Selama pandemi terjadi kita mendapat banyak sekali tambahan informasi dan pengetahuan terkait berbagai perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, farmasi, dan bioteknologi. Di antaranya terkait dengan sistem imunitas dan berbagai pendekatan imunologi yang terus dikembangkan untuk dapat diterapkan sebagai bagian dari pengelolaan wabah yang bersumber dari mikroba patogen, yang dalam hal ini adalah virus.
Kita sedikit banyak jadi mengenal berbagai istilah, mulai dari teknik dan metoda pemeriksaan RT-PCR sampai ke berbagai jenis vaksin yang semuanya membuka wawasan kita tentang kemajuan ilmu kedokteran dan farmasi berbasis bioteknologi.
Dalam tulisan ini akan sedikit dibahas respon imun dan efektornya yang cukup penting dalam proses pengenalan patogen dan dapat menjadi acuan dalam mempelajari bagaimana cara bekerjanya sistem imun kita.
Salah satu mekanisme yang amat menarik dalam proses pengenalan (identifikasi) dan stimulasi respon imunitas berjenjang adalah peran dari mekanisme yang dikenal sebagai APC (antigen presenting cell). Adapun elemen dari sistem imunitas yang terlibat dalam mekanisme APC ini antara lain adalah sel dendritik, makrofag, dan juga sel limfosit B. Sebagai sel APC profesional sel dendritik memiliki mekanisme kerja yang cukup kompleks dan menarik untuk dipelajari.
Secara umum jika terdapat suatu pajanan antigen tertentu yang masuk ke dalam tubuh manusia, sel dendritik akan "menangkap" dan "menelan" antigen yang diduga merupakan patogen yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Proses tangkap telan itu dinamai fagositosis atau endositosis.
Kita sedikit banyak jadi mengenal berbagai istilah, mulai dari teknik dan metoda pemeriksaan RT-PCR sampai ke berbagai jenis vaksin yang semuanya membuka wawasan kita tentang kemajuan ilmu kedokteran dan farmasi berbasis bioteknologi.
Dalam tulisan ini akan sedikit dibahas respon imun dan efektornya yang cukup penting dalam proses pengenalan patogen dan dapat menjadi acuan dalam mempelajari bagaimana cara bekerjanya sistem imun kita.
Salah satu mekanisme yang amat menarik dalam proses pengenalan (identifikasi) dan stimulasi respon imunitas berjenjang adalah peran dari mekanisme yang dikenal sebagai APC (antigen presenting cell). Adapun elemen dari sistem imunitas yang terlibat dalam mekanisme APC ini antara lain adalah sel dendritik, makrofag, dan juga sel limfosit B. Sebagai sel APC profesional sel dendritik memiliki mekanisme kerja yang cukup kompleks dan menarik untuk dipelajari.
Secara umum jika terdapat suatu pajanan antigen tertentu yang masuk ke dalam tubuh manusia, sel dendritik akan "menangkap" dan "menelan" antigen yang diduga merupakan patogen yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Proses tangkap telan itu dinamai fagositosis atau endositosis.
Setelah antigen ditelan, maka antigen akan ditempatkan di dalam suatu kantong khusus di sel dendritik yang dinamai fagosom. Selanjutnya setelah sel dendritik menelan antigen, ia akan kembali ke markas besarnya yaitu kelenjar limfa regional untuk seterusnya memproses "tahanan" yang telah ditangkap rekannya tersebut.
Di dalam fagosom sel dendritik, antigen akan diproses dengan cara meleburkannya dengan kantong lain yang bernama lisosom. Dimana akan terbentuk suatu struktur baru bernama fagolisosom (seperti penggabungan Kemenristek dengan Kemendikbud ya?). Di dalam fagolisosom itu antigen (dari virus) akan dipotong-potong menjadi peptida yang terdiri dari 7 sampai dengan 14 asam amino. Proses pemotongan itu dilakukan oleh enzim Protease yang semula terdapat di lisosom.
Sementara itu secara paralel, di dalam sel dendritik ada organela lain yang juga giat bekerja dan teraktifkan dengan kehadiran antigen tadi. Organela itu adalah retikulum endoplasma yang sibuk memproduksi molekul-molekul yang bernama Major Histocompatibility Complex atau MHC, tepatnya MHC kelas II. Mengapa kelas II? Karena antigen yang diproses oleh sel dendritik sebagai APC profesional adalah antigen yang berasal dari luar ekosistem alias bersifat eksogenous.
Selanjutnya molekul MHC-II yang diproduksi oleh retikulum endoplasma tersebut akan dipindahkan ke organela lain yang bernama aparatus golgi dan ditempatkan dalam kantong (vesikel) khusus. Lalu apa yang terjadi? Vesikel berisi molekul MHC-II akan bergabung dengan endosom berisi peptida hasil pemotongan di fagolisosom, lalu gabungan keduanya akan menghasilkan kompleks MHC-II+Peptida yang akan diekspresikan ke permukaan sel dendritik melalui mekanisme yang menyerupai proses eksositosis.
Kompleks peptida MHC-II inilah yang akan dikenali oleh sel-sel T Penolong Naif atau Limfosit T-CD4+, kerap dikenal pula sebagai sel Th0.
