Tampilkan postingan dengan label Cara Mengelola Kemarahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cara Mengelola Kemarahan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Juli 2020

Gandhi, Tolstoy, dan Wukuf di Padang Arafah



Oleh Duddy Fachrudin 

Kian hari semakin banyak yang mempelajari mindfulness. Malam ini baru saja selesai mengkaji dan berdiskusi terkait ilmu ini. Yang hadir tidak main-main, para profesional, akademisi, dan juga praktisi.

Lalu apa yang sebenarnya kita cari? Segenap tanya meminta jawaban yang sesuai logika hingga rasa.

Begitulah manusia. Semestinya. Senantiasa ingin bertumbuh dan berkembang seperti Gandhi dan Tolstoy yang kadang pemikirannya tak kita mengerti. Gandhi yang senang jalan kaki dan puasa, sementara Tolstoy, bangsawan dan pujangga besar itu bercita-cita menjadi orang biasa-biasa saja.

Keduanya tak pernah bertatap muka, namun disatukan oleh kata-kata.

Dalam surat terakhirnya kepada Gandhi, Tolstoy menulis:

The longer I live-especially now when I clearly feel the approach of death-the more I feel moved to express what I feel more strongly than anything else, and what in my opinion is of immense importance, namely, what we call the renunciation of all opposition by force, which really simply means the doctrine of the law of love unperverted by sophistries. 

Love, or in other words the striving of men's souls towards unity and the submissive behaviour to one another that results therefrom, represents the highest and indeed the only law of life, as every man knows and feels in the depths of his heart (and as we see most clearly in children), and knows until he becomes involved in the lying net of worldly thoughts. This law was announced by all the philosophies- Indian as well as Chinese, and Jewish, Greek and Roman.

Cinta melahirkan persatuan dan kesatuan. Tak ada lagi membeda-bedakan, penilaian, serta penghakiman. Semua sama berkat cinta. Karena cinta pula lahir ahimsa. 

Keduanya menempuh jalan sunyi. Jalan transformasi. Bukan untuk mengubah dunia. Melainkan menanam untuk diri sendiri. Agar memahami dan mengenali diri.

###

Siapa kita ini? Semburat tanya kembali menggeliat. 

Bersama mereka dari berbagai negara, bangsa, berbeda suku, ras, dan kulit warna melakukan waqafa (berhenti sejenak), di padang arafah (hamparan pengetahuan) di waktu siang dan malam hari, di puncak haji.

Wukuf, berdiam diri untuk mengenal, dan memahami, serta menyadari diri.

Begitulah haji mengajarkan. Haji adalah arafah. Begitu sabda Nabi.

Haji adalah retreat akbar yang mengajak manusia untuk menilai dirinya agar tak lagi memvaluasi untung rugi. Tak lagi termelekati rupa-rupa kemolekan sensasi yang diindera oleh penglihatan, pendengaran, juga hati.

Arafah adalah upaya untuk menjadi murni. Cara agar kita manusia melepaskan diri dari jerat ilusi dan halusinasi. Strategi dalam mengolah batin untuk tak lagi menjadi hakim selama hidupnya. 

Maka arafah adalah hikmah bagi mereka yang berserah menjalani kehidupan dengan ilmu dan cinta.

Sumber gambar:

Senin, 13 April 2020

Iftirosy Mengusir Corona dan Kerja dari Rumah


Oleh Duddy Fachrudin 

Seorang bocah cilik dengan lantangnya berkata kepada corona: 

Hey corona, siraku ya gawe pegawean isun 
Isun pengen sekola bae beli bisa 
Pegawean diliburaken 
Apa-apa diliburaken 

Siraku... mana lunga 
Aja mene-mene maning 

Hei corona, kamu tuh buat pekerjaan aku 
Aku mau sekolah saja tidak bisa
Pekerjaan diliburkan 
Apa-apa diliburkan 

Kamu tuh ya, sana pergi 
Jangan ke sini lagi

Jika setiap orang disurvei terkait keberadaan corona, maka semua setuju jika corona menjauh, memudar, menghilang dari muka bumi. 

Gara-gara corona semuanya menjadi stres: 

Cemas keluar rumah 
Bosan di rumah aja 
Penghasilan tak punya 
Parno kalau ada yang batuk dan bersin seenaknya 

Tabungan menipis dan terpaksa puasa makan 
Ga bisa lagi jalan-jalan 
Ga bisa lagi nonton film bersama teman 

Kerja di rumah ga bisa fokus dan banyak gangguan 
Kerja di rumah sendirian 
Kerja di rumah malah tidur berkurang 

Semuanya berubah dari biasanya. Tak semestinya begini. Corona sana pergi! 

Lagi-lagi jiwa kita marah, tak menerima yang ada. 

Berusaha memejamkan mata, lalu menarik nafas dengan lembut, dan berdoa: 

Tuhan, kuatkan aku untuk mengubah hal-hal yang dapat aku ubah. Ikhlaskan aku untuk menerima hal-hal yang tidak dapat aku ubah. Dan jernihkan pikiran serta hatiku untuk dapat membedakan keduanya. 

Setelahnya stretching sejenak melepaskan ketegangan. Ah, lalu menikmati sajian buah-buahan. 

Hati terasa tenang karena tak berusaha mengendalikan. Segalanya diletakkan: stres, cemas, dan ketakutan. 

Jiwa tak lagi carut marut. Wajah tiada berkerut. 

Diri menyelam dalam tahannuts. 

Melakukan dudi (duduk diam) iftirosy. 

Rabbighfirlii 
Warhamnii 
Wajburnii 
Warfa'nii 
Warzuqnii 
Wahdinii 
Wa'afinii 
Wa'fuannii 

Diawali dengan Tuhan ampuni aku dan diakhiri dengan Tuhan maafkanlah aku (yang suka mengeluh). 

Kerja di rumah nir stres dan tanpa keluhan. 

Mari atur napas untuk kembali pada prioritas. Usahakan tak terlalu multitasking agar tak menjadi pusing. Membuat jeda untuk mengisi energi cinta. Say hello menyapa teman yang selama pandemi jadi berjauhan. Dan mengawal diri untuk esok hari dengan tidur lebih awal. 

Sumber gambar: 

Minggu, 19 Agustus 2018

Mindfulness Event: Merdeka Dari Penjara Pikiran


Oleh Duddy Fachrudin

Kekecewaan, kemarahan, kecemasan, kesedihan, kebencian, rasa malu, ketakutan, rasa bersalah berlebihan, kesombongan, iri, dengki, dan prasangka negatif yang terus membelenggu membuat kita sesungguhnya "belum merdeka" dari kehidupan ini.

Saatnya kita menjadi pandai mengelola rasa dan pikiran.

Mari belajar bersama memerdekakan diri dari penjara pikiran, pada hari minggu, 26 Agustus 2018 pukul 09.00-12.00 wib @Kopi372 Dago Pakar, Bandung ☕🌳

Event asik ini memiliki 3 kegiatan:

1. Sesi mindfulness
2. Musikalisasi puisi
3. Launching komunitas Mindfulnesia

Bersama Kang Duddy & Tim Mindfulnesia.

Siapa yang bisa hadir? Anda yang ingin hidupnya lebih baik, ingin terus meningkat secara mental, dan pastinya yang menyukai psikologi 💖💖💖

Daftar sekarang juga karena tempat terbatas ke:
Hesti: 0812 1435 777

Investasi IDR. 150K* dan sudah termasuk seminar kit, e-certificate, snack & coffee.

*Semua keuntungan dari event ini akan disumbangkan kepada korban gempa Lombok