachrudin

Pahit. Kata yang dilontarkan orang-orang perihal jamu. 

Tak jarang karena kepahitannya seseorang menolak untuk meminumnya.

Namun, bagi sebagian orang lainnya, pahit hanyalah episode rasa yang terikat waktu dan pasti berlalu. Sehingga meskipun pahit, mereka tetap menikmatinya.

Jamu adalah kekayaan rempah-rempah Indonesia. Seperti jamu ini: Linugon, yang dari namanya saja langsung tercium fungsi dan khasiatnya untuk mengatasi pegal linu.

Kekayaan Linugon tercermin dari bahannya. Ada Curcuma Xanthorriza, Zingiber Zerumbet, Piper Rethrofactum, Imperata Cylindrica, Curcuma Longa, dan Cassiavera yang membentuk sonata indah serta orkestra sempurna kaya rasa, kaya akan manfaat.

Dari semua rempah tersebut, ada satu nama yang menjadi perhatian khusus, yaitu Imperata Cylindrica, alang-alang atau ilalang. 

Tanaman yang kerap dikatakan sebagai gulma (pengganggu tanaman lain) tak berdaya guna ini justru punya segudang manfaat. Rimpangnya dapat mencegah pembekuan darah. Akarnya dapat menurunkan demam.

Maka, sejatinya tidak ada sesuatu yang sia-sia dalam segala penciptaan-Nya. 

Semua yang hadir tercipta bagi manusia untuk dipikirkan dan siperhatikan saat berdiri (bergerak), duduk, maupun berbaring.

Semua ini tidak lain memiliki satu maksud dan tujuan: agar kita, manusia ini mendekat kepada-Nya.

Sumber gambar:

Rabu, 25 September 2019

Mindful Diet: Cooking with Awareness


Oleh Duddy Fachrudin

Berlatih mindfulness bukan berarti kita harus DuDi (Duduk Diam) sepanjang hari, lalu mengamati napas. Banyak cara lainnya yang merupakan aktivitas harian (mindfulness in daily activity). Misalnya mencuci piring, menyapu lantai, berjalan kaki, mandi, makan dan minum.

Dan ini adalah salah satu latihan mindfulness yang asyik: memasak bubur dengan penuh kesadaran (cooking with awareness). Lalu bagaimana langkah-langkahnya? Mari kita memasak bubur untuk 2 porsi.

1. Niatkan diri untuk memasak bubur. Proses membuat bubur sama seperti menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran yang membutuhkan kesabaran. Bagi yang tidak sabar maka hasilnya tentu akan berbeda.

2. Siapkan alat-alat, yaitu baskom, kompor, panci kecil, spatula kayu, dan gelas 200 ml.

3. Siapkan bahan-bahan dan letakkan pada tempatnya: beras 150 ml, air secukupnya (3/4 volume panci), garam, penyedap rasa, merica bubuk, dan daun salam 1 lembar. Agar lebih nikmat lagi siapkan air kaldu 50-75 ml, kebetulan yang dipakai dalam membuat bubur kali ini kaldu kambing.

4. Mari memasak dengan mindful. Cuci beras di baskom, lalu tuangkan ke panci. Air cucian beras jangan dibuang begitu saja, karena sebenarnya bagus untuk tanaman. Ok lanjut, kita isi panci dengan air hingga mencapai 3/4 volume panci. Masukkan daun salam. Nyalakan kompor dengan api kecil. Taruh panci di atas kompor dan aduk-aduk beras dengan gerakan memutar secara mindful selama 20 menit.

5. Setelah 20 menit, tuangkan garam, penyedap rasa, dan merica secukupnya. Aduk-aduk kembali lalu tuangkan air kaldu. Terus mengaduk dengan rasa (meditatif) selama 10 menit. Sambil mengaduk beras yang kini sudah terlihat menjadi bubur, kita boleh memberikan perhatian penuh, menghayati sekaligus mensyukuri proses membuat bubur ini.

6. Bubur pun jadi, siap dihidangkan, dan dimakan dengan penuh suka cita. Tambahkan toping, seperti suir ayam, atau irisan telor dadar dan usus tepung goreng seperti pada bubur yang kali ini dibuat.