Proses berikutnya, peptida antigen virus akan berikatan dengan reseptor sel T (TcR) dan MHC-II akan berikatan dengan molekul CD4 di permukaan sel Th0.
Selanjutnya ikatan ini akan mengaktifkan sel limfosit CD4 atau sel T Penolong ini yang akan mengaktifkan proses polarisasi fungsi dari sel Th0 untuk menjadi sel T Penolong 1 (Th1), Th2, dan sel T Memori.
Proses ini juga disertai dengan terjadinya produksi sitokin atau zat komunikator sel. Sitokin yang diproduksi pada jalur polarisasi Th2 antara lain adalah: IL-4, 5, 6, 10, dan 13. IL adalah singkatan dari interleukin.
Mengapa jalur Th2 yang dibahas dalam tulisan ini? Karena melalui jalur Th2 inilah, dengan bantuan IL-4 dan IL-13 yang berikatan dengan reseptornya di sel limfosit B akan terjadi proses yang dinamakan isotype switching yang akan menghasilkan molekul antibodi spesifik. Dimana molekul antibodi khas, imunoglobulin G/IgG, yang diproduksi sel B dapat berperan sebagai elemen sistem imunitas spesifik terhadap patogen yang telah disajikan oleh sel-sel dendritik.
Demikian sekilas kisah tentang kecanggihan sistem imunitas tubuh kita, yang dalam tulisan ini diwakili oleh peran sel dendritik yang unik. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, sebagai bagian dari upaya untuk mensyukuri anugerah Tuhan yang telah mengaruniai kita dengan berbagai sistem tubuh dengan berbagai mekanisme kerja yang istimewa dan dapat melindungi kita dari berbagai bentuk marabahaya.
Di dalam fagosom sel dendritik, antigen akan diproses dengan cara meleburkannya dengan kantong lain yang bernama lisosom. Dimana akan terbentuk suatu struktur baru bernama fagolisosom (seperti penggabungan Kemenristek dengan Kemendikbud ya?). Di dalam fagolisosom itu antigen (dari virus) akan dipotong-potong menjadi peptida yang terdiri dari 7 sampai dengan 14 asam amino. Proses pemotongan itu dilakukan oleh enzim Protease yang semula terdapat di lisosom.
Sementara itu secara paralel, di dalam sel dendritik ada organela lain yang juga giat bekerja dan teraktifkan dengan kehadiran antigen tadi. Organela itu adalah retikulum endoplasma yang sibuk memproduksi molekul-molekul yang bernama Major Histocompatibility Complex atau MHC, tepatnya MHC kelas II. Mengapa kelas II? Karena antigen yang diproses oleh sel dendritik sebagai APC profesional adalah antigen yang berasal dari luar ekosistem alias bersifat eksogenous.
Selanjutnya molekul MHC-II yang diproduksi oleh retikulum endoplasma tersebut akan dipindahkan ke organela lain yang bernama aparatus golgi dan ditempatkan dalam kantong (vesikel) khusus. Lalu apa yang terjadi? Vesikel berisi molekul MHC-II akan bergabung dengan endosom berisi peptida hasil pemotongan di fagolisosom, lalu gabungan keduanya akan menghasilkan kompleks MHC-II+Peptida yang akan diekspresikan ke permukaan sel dendritik melalui mekanisme yang menyerupai proses eksositosis.
Kompleks peptida MHC-II inilah yang akan dikenali oleh sel-sel T Penolong Naif atau Limfosit T-CD4+, kerap dikenal pula sebagai sel Th0.
Proses berikutnya, peptida antigen virus akan berikatan dengan reseptor sel T (TcR) dan MHC-II akan berikatan dengan molekul CD4 di permukaan sel Th0.
Selanjutnya ikatan ini akan mengaktifkan sel limfosit CD4 atau sel T Penolong ini yang akan mengaktifkan proses polarisasi fungsi dari sel Th0 untuk menjadi sel T Penolong 1 (Th1), Th2, dan sel T Memori.
Proses ini juga disertai dengan terjadinya produksi sitokin atau zat komunikator sel. Sitokin yang diproduksi pada jalur polarisasi Th2 antara lain adalah: IL-4, 5, 6, 10, dan 13. IL adalah singkatan dari interleukin.
Mengapa jalur Th2 yang dibahas dalam tulisan ini? Karena melalui jalur Th2 inilah, dengan bantuan IL-4 dan IL-13 yang berikatan dengan reseptornya di sel limfosit B akan terjadi proses yang dinamakan isotype switching yang akan menghasilkan molekul antibodi spesifik. Dimana molekul antibodi khas, imunoglobulin G/IgG, yang diproduksi sel B dapat berperan sebagai elemen sistem imunitas spesifik terhadap patogen yang telah disajikan oleh sel-sel dendritik.
Demikian sekilas kisah tentang kecanggihan sistem imunitas tubuh kita, yang dalam tulisan ini diwakili oleh peran sel dendritik yang unik. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, sebagai bagian dari upaya untuk mensyukuri anugerah Tuhan yang telah mengaruniai kita dengan berbagai sistem tubuh dengan berbagai mekanisme kerja yang istimewa dan dapat melindungi kita dari berbagai bentuk marabahaya.
Sumber gambar:
0 komentar:
Posting Komentar