Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Juni 2021

Puisi Tuhan



Oleh Duddy Fachrudin 

Tuhan, 
aku mendekat Kau mendekat 
aku menjauh Kau mendekat 
aku semakin jauh Kau mendekat 
aku terjatuh Kau terus ulurkan tangan-Mu 
aku tak berdaya Kau terus menemaniku 
aku buta arah Kau tuntun langkahku

#####

Tuhan, 
dalam ramai ku mencari-Mu 
Kau tak ada 

dalam sunyi ku mencari-Mu 
Kau tak ada 

ku tatap utara, berjalan ke selatan, berlari ke timur, dan berlayar ke barat mencari-Mu 
Kau tak ada 

saat guru mengajarkan alif ba ta 
Kau tampakkan tangan-Mu

######

Sumber gambar:

Senin, 05 Oktober 2020

Kesehatan Jiwa untuk Semua: Sebuah Monolog



Oleh Duddy Fachrudin & Nita Fahri Fitria 

Rapuh, jatuh, meluruh. Hidupku tiada bedanya dengan pohon yang nyaris runtuh.

Aku selalu terburu-buru. Meski tak jelas apa yang diburu. Yang kudapatkan justru cemas, sedih, dan gaduh. Jiwaku bergejolak tak menentu.

Dalam rasa yang mengharu biru, kusadari ada yang salah dengan langkahku.

Ternyata ada yang lebih penting dari sekedar memburu keinginan-keinginan. 

Ketenangan... kedamaian pikiran... kemampuan mengelola perasaan... Itu yang aku butuhkan.

Menjalani momen demi momen dengan penuh kesadaran, penerimaan, dan kebersyukuran. Melepaskan diri dari jerat ilusi pikiran yang tidak memberdayakan. Memaafkan masa lalu, dan tak lagi mengkhawatirkan masa depan.

Hening, mengalir, selaras... hadir sepenuhnya. Mengisi ruang dan waktu dengan penuh makna dan keikhlasan.

Hidup dalam kesederhanaan, tanpa penghakiman.

Ah... Dipikir-pikir, perjalanan hidup itu menyenangkan. Seperti ketika kita memandang cahaya secara perlahan-lahan. Indah bukan? Maka bahagia itu nyata... ketika aku peduli pada kesehatan jiwaku.

Melalui hidup berkesadaran, tak lagi terdistraksi pada ambisi semu. Yang ada adalah tumbuh menjadi pribadi seimbang, kokoh, dan utuh.

Kini, dalam ketidakpastian, mencoba untuk tidak mengendalikan. Berfokus saja menebar cinta dan kebaikan.

Segala peristiwa yang hadir di esok hari adalah tamu yang perlu aku sambut dengan riang gembira. Mereka merupakan guru yang merawat serta memandu perjalanan rindu.

Kesehatan jiwa untukku dan untukmu.

Kesehatan jiwa untuk semua.
 

 
Sumber gambar:
http://www.mindfulnesia.id/2020/03/mengatasi-overthinking-dengan-mbct.html

Kamis, 09 April 2020

Gembel Mudik di Tengah Corona


Oleh Duddy Fachrudin 

Kita itu butuh mudik 

Kita? 

Kita: manusia yang terdidik 
Manusia yang menjadi manusia 

### 

Terdidik itu mengalami pendidikan 
Jiwa dan akalnya ditempa oleh kehidupan 
Jiwa dan akalnya tak mau menjadi budak penjajahan pikiran 

Sampai manusia sadar bahwa dirinya tak perlu embel-embel 
Sadar kalau dirinya gembel 

### 

Itulah mengapa manusia puasa 
Puasa dari mengembel-embeli dirinya 

Yang berhasil maujud menjadi fitri 
Sesuai hakikat ruhnya yang suci 

### 

Itulah mudik sejati

Mudik yang lebih penting dari mudik kultural yang selama ini kamu jalani 

### 

Corona bertamu,
tok tok tok...