7. Makanlah secara mindful, maka hidupmu terasa lebih bahagia.

Sumber gambar:

Selasa, 28 Mei 2019

Mindful Diet: Mikrobiota Saluran Cerna dan Kerja Otak Kita


Oleh Tauhid Nur Azhar

Bakteri komensal atau flora normal di saluran cerna dapat memproduksi berbagai jenis metabolit seperti Kolin dan Asam Lemak rantai pendek/ short chain fatty acid (SCFA). Dimana SCFA dihasilkan melalui proses fermentasi karbohidrat kompleks seperti serat tumbuhan secara anaerob atau tanpa oksigen.

Asam lemak rantai pendek yang dihasilkan antara lain adalah asam butirat, asam asetat, asam propionat (PPA). PPA memiliki titik tangkap fisiologis penting seperti terlihat dalam proses sinyal transduksi, sintesis neurotramsmiter, metabolisme lipid, modulasi ekspresi gen melalui fosforilasi dan asetilasi histon. 

PPA berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin dan memodulasi reaksi alergi melalui stimulasi pada sitokin anti inflamasi / IL-10 dan mensupresi/ inhibisi sitokin proinflamasi seperti IL-1 alfa, TNF alfa, IL-6, dan NO. 

Sementara peran SCFA lain dalam meningkatkan kapasitas kognitif dan kinerja sistem syaraf pusat dapat dipelajari pada fungsi asam butirat (BTA), dimana bersama PPA merupakan inhibitor dari enzim histon deasetilase (HDAC), suatu enzim yang bertugas memotong gugus asetil pada histon. 

Jika berbicara konsep kesetimbangan homesotatik dari sistem biologis, maka jika ada suatu fungsi ditekan maka akan ada fungsi kompensata yang mensubtitusi. Maka jika HDAC diinhibisi, HAT atau histon asetil transferase akan disintesis. 

Proses asetilasi histon berhubungan dengan transkripsi gen-gen tertentu, termasuk gen-gen yang terlibat dalam proses pembelajaran dan pembentukan memori. Hiperasetilasi pada promotor dari gen-gen terkait proses belajar dan pembentukan memori akan meningkatkan transkripsi gen tersebut. 

Asam butirat yang dihasilkan sebagai metabolit dari mikroba saluran cerna ternyata juga dapat menstimulasi hiperasetilasi histon di sel-sel neuron yang terdapat di hipokampus dan korteks frontalis, termasuk prefrontal cortex (PFC). 

Dan hiperasetilasi yang dipicu oleh BTA itu terkait dengan ekspresi gen brain derived neutrophic factor (BDNF) yang antara lain berperan dalam mengatur mekanisme plastisitas dan pembentukan sinaps/ sinaptogenesis. 

Beberapa bakteri komensal dan flora normal seperti genus lactobacillus dan bifidobacterium dapat mensitesa berbagai jenis neurometabolit seperti GABA, melatonin, noradrenalin, dan asetilkolin. 

Escherichia, bacillus, dan sacharomyces memproduksi noradrenalin, sementara candida, streptococcus, escherichia, dan enterococcus memproduksi serotonin. 

Bacillus bisa mensintesis dopamin dan lactobacillus dapat mensintesis asetilkolin. Selain neurometabolit flora normal atau mikrobiota usus juga dapat menghasilkan gas NO yang punya peran amat penting di berbagai sistem fisiologi. 

Genus lactobacillus diduga merupakan jenis mikrobiota yang dapat menghasilkan NO. Gas NO sendiri punya banyak fungsi keren secara fisiologis, mulai dari vasodilatasi pembuluh darah, regulasi tekanan darah, aktivasi sistem imun mukosal, sampai terlibat dalam fungsi kognitif terkait memori dan pembelajaran. 

Secara vis aversa, mikrobiota usus juga terlibat dalam proses pengelolaan stres. Jika stres berkepanjangan yang ditandai dengan peningkatan kortisol dan derivat katekolamin seperti norepinefrin, maka akan terjadi peningkatan permiabilitas usus yang berdampak pada gangguan ekosistem mikrobiota saluran cerna. 

Peningkatan kadar katekolamin juga, dalam hal ini NE ternyata dapat menstimulasi gen virulensi yang membuat koloni E. Colli menjadi patogen. Semula E. Colli adalah bakteri komensal yang tidak berulah, tetapi dalam kondisi stres bisa terpicu untuk bersifat patogen. Maka gangguan saluran cerna adalah salah satu simptom yang kerap dijumpai pada mereka yang mengalami stres secara berkepanjangan. 

