Tampilkan postingan dengan label Buku Gratis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku Gratis. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 November 2022

Buku Mindfulness: Agar Layangan Tak Jadi Putus




Oleh Duddy Fachrudin

“Saya kecewa pada orangtua saya… karena mereka melahirkan saya.”

Bayangkan jika anak Anda berkata seperti itu, bagaimana reaksi Anda sebagai orangtua? Kesal, kecewa, marah, bingung, atau merasa bersalah?

Tapi nyatanya, kata-kata tersebut diucapkan seorang anak dengan kesungguhan hati dan kemantapan rasa.

Ialah Zain yang bertutur dengan jujur bagaimana kecewanya dirinya memiliki orangtua yang jauh dari cinta dan kasih sayang. Yang didapatkan dari orangtuanya adalah realita bahwa adiknya dijual oleh orangtuanya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Pikiran dan perasaanya berkecamuk. Mengamuk tiada henti menuntut tanggung jawab ayah ibunya yang semestinya hadir secara sadar sebagai orangtua yang ringan peluk.

Dengan usia masih 12 tahun, Zain meninggalkan rumah, kedua orangtuanya dan juga saudara-saudaranya, lalu menyambung hidup di jalanan.

Kisah Zain dalam Film Capernaum yang memenangkan berbagai ajang festival film internasional dan menjadi nominasi OSCAR tersebut suatu bentuk ketidaksiapan, kelalaian, hingga kekerasan orangtua terhadap anak.

World Health Organization (WHO) sendiri memaparkan bentuk kekerasan pada anak tidak hanya fisik, tapi juga seksual, emosional, eksploitasi, serta penelantaran. Sementara pelaku kekerasan paling banyak justru dilakukan oleh orangtua atau pengasuh anak (caregiver).

Kekerasan berdampak pada cedera fisik, trauma psikologis, kerusakan sistem saraf, kemampuan individu dalam mengatasi sebuah masalah, munculnya perilaku-perilaku yang tidak sehat, hingga tentu saja kematian.

Masih terngiang peristiwa pembacokan seorang anak SD di Depok oleh ayahnya di suatu pagi. Berawal dari cekcok dengan istrinya terkait pelunasan hutang dan keinginan sang istri untuk bercerai, kekerasan itu terjadi. Bukan hanya kepada istrinya, tapi juga anaknya yang mengakibatkan meninggalnya sang anak. Pagi yang semestinya ceria berubah menjadi kelabu.

Kekerasan, disfungsi keluarga, perceraian, dan perselingkuhan merupakan permasalahan yang kerapkali hadir pada individu dan kelompok dalam suatu naungan bernama keluarga atau pasangan yang telah menikah.

Kok bisa? Bukankah pernikahan adalah jalan menuju sakinah? Bahkan setiap ada yang menikah, orang-orang berdoa:

“Semoga Sakinah, Mawaddah, Warahmah.”

Nyatanya, tidak semua pernikahan maujud sesuai harapan yang telah dihaturkan.

Maka di sinilah kita perlu tafakkur sekaligus tadabbur mengenai Ar-Rum ayat 21:

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untuk mu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih (mawaddah) dan sayang (warahmah). Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.

Mawaddah dan Warahmah sebenarnya bekal yang sudah Allah siapkan menuju Sakinah. Artinya, Sakinah, ketenangan atau ketenteraman perlu diupayakan oleh manusianya sendiri melalui Mawaddah dan Warrahmah yang sudah ada dan disadari oleh manusia.

Maka doa semestinya:

“Melalui Mawaddah dan Warahmah, semoga engkau berdua menjadi dan istiqomah mewujudkan Sakinah.”

Sayangnya, acapkali manusila lupa atau alpa tidak menyadari hadirnya kasih sayang dan cinta yang senantiasa dihadirkan Allah Swt. Sehingga yang memenuhi ruang hatinya adalah rasa kecewa, kesal, dan amarah dalam menjalani biduk keluarga.

“Agar Layangan Tak Jadi Putus” mengajak agar setiap individu yang ada dalam keluarga, khususnya ayah dan bunda atau siapapun yang akan menikah untuk kembali ke “rumah” menyadari dan menerima Mawaddah dan Warahmah.

Saat kita menyadari keberadannya (cinta), maka berikutnya adalah mengelola dan menghadirkannya (kembali) dalam bentuk niat, pikiran, perasaan, hingga perilaku. Pada akhirnya, dengan rahmat, keberadaan kita dalam keluarga menjadi manfaat. Khoirunnas anfauhum linnas.

Melalui cinta pula, kita ikhlas menanam atau menandur untuk hari esok, Wal tandhur nafsum maa qaddamat ligad.

Suatu saat orangtua yang “menandur” kebaikan-kebaikan dan cinta melalui interaksi dan pengasuhan di dalam keluarga akan memanen hasilnya. Kapan? Entah. Tapi kelak, itu akan terjadi, seizin Allah Swt. tentunya.

Buku sederhana ini tidak membahas teori-teori. Buku ini hanyalah kumpulan hikmah-hikmah dari mindful couple dan mindful parenting yang mungkin genting untuk dipraktikkan sedikit demi sedikit agar pelayaran kehidupan pernikahan dan keluarga menjadi tidak mudah terombang-ambing apalagi terpelanting akan ganasnya badai. Dan yang juga tak kalah penting, supaya kita semua dapat berlabuh di Laguna Sakinah.

