Sabtu, 14 Maret 2020

Kesehatan, Corona, dan Puasa


Oleh Duddy Fachrudin

Setelah menderita ALS di usianya yang ke-21, Stephen Hawking diprediksi tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 tahun. Nyatanya ia kemudian bisa terus melanjutkan hidupnya selama 55 tahun, meninggal di usia 76 tahun.

Kesehatan, meski dapat diukur secara empiris melalui berbagai variabel fisik, masih menyimpan sejuta misteri. Bahkan, kesehatan bisa menjadi rahasia dan urusan Tuhan. 

Para centenarian yang diteliliti oleh Dan Buettner di lima wilayah dunia menghasilkan kesimpulan bahwa kualitas kesehatan manusia yang berusia 100 tahun itu dipengaruhi oleh jamak faktor. Bukan melulu soal makanan dan aktivitas gerak, melainkan kehidupan sosial, kualitas mental, hingga terkait ritual atau kepercayaan tertentu yang mereka anut. 

Maka, kesehatan sesungguhnya berkah. Hadiah dari Allah Swt. yang perlu dirawat dan dijaga dengan penuh cinta dengan menjadi dokter bagi diri sendiri. 

Hal ini lebih penting lagi dan mendesak di kala situasi pandemi virus corona di berbagai belahan dunia. Individu yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah, para lansia, mereka yang memiliki kadar gula tinggi, hipertensi, penyakit jantung, dan permasalahan pada paru-paru lebih rentan terpapar Covid-19.

Jeda dan karantina adalah suatu yang niscaya. Bukan hanya bertujuan menghentikan transimisi virus, tapi juga sebagai ajang puasa diri dari perhelatan dunia.

Bukankah Le Chatelier pernah bilang bahwa saat sistem kesetimbangan mengalami perubahan, maka ia berusaha menyesuaikan dirinya untuk kembali pada kondisi kesetimbangan baru? 

Mungkinkah dunia ini sudah berada dalam "ketidaksetimbangan" akibat perilaku manusianya? Jika iya, maka puasa adalah salah satu bentuk mengembalikan kesetimbangan individu dan juga tatanan sosial.

Puasa dari makan minum berlebihan dapat menormalkan kadar gula darah dan tekanan darah, meningkatkan imunitas, serta pastinya menyehatkan organ tubuh.

Kemudian puasa dari perbuatan, perkataan, pikiran, dan perasaan negatif.

Puasa dari memperlakukan alam seenaknya.

Puasa dari gaya hidup kotor yang tidak memperhatikan kebersihan.

Dan tentu saja puasa dari materialisme dan kapitalisme.

Kebijakan "karantina" di berbagai negara atau daerah adalah hikmah sekaligus momentum perbaikan. Apalagi 11 hari dari sekarang adalah Hari Raya Nyepi dan 40 hari lagi adalah awal Bulan Ramadhan.

Selamat jeda. Selamat berpuasa.

Sumber gambar:
https://publichealthmatters.blog.gov.uk/2020/01/23/wuhan-novel-coronavirus-what-you-need-to-know/

Share:

0 komentar:

Posting Komentar