Oleh Duddy Fachrudin
Bersama Prof. Aviad Haramati, Pencetus Mind-Body Medicine (Mindfulness Approach) di Georgetown University dan rekan-rekan FK UGM |
Ongkos di atas tentu tidak termasuk penginapan, biaya transportasi Indonesia-Singapura-Batam-Jakarta, melainkan biaya hidup selama 5 hari di Singapura, membeli simcard lokal, plus membeli oleh-oleh sederhana.
Adalah undangan untuk melakukan short communication di Asia Pasific Medical Education (APMEC) ke-15 pada tanggal 9-13 Januari 2019 di National University of Singapore (NUS) yang membuat saya berkunjung ke Lion City tersebut.
Pada saat berangkat saya hanya menyiapkan 100 SGD dan 250 ribu rupiah di dompet. Saya terbiasa tidak membawa uang banyak ketika melakukan perjalanan, apalagi di Singapura terdapat ATM BNI di kawasan Robinson Road.
Selain uang, roti sobek 2 bungkus menjadi bekal untuk berhemat di sana, setidaknya selama 2 hari pertama. Satu hal lagi yang wajib dibawa adalah botol minum yang siap sedia di-refill di penginapan, bandara, atau masjid-masjid di Singapura.
Hari 1:
Pengeluaran wajib ketika tiba di Changi Airport sore hari adalah melakukan top up kartu MRT. Kartu ini dipinjamkan oleh rekan kerja saya, sehingga saya tidak perlu membeli yang baru. Isi ulang saldo 15 SGD.
Agenda hari pertama tentunya menuju penginapan di daerah Chinatown. Melalui Terminal 2 Changi kita bisa fare menggunakan MRT. Untuk bisa ke Chinatown kita perlu transit di Expo terlebih dahulu. Sesampainya di penginapan lalu jalan-jalan di sekitar Chinatown. Makan malam hanya roti yang dibawa dari Indonesia.
Hari 2:
Karena hanya mengikuti Main Conference yang dimulai pada tanggal 10 Januari, maka agenda hari ke-2 adalah jalan-jalan. Jalan-jalan di Singapura berarti benar-benar jalan kaki. Setelah check out, saya menuju Masjid Jamae Chulia yang malam sebelumnya juga saya kunjungi untuk sholat maghrib dan isya.
Tidak sengaja, saya bertemu mahasiswa S-2 IPB yang sedang solo traveling. Akhirnya kami menjelajah bersama mulai dari Pura Sri Mariamman Temple, Buddha Tooth Relic, Singapore City Gallery, Stasiun Chinatown - City Hall (transit di Dhoby Ghaut) lalu menuju St. Andrew's Cathedral dan National Gallery Singapore untuk ngadem (istirahat).
Siang yang terik tetap membuat kita melangkahkan kaki ke Esplanade Park. Di taman yang teduh, 1,5 SGD ditukar dengan es krim durian yang lezat, menikmatinya, sebelum bertolak ke Esplanade Bridge.
Jalan setapak menuju Helix Bridge dari The Float Marina Bay sayangnya ditutup, membuat kami kembali ke Esplanade Bridge-Merlion-Stasiun Raffless Place. Di kawasan Raffles sejenak sholat di sebuah basement gedung perkantoran dan mengisi botol air. Lalu dengan tenaga tersisa menuju Botanic Garden.
Karena kelelahan dan waktu juga sudah sore, kami hanya berkunjung ke satu tempat di Botanic Garden, yaitu Eco Lake. Dari Botanic Garden menuju Bugis mencoba mee goreng telor dan es kopi dengan total harga 6,5 SGD di sebuah warung halal di belakang Masjid Sultan. Kami berpisah setelah makan. Saya menuju penginapan kedua yang terletak di kawasan Farrer Park Little India. Setelahnya check in, jalan-jalan seputar Little India dan sholat di Masjid Malabar sekaligus memasukkan 1 SGD ke kencleng masjid.