Ar-rahmaan, ‘allamal qur’aan. 

Download Buku Mindfulness: Agar Layangan Tak Jadi Putus di sini 



Minggu, 14 Juni 2020

Buku Mindfulness: Waras From Home (WFH)



Oleh Duddy Fachrudin

Corona bukan lagi soal menyoal virus dan permasalahan kesehatan dunia. Ia laksana cermin jiwa yang mengukur sejauhmana kejernihan dan kewarasan pikiran serta hati manusia.

Kewarasan memang seyogianya berhulu dari rumah (home). Rumah bukan hanya terkait tempat tinggal dan berlindung dari hujan dan terik matahari. Juga bukan cuma tentang kenyamanan dan kehangatan cinta yang diperoleh oleh penghuninya.

Salah satu definisi rumah menurut kamus Merriam-Webster adalah a place of origin. Rumah adalah tempat asal.

Pertanyaannya: dimanakah tempat asal kita, manusia?

Manusia yang menyadarinya, sesadar-sadarnya, akan menjalani hidup dengan waras (sehat), meski ia tahu bahwa dunia berisi segala macam rasa, yang salah satunya adalah derita.

Corona menyambangi kehidupan manusia membawa pesan yang ditangkap indera dan dipersepsi secara berbeda-beda oleh setiap individu.

Buku ini adalah sekumpulan persepsi itu, yang semoga bisa memberikan sedikit saja kebermanfaatan bagi siapapun yang membacanya. 




Kamis, 14 Desember 2017

Buku Mindfulness: Kuliah Cinta Edisi 2

Kuliah Cinta Edisi 2

Oleh Duddy Fachrudin

Sang pencinta pasti merindu pada kekasih hatinya. Ia ingin berjumpa walau hanya sedetik saja. Lalu bertutur kata, keluh kesah, hingga kisah kepadanya. Hatinya begitu gembira tampak dari rona merah pipinya. Andai ku dapat bertemu dengannya. Begitu kata hatinya.

Itulah cinta. Dan buku ini merupakan edisi kedua dari “Kuliah Cinta” yang saya tulis pertama kali pada tahun 2012. Tentu terdapat banyak revisi, baik kata maupun kalimat. Lalu pada edisi baru ini juga terdapat tambahan tulisan yang berasal dari pengalaman pribadi ketika berinteraksi dengan teman, sahabat, klien, dan guru kehidupan. 

“Kuliah Cinta” berarti sinau atau belajar cinta dari kehidupan, baik orang-orang di sekitar, orang-orang teladan, hewan, tumbuhan, air, cahaya matahari, dan semesta raya, serta Tuhan tentunya. Sebagai manusia biasa yang memiliki potensi iqra (melihat, membaca, memperhatikan, mendengarkan, mengamati, bertanya), cinta menjadi menu wajib yang perlu diraih dan diinternalisasikan ke dalam hati. Karena hanya dengan cintalah tercipta keindahan, kelembutan, dan kehangatan. Cinta membuat hidup berwarna. Dan cinta yang menjadikan manusia menjadi insan mulia.

Buku ini dapat Anda baca dengan mengunduhnya terlebih dahulu di laman Buku Gratis.

Semoga pembaca mendapat manfaat dari buku sederhana ini. Terima kasih cinta.

Jumat, 17 November 2017

Modul Mindfulness untuk Meningkatkan Well-Being (Unduh Gratis)

Modul Mindfulness

Oleh Duddy Fachrudin

Menyambung tulisan sebelumnya mengenai penggunaan mindfulness dalam meningkatkan kesejahteraan (well-being) perawat, maka tentu sebagian besar dari Anda bertanya, “Bagaimana langkah-langkah intervensinya (mindfulness)?”

Bagi Anda, praktisi dan profesional kesehatan, peneliti, dosen, atau siapapun yang tertarik dengan mindfulness dapat mengunduh modul mindfulness yang saya susun dalam rangka penelitian tesis saya, “Program Mindfulness untuk Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Perawat”.

Anda dapat mengunduh modul ini di laman Buku Gratis.

Selamat membaca dan semoga mendapatkan manfaat dari modul ini.

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Minggu, 12 November 2017

Buku Mindfulness: Unduh Buku Gratis


Oleh Duddy Fachrudin

“Begitu nikmatnya saat melepas diri yang penuh nafsu dan diri yang gaduh gelisah. Dalam diri yang tenang dan damai, maka akan mudah tercipta cahaya yang indah. Cahaya yang yang sinarnya siap menerangi berbagai sudut semesta.”




Untaian kata itu hanya bagian kecil dari keseluruhan kata dalam buku “Inner Peace, Hidup Bahagia Mati Lebih Bahagia”, sebuah buku yang bertemakan psikologi dan spiritual yang dikemas dengan bahasa sederhana.

Buku ini dapat Anda baca dengan mengunduhnya terlebih dahulu di laman Buku Gratis.

Selamat membaca dan semoga mendapatkan manfaat dari buku ini.

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>