Senin, 25 September 2017

Berdamai dengan Masa Depan


Oleh Duddy Fachrudin

Om Einstein bilang bahwa satu-satunya yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian. Kata-katanya diamini bahkan sudah menjadi suatu konstanta tersendiri bagi seluruh penduduk bumi. Bagaimana tidak, karena ketidakpastian ini orang-orang mencari yang namanya kepastian.

Selama terombang ambing dalam lingkaran ketidakpastian, perasaan gelisah dan gundah gulana terus membuncah. Bahkan perasaan tersebut kemudian dapat terakumulasi dalam kekhawatiran, kecemasan serta ketakutan yang akut dalam mengarungi kehidupan di masa depan.

Masih terngiang dengan pembunuhan yang dilakukan seorang ibu terhadap tiga orang anaknya 11 tahun yang lalu di Bandung. Karena ketakutan tidak dapat membahagiakan mereka di masa depan, sang ibu membunuh mereka agar dapat “menyelamatkan” mereka dari kehidupan yang tidak pasti ini.

Karena ketidakpastian pula supir angkot melakukan demo dan mogok beroperasi serta meminta para pejabat daerah untuk tidak memberi ijin taksi online yang “mengambil” lapak mereka. Dengan adanya kepastian dan jaminan yang termanifestasi dalam sebuah kebijakan, berharap hati para supir angkot yang gelisah kembali tenang.

Namun ketidakpastian akan selalu hadir di esok hari.


Maka berdamai dengan masa depan berarti menerima ketidakpastian yang hadir dalam hidup kita dengan cara mengoptimalkan potensi prokreasi yang sesuai visi dan misi penciptaan manusia. Dan dalam perjalanannya tersebut kita perlu senantiasa berhenti sejenak melepas penat sekaligus mengistirahatkan otak seraya bertutur kepada-Nya:

“Tuhan, kuatkan aku untuk mengubah hal-hal yang dapat aku ubah. Ikhlaskan aku untuk menerima hal-hal yang tidak dapat aku ubah. Dan jernihkan pikiran serta hatiku untuk dapat membedakan keduanya.”

Sumber gambar:
http://adoubleshotofrecovery.com/thoughts-on-acceptance/

Share:

0 komentar:

Posting Komentar