Karena populasi mikrobiota yang disebut sebagai probiotik itu juga bergantung pada asupan nutrisi baginya dan bagi manusia host-nya maka tak pelak apa yang kita makan akan menentukan seperti apa populasi mikrobiota di saluran cerna kita, dan apa dampak keberadaan mereka pada sistem faali tubuh kita sebagaimana tulisan saya di atas. 

Sebagai gambaran sederhana saja, hasil riset seorang psikiater dari Belgia, Lukas van Oudenhove, menunjukkan bahwa seseorang akan lebih baik mood nya meski berada dalam tekanan atau kesedihan jika di dalam menu dietnya terdapat komposisi asam lemak. Sate selap gajih asal tidak berlebih rupanya bagus juga ya sebagai obat anti "baper".

Sumber gambar:

Minggu, 13 Mei 2018

Mindful Diet: Ketika Makanan Mempengaruhi Perilaku Kita (Bagian 2, Habis)


Oleh Tauhid Nur Azhar

Dalam bukunya yang berjudul Gut and Psychology Syndrome (2004), Dr. Natasha Campbel-McBride menyatakan bahwa makanan yang mengandung kasein dan gluten dicurigai dapat mempengaruhi kesehatan usus pada orang-orang tertentu, terutama pada penderita autis.

Kasein adalah protein yang terkandung dalam susu dan produk makanan dan oats, misalnya tepung terigu, roti, oatmeal dan mie instant. Bagi penderita autis, gluten dan kasein dianggap sebagai racun karena tubuh penderita autis tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua jenis protein ini.

Akibatnya protein yang tercerna dengan baik akan diubah menjadi komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opioid bersifat layaknya obat-obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin (racun) dan mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas.

Itulah mengapa, penderita gangguan perilaku yang terkait dengan gangguan pencernaan seperti autis disarankan untuk menjalani diet bebas gluten dan kasein atau diet GFCF (Gluten Free and Casein Free) selama 3-6 bulan. Ini merupakan contoh yang terjadi pada anak-anak, khususnya pengidap autisme.

Bagaimana dengan orang dewasa? Jawabnya adalah sama saja.

Makanan berpengaruh besar terhadap kondisi fisik dan psikologis seseorang. Pola makan yang buruk dan jenis makanan yang kurang bergizi lagi-lagi menjadi biang dari terganggungnya kinerja neurotransmitter di otak.

Kita ambil contoh makanan bergenre fast food yang tinggi kadar garamnya. Para ahli masak menemukan bahwa garam yang dihidangkan dalam kondisi panas bisa menambah rasa gurih makanan sebagaimana chinesse food yang menggunakan MSG.

Garam itu ada yang berbentuk kristal, setengah cair (semi liquid) dan cair (liquid). Garam yang berbentuk kristal akan menjadi semi liquid jika dipanaskan di atas suhu 100 derajat celcius. Saat dipanaskan, garam akan mengalami perubahan struktur molekul, sehingga cita rasanya tidak menempel di reseptor asin lidah, akan tetapi di reseptor umami yang mendeteksi rasa gurih serta kelezatan makanan.

Maka, jangan heran apabila yang namanya fast food selalu dihidangkan dalam kondisi panas. penyebabnya adalah karena rasa gurih dari makanan tersebut didapatkan dari garam semi liquid yang dipanaskan. Kalau dihidangkan dalam kondisi dingin, kelezatannya akan berkurang dan rasa asinnya akan sangat terasa.

Disadari atau tidak, dalam suasana kompetitif para produsen makanan, kadar garam yang dibubuhkan ke dalam masakan telah melebihi ambang batas. Alasannya adalah dengan semakin banyak garam yang dibubuhkan, semakin lezat pula cita rasa masakan yang dihidangkan.

Bayangkan kalau seseorang tiga kali dalam sehari makanannya fast food! Apa yang akan terjadi?

Kadar garam dalam tubuhnya akan terakumulasi melebihi batas normal. Kondisi ini pada akhirnya akan mendatangkan masalah serius bagi kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Masalah kesehatan tersebut antara lain: (1) obesitas alias kegemukan; (2) penyakit jantung, diabetes, serta darah tinggi; (3) depresi yang menyebabkan meningkatnya angka bunuh diri. Depresi ini akan menjadikan orang agresif dan mudah melakukan tindakan di luar kendali akal sehat, seperti membunuh atau bunuh diri.