Ben kamu mudik sejati 

### 

Ben kamu dadi sebenere menungso 

### 

Karena globalisasi yang menuhankan materi ini manusia lupa jati dirinya 

Lupa untuk mengisolasi dirinya 

### 

Manusia asyik menjadi follower 
Mencari sesuatu di luar dirinya hingga muter-muter 

Mubeng-mubeng kluwer-kluwer 

Akhirnya keder 

### 

Setiap hari adalah hari raya 
Setiap hari menjadi sejatinya manusia 

### 

Menjalani simulasi di surga
Tak ada kejahatan, korupsi, dan segala kepalsuan 

Yang ada hanyalah suap-menyuap kasih sayang 

### 

Sekiranya itu hasil dari mudik sejati

Menebarkan cinta dan kebermanfaatan,
sebagai gembel tanpa embel-embel:
ingin dihormati, ingin dikenali, ingin dicintai 
 
Sumber gambar:

Rabu, 01 April 2020

Teater Corona, Aku, dan Afalaa Ta'qiluun


Oleh Duddy Fachrudin 

Teater corona terus berlanjut 
Akankah manusia kembali benjut

Aku siap benjut hingga hanya memakai cangcut 
Toh hidup ini hanya ketelingsut 

Mau melawan juga pakai apa? 
Wong aku ora duwe apa-apa 

Cuma bisa puasa tanpa sahur dan berbuka seadanya 
Kalau perlu mutih 40 hari 100 hari sekaligus bertapa dari segalanya 

### 

Aku hanya ingin Tuhan tidak murka 
Ini kehendak-Nya, 
bukan kehendakku 

Aku bukanlah aku 
Aku sudah tiada sejak dulu 

Meski yang dulu-dulu suka menyapa dalam mimpi 
Meminta untuk dikasihani 

### 

Aku hanyalah atom berongga 
Ruang hampa, gelap, dan tak bercahaya 

Hologram membisu, juga merindu 

### 

Aku cuma lempung kampung yang bebas ditelikung maupun diserimpung 
Aku fana fatamorgana yang sudah sejak dulu kala menderita 

### 

Aku materi berfrekuensi yang siap meluruh menjadi energi 
Terbebas dari labirin yang menghimpit penuh ilusi halusinasi 

### 

Corona akan terus bertamu 

Tak ingin menyuruh-nyuruh: 
"Tuhan, lenyapkan corona itu" 

Malu nyuruh-nyuruh Al-Hayyu Al Mumiitu 
Siapa aku nyuruh-nyuruh 

### 

Aku kulit yang mengelupas terkena panas 
Melepuh dan melepas 

Berduyun-duyun sel-sel mengayun tunduk memohon agar bisa ilaihi roji'uun 

### 

Aku, 
si dungu letih ringkih yang hanya bisa bersembunyi dalam kelambu 

Kelambu kasih sayang tempatku bersembahyang 
Menyanyikan stanza cinta bergelombang 

### 

Tak ikut-ikut lagi menanam buah khuldi 
Seperti yang mereka lakukan setiap hari 

Memanen, menikmati, menanam lagi dan lagi 
Terus berulang-ulang kali 

Tak pernah puas dan tak menyadari, 
misi penciptaan diri 

### 

Biarlah aku di sini, 
mati, 
membunuh diri 

Tak terbuai lagi dengan khuldi khuldi 

### 

Corona terus bergentayangan 
Yang ini datang berbulan-bulan 

Yang lain (mungkin) bertahun-tahun 
Menggembalakan racun agar manusia kembali membaca afalaa ta'qiluun 

### 

Bagi para pecinta, 
racun tha'un itu adalah kritik mesra dan pesona kasih-Nya tak terkira 

Sumber gambar: 

Selasa, 24 Maret 2020

Covid, Hafidh, Lockdown, dan Vektor Hati


Oleh Duddy Fachrudin

Manusia diperjalankan
Tuhan memperjalankan

Virus diperjalankan
Tuhan memperjalankan

Dalam kegelapan malam, Nabi diperjalankan
Tuhan memperjalankan

Semua diperjalankan
Tuhan memperjalankan

###

Semua diberhentikan
Tuhan memberhentikan

Ikhlas menerima apapun yang datang
Ikhlas menerima apapun yang pergi

Datang untuk pergi
Pulang untuk kembali

###

Diperjalankan dengan aneka tanya yang berkelindan
Jawaban-jawaban hanya ada saat melalui jalur pendakian

Seperti Nabi yang mendaki
Seperti Mereka yang senantiasa bersuci

Atau Mereka yang berdiam diri
Menembus samudera cinta hakiki

Melepaskan diri dari jerat eksistensi materi,
untuk menghirup cahaya esensi

###

Ada covid
Ada pula hafidh

Kamu covid atau hafidh?