Hari 3:
Agenda hari ketiga adalah menuju Fort Canning Park, beli tiket ferri di Harbourfront, dan mengikuti pembukaan Main Conference APMEC. Untuk menghemat saldo di kartu MRT, setelah check out, saya berjalan kaki dari Farrer Park ke Fort Canning melewati kios demi kios di Little India. Keliling di sana hingga puas kemudian memandangi boat yang lalu lalang di Singapore River di Quark Clay sebelum bertualang kembali ke Harbourfront.
Pengeluaran hari ketiga lumayan banyak, yaitu 29 SGD, namun uang sebanyak ini digunakan untuk membeli tiket ferri menuju Batam (25+3 SGD karena mengubah jadwal). Sementara 1 SGD digunakan untuk membeli air mineral dingin di Masjid Temenggong Daeng Ibrahim di seberang Sentosa Gateway. Jadi jika menihilkan pengeluaran transportasi ferri, maka pengeluaran hanya 1 SGD.
Check in di hotel terakhir di kawasan Bugis. Saya menyewa untuk 2 malam, namun ternyata i've made a mistake! Saya menyewa kapsul di female dorm! Untungnya ada 1 kapsul kosong di hari ke-3 ini di mix dorm, tapi tidak untuk besoknya.
Akhirnya saya menanyakan ketersediaan kapsul di hotel yang sama di daerah Chinatown, dan masih tersisa 2 kapsul. Namun jika saya memesannya perlu menambah 30 SGD karena harganya berbeda. Sebenarnya bisa ada opsi lain, yaitu meminta penghuni wanita di mix dorm pindah ke female dorm. Namun karena saat itu sudah larut dan tidak ingin mengganggu orang lain, serta membutuhkan kepastian untuk besoknya, saya menyetujui opsi itu.
Hari 4:
Mengikuti berbagai diskusi di APMEC, lalu siangnya sebelum sholat jum'at bertemu Mas Dody (alumni Teknik Elektro ITB angkatan 2003) yang bekerja di kawasan Buona Vista. Diajaknya saya mencicipi Chicken Rice Edmond yang begitu nikmat. Dan rasa nikmat itu bertambah ketika saya ditraktir olehnya.
Malamnya tidak makan karena sudah mengisi perut dengan aneka cemilan di sesi coffe break sore APMEC. Hanya jalan-jalan (kembali) di Chinatown sambil mencari oleh-oleh.
Pengeluaran hari keempat untuk top up hotel 30 SGD dan membeli coklat 3 bungkus 12 SGD.
Hari 5.
Hari terakhir Main Conference APMEC sekaligus melakukan presentasi. Tidak ada pengeluaran lagi di Singapura sampai akhirnya menyebrang ke Batam. Saldo MRT yang digunakan selama 5 hari sebesar 14 SGD, sesuai perkiraan ketika top up 15 SGD ketika pertama kali tiba di Changi.
Sisa roti 2 buah dihabiskan di Harbourfront sebelum menyebrang ke Batam Center.
Pengeluaran Selama di Singapura
Top up kartu MRT: 15 SGD
Es krim: 1,5 SGD
Mee goreng telor: 5 SGD
Es kopi: 1,5 SGD
Tiket ferri dan ubah jadwal: 28 SGD
Infak: 1 SGD
Air mineral: 1 SGD
Top up hotel: 30 SGD
Oleh-oleh coklat: 12 SGD
Total: 95 SGD
Jika total biaya tersebut dikurangi tiket ferri dan top up hotel, maka hanya 37 SGD atau 400 Ribu. Ditambah membeli simcard lokal 125 Ribu (beli sebelum berangkat), sehingga total 525 Ribu Rupiah keliling Singapura selama 5 hari.
Thank you.
Sumber foto:
Dokumentasi Rekan FK UGM
0 komentar:
Posting Komentar