<<< Halaman sebelumnya

Referensi:
Campbell-Mcbride, N. (2004). Gut and psychology syndrome: Natural treatment for autism, ADD/ADHD, dyslexia, dyspraxia, depression, schizophrenia. United Kingdom: Medinform Publishing.

Sumber gambar:
https://exploringyourmind.com/whats-the-relationship-between-emotions-and-obesity/

Mindful Diet: Ketika Makanan Mempengaruhi Perilaku Kita (Bagian 1)


Oleh Tauhid Nur Azhar

Makanan. Kenalkah Anda dengan ”benda” yang satu ini?

Sebagai manusia, tentu yang namanya ”makanan” tidak akan pernah terlewatkan oleh kita. Saking rutinnya, aktivitas mengonsumsi makanan pun jadi tampak tidak penting dan biasa-biasa saja. Padahal, proses “makan memakan” termasuk hal penting dalam hidup, karena selain menjaga kelangsungan hidup, makanan pun dapat mempengaruhi sikap dan perilaku. Baik dan buruknya kesehatan fisik dan perilaku seseorang, ternyata sangat dipengaruhi berkualitas tidaknya menu makanan yang dikonsumsinya.

Secara umum, makanan memiliki tiga fungsi atau manfaat bagi manusia.

Pertama, sebagai bahan baku penyokong tumbuh kembang manusia (building block) atau sebagai sarana untuk mengganti dan meremajakan sel-sel yang rusak, khususnya yang berbentuk protein dan lemak.

Kedua, sebagai bahan metabolisme, semisal proses gula menjadi enzim, bahan pembentuk neurotransmitter, dan sebagainya. 

Ketiga, secara nutrigenomik, bahan makanan dan pola makan pun dapat menentukan profil DNA (asam deoksiribonukleat) yang akan diekspresikan, sehingga ungkapan you’re what you eat memiliki dasar ilmiah yang kuat, bukan saja secara fisik tetapi juga perilaku.

Terkait manfaat ketiga, bahan makanan, cara makanan, ataupun pola makan merupakan sebuah sarana untuk melatih gen-gen yang baik agar dapat diekspresikan. Bahan makanan yang tepat dapat menentukan ekspresi DNA-DNA yang baik. Pepatah mengatakan bahwa "orang bodoh menjadikan hidupnya untuk makan, sedangkan orang cerdas menjadikan makan untuk (meningkatkan kualitas) hidup".

Pada tingkat DNA, makanan bisa berfungsi sebagai prekursor atau pendorong yang berfungsi sebagai bahan baku enzim yang memungkinkan DNA bisa terekspresikan. DNA dapat mengekspresikan sifat-sifat baik apabila DNA tersebut memiliki cukup energi untuk bekerja, dan energi ini didapatkan dari bahan makanan yang tepat.

Ketika seseorang menjalani prosesi makan secara baik (mindful eating), dan kemudian diulang menjadi sebuah pola kebiasaan, DNA baik ini cenderung untuk menjadi sensitif dan lebih dominan dibandingkan DNA lainnya. Ibarat seorang atlet yang paling serius berlatih, dialah yang akan paling menonjol dan memenangi pertandingan, seperti itu pula gen-gen yang ada dalam tubuh kita.

Sebuah pembelajaran kita dapatkan dari pola makan orang-orang zaman modern yang tidak sehat (terburu-buru) dan didominasi oleh aneka jenis makanan olahan yang mengandung bahan pengawat kimia. Hal tersebut mempengaruhi kualitas kesehatan fisik dan juga perilaku, walaupun kadarnya berbeda-beda antara setiap orang.

Mengapa demikian? 

Zat-zat aditif dan zat-zat kimia sintetis yang berada dalam makanan olahan memiliki sifat memblok atau mengganggu neurotransmitter di otak. Ia bekerja dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter. Efek yang ditimbulkan dari banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintetis ini adalah timbulnya perilaku yang tidak terkendali atau tidak diinginkan, seperti mudah marah, beringas atau loyo.