Hafidh pemelihara
Covid pembawa bencana dengan tingkah lakunya

###

Tak pernah bertanya akar dari masalah
Hanya mencoba mengobati dan berupaya mencegah

Mata sembab melihat jasad tergeletak di bumi tak berpetak

Lalu pernahkah bertanya sebab dari semua ini?

###

Hafidh diperjalankan
Covid diperjalankan

Ada hafidh tetap hafidh
Ada hafidh menjadi covid
Ada covid selalu covid
Ada covid berubah wujud menjadi hafidh
Ada pula hafidh berwajah covid

###

Kenapa mesti berawal di Cina?
Kenapa mesti tak kasat mata?
Kenapa mesti menjelang puasa?
Kenapa mesti melalui peringatan hari dimana Nabi mengalami perjalanan luar biasa?

Pernahkah pemimpin dunia bertanya?

###

Ada shiyam
Ada shoum

Lockdown itu shiyam sekaligus shoum

Shiyam puasa makan minum dalam sehari
Shoum lebih luas lagi, menahan diri

Shiyam dan shoum meningkatkan iman dan imun

Masa kamu tidak mau melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat untuk kelangsungan hidupmu?

###

Tapi nanti depresi
Resesi ekonomi
Dapur tak mengepul lagi

Dengan bilang seperti ini, kamu sudah menjadi orang yang merugi

Manusia kufur yang tak bersyukur

Hidup ini hak guna, sejak kapan hidup menjadi hak milik?

###

Sejak materi mendominasi

Akhirnya jadilah penganut materialisme
Jadilah menuhankan kapitalisme

Semua dilihat dari untung rugi duniawi

###

Maka, beruntunglah mereka yang tak menikahi dunia

Seperti Nabi,
yang perlu diteladani dan diikuti

Makan dibatasi
Stok pakaiannya hanya untuk 2 hari
Rumahnya sangat kecil dan sempit sekali
Semua kekayaannya dibagi-bagi

###

Derita umatnya saat ini tak ada apa-apanya dibanding deritanya

Semua anak cucunya mati
Pernah diracun, disantet, diludahi, dan dicaci maki
Dilempar kotoran, dikucilkan, dan diusir dari kampung halaman

Yang tak menyukainya menyeru, "Tangkap... hidup atau mati!"

###

Tapi Nabi yang paling sering menangis dan mengemis dalam sujudnya

Cinta dan takut beriringan mengisi ruang hati
Tertuju satu hanya pada Ilahi

###

Dan salah satu do'a favorit Nabi:

"Ya Tuhan, hidupkan aku keadaan miskin dan bangkitkan aku kelak bersama orang-orang miskin."

Kamu pernah berdo'a seperti itu?

###

Sehat itu tak hanya fisik
Sehat itu holistik

Sehat mental, sosial, dan spiritual

Juga sehat finansial

Tapi kalau melihat Nabi, ia begitu sangat tidak sehat finansial

Namun begitu, riwayat sakitnya hanya 2 kali

###

Andai Nabi melihat bencana ini ia sangat bersedih

Sedih bukan karena jumlah yang mati

Sedih karena melihat kepongahan manusia
Meringis karena banyak yang mengaku mencintainya, namun nyatanya tipu-tipu belaka

###

Ini bukan lagi soal lockdown atau herd immunity

Ini masalah vektor hati

###

Hati yang perlu isra' dan mi'raj,
melintasi berbagai dimensi

Referensi:
Bagian shiyam, shoum dan Nabi terinspirasi dari buku dr. Ade Hashman yang berjudul, "Cinta, Kesehatan, dan Munajat Emha Ainun Nadjib", penerbit Bentang

