Tampilkan postingan dengan label Tugas Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tugas Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 November 2019

Adiksi Kehidupan dan Mindful Parenting


Oleh Duddy Fachrudin

Mbah Kabat-Zinn bilang kalau mindful parenting itu pekerjaan yang paling abot (berat) di dunia ini, tapi mindful parenting juga pekerjaan yang memiliki potensi kepuasan dan kebahagiaan yang paling dalam sepanjang hidup...

Berat karena di jaman penuh distraksi ini orangtua menghadapi tantangan untuk bisa memberikan perhatian penuh kepada anak-anaknya.

Distraksi bukan hanya dari adiksi akan smartphone, melainkan juga adiksi kehidupan bernama pekerjaan, uang atau materi lainnya, serta ambisi yang membius menghanyutkan sekaligus melupakan.

Tak terasa waktu terus berlalu dan seakan semua baik-baik saja hingga sang anak berkata dalam hatinya: 

"Ayah Bunda kok ga pernah merhatiin aku ya? Ga pernah nanya teman-temanku. Ga pernah tau keterampilan bersepeda ku sudah sampai mana."

Ayah bunda tak pernah ada, meski hanya sebagai sandaran punggungku saat bermain hape setelah lelah bersepeda.

Maka interaksi interpersonal bukan hanya tercipta melalui kata belaka, namun sentuhan dan pelukan hangat akan menanamkan memori indah di hipokampus sang anak. "Aku dicintai," begitu katanya dalam hati.

Dan perhatian yang diberikan orangtua dalam bentuk afeksi yang hangat ini menjadi faktor protektif dari munculnya perilaku negatif pada anak. Sebut saja menggunakan narkoba, seks bebas, tawuran, dan sebagainya yang bersifat reaktif.

Kehangatan, kelembutan, dan cinta dari ayah bunda akan membentuk karakter positif pada anak. Maka sesungguhnya bukan barang mewah atau liburan ke luar negeri yang dibutuhkannya. 

Mereka hanya ingin hati orangtuanya terkoneksi dengan hatinya.

Sumber gambar:

Senin, 20 November 2017

Mindful Parenting: Ayah, Bunda, Ijinkan Kami Bertengkar

(Ilustrasi) Anak Bertengkar

Oleh Nita Fahri Fitria

Ayah dan Bunda pernah mendengar rengekan si kecil yang mengadu karena berebut mainan dengan temannya? Bersyukurlah, karena itu artinya salah satu tugas perkembangan ananda untuk berperan dalam kehidupan sosial sudah mulai berkembang. Justru jika anak yang sudah sekolah dan dia tidak pernah bertengkar sekalipun dengan teman, Anda perlu bertanya apakah dia punya teman di sekolah atau tidak? Apakah dia bisa terlibat dalam permainan dengan temannya atau tidak?

Jadi jangan buru-buru berburuk sangka jika teman si kecil nakal dan melarangnya bermain lagi. Justru di saat ananda melaporkan masalah dengan temannya adalah saat yang tepat bagi kita untuk mengajarkan banyak hal, yaitu mulai dari memfilter masalah, mencari solusi, bertoleransi, sampai menumbuhkan jiwa pejuang pada anak kita.

Maka melindungi atau menghindarkan anak dari konflik dengan teman sebayanya bukanlah solusi yang bijak jika ayah dan bunda ingin menjadikan anak-anak kita menjadi generasi pahlawan. Justru kita perlu mendorong mereka untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Ajak ananda berdiskusi, bagaimana caranya bertoleransi dengan teman yang sedang marah, bagaimana caranya untuk menunjukkan sikap saat ada teman yang memukul, bagaimana caranya memaafkan teman yang tidak sengaja mendorong, bagaimana caranya meminta maaf dan mengakui kesalahan saat kita yang salah, dan sebagainya.

Yakinkan bahwa konflik dengan teman itu hal yang biasa dan mungkin terjadi dalam hidupnya kelak setelah masa kanak-kanak. Namun bagaimana kita menghadapi konflik, itulah yang perlu kita ajarkan. Dan upayakan agar kita menanamkan kemampuan untuk bersikap netral saat terjadi konflik, “Jika terjadi pertengkaran dengan teman, bukan berati teman kamu nakal lho, kamu dan dia hanya sedang punya kinginan yang berbeda," Sederhana kan?

Sekali lagi, kita tidak bisa menjamin bahwa kita akan selalu ada untuk mereka. Kita bisa menua, bahkan meninggal suatu hari nanti, atau mungkin besok lusa. Jika kita tinggalkan anak-anak dalam kondisi terbiasa dibela, terbiasa dilindungi, akankah mereka bertahan tanpa kita? Tugas kita bukanlah menjadi superhero abadi, melainkan melahirkan pahlawan-pahlawan baru.

“Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka dan khawatir terhadap kesejahteraanya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisa: 9).

Maka mari kita ijinkan dan dampingi anak-anak bertengkar dengan temanya. Mari kita ijinkan dan dampingi mereka menyelesaikan masalahnya sendiri dengan bertoleransi, meminta maaf, dan bersikap tangguh.

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Sumber gambar:
http://www.tipsanakbayi.com/2016/04/cara-mengatasi-anak-sering-bertengkar-dengan-adik.html