Bahan makanan tertentu seperti terigu, yang banyak terdapat dalam biskuit dan roti, atau susu dan makanan yang mengandung glutamat/ MSG, dapat pula menimbulkan gangguan perilaku pada orang-orang tertentu.

Halaman selanjutnya >>>

Sumber gambar:
https://exploringyourmind.com/whats-the-relationship-between-emotions-and-obesity/

Sabtu, 15 April 2017

Mindful Diet: Tubuh Sehat dan Berat Badan Turun serta Stabil dengan Revolusi Perut


Oleh Duddy Fachrudin

Tidak dipungkiri menjadi sehat dan memiliki berat badan yang ideal dan selalu stabil merupakan dambaan setiap orang.

Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut seperti dengan olahraga, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan melakukan diet seperti diet karbo, diet vegan, diet paleo, diet Atkins, diet Mayo, diet OCD, dan diet yang dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi pribadi.

Selain itu tidak ketinggalan untuk menjaga emosi dan rekreasi di sela-sela kesibukan pekerjaan.

Tentu banyak alasan memiliki tubuh ideal dan selalu sehat.

Alasan tersebut dapat berupa agar penampilan selalu terlihat indah, faktor pekerjaan, atau karena memang mengupayakan untuk selalu sehat sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

Mengupayakan di sini berarti senantiasa memelihara kesehatan dan mencegah dari datangnya sakit, khususnya yang ditimbulkan akibat kelalaian diri sendiri dan gaya hidup yang tidak sehat.

Mengapa memelihara kesehatan begitu penting?

Nabi Muhammad Saw., orang paling mulia yang pernah hidup bersabda, “Seorang yang bertakwa boleh-boleh saja kaya, tetapi baginya kesehatan lebih baik dari kekayaan (harta benda), dan (ketahuilah) bahwa ketenangan jiwa, lebih baik dari kenikmatan apapun.” (HR Ahmad, Ibnu Majah).

Kesehatan lebih baik daripada kekayaan, yang berarti nikmat sehat menjadi lebih utama ketimbang memiliki harta benda.

Menariknya Dalai Lama, seorang tokoh spiritual mengungkapkan pendapatnya mengenai kesehatan dan uang. Beliau seolah menegur kita yang terlalu berambisi dengan uang.

“Sewaktu ditanya apakah yang paling membingungkan di dunia ini, Dalai Lama menjawab: ‘Manusia. Karena dia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang, lalu dia mengorbankan uangnya demi kesehatan...’”

Dalam era informasi digital yang serba cepat ini secara langsung mempengaruhi gaya hidup manusia. Gaya hidup pada era ini ibarat suatu kompetisi, siapa yang lebih cepat dialah yang menang dan memiliki banyak harta.

Oleh karena itu tidak heran jika gaya hidup serba cepat ini juga dilakukan orang saat makan dan minum serta sambil melakukan aktivitas lain atau memakan makanan instan.

Ini hanya contoh kecil dari kebiasaan yang tidak sehat dan akan memperburuk kualitas kesehatan manusia.

Uang dimiliki, namun tubuh keropos dan akhirnya satu per satu penyakit bermunculan. Di usia senja, tabungan yang dimiliki habis untuk biaya pengobatan kesehatan kita. Tentu, bukan ini yang kita inginkan bukan?

Upaya promotif dan preventif perlu dilakukan minimal untuk diri kita sendiri.

Selain beragam upaya yang telah dijabarkan di awal tulisan, ijinkan penulis memperkenalkan sebuah metode yang dinamakan Revolusi Perut (RP).

Program ini merupakan program kesehatan fisik dan psikologis dalam upaya mengembangkan gaya hidup sehat berbasis aplikasi mindfulness dan neurosains.

Program RP menekankan cara makan, minum, bergerak, bernapas, dan tidur yang dianjurkan oleh pakar kesehatan dan berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah. Pada program ini tidak ada pengurangan porsi makan, tidak menggunakan pengganti makan, tidak menggunakan suplemen, tidak olahraga berat, apalagi sedot lemak.




Uji coba program Revolusi Perut pada diri penulis sendiri. Program berlangsung sejak Januari 2016, dan intens mulai bulan Maret hingga Agustus 2016. Hasilnya berat badan yang awalnya 68 Kg turun sebanyak 13 Kg dan kemudian stabil di angka 55 Kg.