Sumber gambar:
https://emphaticallynomadic.com/how-to-find-yourself-through-a-spiritual-journey/

Rabu, 12 Desember 2018

Hahaha (Sebuah Puisi)


Oleh Duddy Fachrudin

Pagi ini berlari anak-anak
Tertawa terbahak-bahak
Mereka bersamaku
Aku bersamanya

Namanya Fara, Dila, dan Sopia
Mereka punya cita-cita
Untuk mengelilingi dunia
Hahaha aku tertawa

Baiklah kalau begitu: mari kita lakukan

Bandung, 2011

Sumber gambar: 
http://www.chaptershealth.org/hospice-around-the-world/

Minggu, 30 September 2018

Mindful Couple: Mencintai Kehilangan


Oleh Duddy Fachrudin

Kehilangan adalah luka. Ia juga derita yang menjerat rasa.
Meski begitu, kehilangan dapat memiliki makna yang berbeda. Setidaknya bagi para manusia yang pandai mengambil hikmah.

Kehilangan begitu menyesakkan, jika tidak dibekali dengan penerimaan dan pemaafan.

Maka kehilangan memanggilmu untuk menguji cintamu.

Mencintai kehilangan bukanlah memaksa untuk terhempas, melainkan ikhlas melepas.
Mencintai kehilangan adalah mensyukuri nikmat yang telah diberi.
Dan...
mencintai kehilangan berarti siap menerima kebaruan dalam kehidupan.

Janganlah menjadi jiwa-jiwa yang bersedih,
karena kekasihmu selalu di sini,
saat ini.

Dengarkanlah...
dengarkanlah rasa yang berhembus mesra dengan sepenuh hati.

Sumber gambar:
http://griyaquran.org/belajar-alquran/ikhlas-berbuat-kebaikan-i

Sabtu, 22 September 2018

Puisi: Anatomi Cinta


Oleh Duddy Fachrudin

Di sinilah aku
bertanya tentang rindu
yang terasa begitu saja
melewati ruang cinta

hadirmu

Di sinilah kamu
menemani jiwa yang rapuh
yang terdiam tanpa kata
merajutkan ruang makna

bisikmu

Hampir saja aku benar-benar buta
mencandu dunia yang tak pernah ada

Dirimu menenangkanku
menghangatkanku
menunjukkanku cara
menyusun anatomi cinta

Sumber gambar:
http://www.scotlandyardnews.com/what-a-drag-flavoured-e-cigarettes-could-be-toxic-to-your-heart-and-these-are-the-most-dangerous-offenders/966/

Senin, 20 Agustus 2018

Puisi: Aku Ingin Di Sini


Oleh Duddy Fachrudin

Aku ingin di sini
hadir sepenuhnya dalam lautan mimpi sang pencari
Aku tak mau pergi
karena jiwa ini tertaut padamu, wahai Kekasih Hati
Aku tak mau kalah lagi
terapung dalam kecemasan dan kesedihan tak berarti

Hidup,
hidup itu hanya sekedar menjalani
menikmati apapun momen saat ini
sambil tak lupa menerima dan mencintai diri
meski di luar sana depresi dan penuh caci maki

Aku ingin di sini
duduk berdua bersama Centhini
melantunkan beragam melodi
yang tak kunjung berhenti

Dan aku ingin di sini,
karena aku mencintai,
karena aku mensyukuri cinta ini

Sumber gambar:
https://fineartamerica.com/featured/happiness-is-here-and-now-julie-niemela.html

Kamis, 26 April 2018

Puisi Rindu (Sebuah Metafora)


Oleh Duddy Fachrudin

Sesak itu bernama rindu,
yang menggebu tak kenal waktu,
yang menderu-deru menyiksa kalbu,
yang berusaha melepaskan segala ambisi palsu.

Berselimut rindu terbujur kaku,
menggigil aku,
lalu membeku,
sekaligus membakar sembilu nafsu sang buruh.

Sumber gambar:
https://fiadesi29.blogspot.co.id/2017/10/rindu.html