Program ini kemudian dilakukan oleh seorang partisipan wanita berusia 23 tahun yang juga memiliki berat badan 68 Kg.

Partisipan tersebut melaporkan:

“Hasilnya selama 1 bulan mempraktikkan RP berat badanku yang awalnya 68 kg turun jadi 64, dan setelahnya stabil. Perut jadi lebih kecil dan badan terasa lebih ringan serta tidak mudah lelah. Kemudian tidur lebih nyenyak dan secara emosi lebih rileks.”


Revolusi Perut masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut oleh penulis. Bagi yang tertarik mengikuti program Revolusi Perut dapat menghubungi penulis (lihat About).

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Sumber gambar:
Dokumen penulis

Minggu, 09 April 2017

Mindful Diet: Mengendalikan Perilaku Makan dengan Mindfulness


Oleh Duddy Fachrudin

Pernahkah Anda pada suatu waktu atau beberapa waktu memakan makanan dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan surplus kalori?

Dan pada saat itu sebenarnya Anda tahu bahwa perut Anda sudah kenyang, namun Anda terus makan dengan lahap dan cepat.

Bahkan perilaku itu kemudian cenderung berulang sehingga Anda sendiri tidak dapat mengontrolnya sehingga muncul perasaan-perasaan tidak nyaman, seperti rasa bersalah pada diri sendiri.




Mungkin Anda belum pernah mengalaminya, tapi kenyataannya saat ini adalah banyak orang di dunia ini yang mengalami perilaku dengan ciri-ciri yang telah disebutkan. Itulah binge eating.

Banyak faktor yang mempengaruhi binge eating, baik biologis, psikologis, dan sosial. Ketiganya dapat menjadi faktor integral dari seseorang berperilaku binge eating.

Contohnya, seseorang yang stres karena pekerjaannya lalu mengalihkan stres tersebut dengan makan. Solusi itu dapat menjadi masalah kemudian jika terus berulang dan menjadi kebiasaan berperilaku binge eating.

Bisa dikatakan binge eating merupakan salah satu gerbang awal menuju obsesitas.

Kabar baiknya, ada sebuah cara untuk mengatasi ataupun mencegah perilaku binge eating. Cara itu bernama mindful eating.

Kristeller dan Hallet (1999) melakukan penelitian kepada 18 orang perempuan obesitas yang memiliki perilaku binge eating. Mereka diberikan intervensi berbasis mindfulness selama 6 minggu. Hasilnya perilaku binge eating menurun signifikan bersama rasa cemas dan depresinya.

Penelitian serupa juga dilakukan Smith, dkk. (2006) pada 25 orang perempuan yang mana hasilnya bahwa penggunaan mindfulness dapat mengurangi binge eating.

Mindfulness pada dasarnya suatu keterampilan memberikan perhatian penuh pada momen saat ini dan tanpa menilai. Mindfulness meliputi kesadaran atas segala hal yang muncul dalam diri pribadi, baik pikiran, perasaan, maupun dorongan-dorongan untuk bertindak pada suatu hal.

Orang-orang yang berlatih mindfulness akan lebih memiliki kesadaran terhadap stimulus makanan sehingga terjadi sebuah regulasi dan koordinasi antara pikiran serta perasaan terhadap stimulus tersebut.

Dan pada akhirnya mereka dapat memunculkan tindakan yang tepat dan bijaksana.

Selain itu, ketika makan, mereka melakukannya dengan cara perlahan-lahan, tidak terburu-buru, fokus hanya pada makan dan tidak dibarengi aktivitas lain.

Dengan makan secara mindful, makanan akan dikunyah secara halus dan dicerna secara baik. Dan tentu akan lebih cepat merasa kenyang dibandingkan dengan makan secara terburu-buru.

Referensi:
Kristeller, J. L., & Hallett C. B. (1999). An exploratory study of a meditation-based intervention [mindful eating] for binge eating disorder. Journal of Health Psychology, 4, 357-63.

Smith, B. W., Shelley B. M., Leahigh, L., & Vanleit, B. (2006). A preliminary Study of the Effects of a Modified Mindfulness Intervention on Binge Eating. Journal of Evidence-Based Complimentary & Alternative Medicine, 11(3), 133-143.

Sumber gambar:
http://attitudereconstruction.com/2013/08/binge-eating/