Tampilkan postingan dengan label Terapi Mindfulness. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Terapi Mindfulness. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Juli 2024

Forest Therapy: Sebuah Ikhtiar Untuk Pulih Melalui Energi Hutan

Oleh Duddy Fachrudin & Andry "Sting" Edwin Dahlan 

Aku bersandar di sini untuk terpapar 
Olehmu mentari yang memancar, 
juga pinus-pinus yang menghampar 
Menghantarkan molekular minyak atsiri ke dalam tubuh 
Untuk segera pulih serta bertumbuh

Aktivitas forest therapy

Maka sejenak saja meluangkan waktu mengunjungi sahabat, yaitu hutan-hutan yang lebat, lalu memeluknya dengan hangat. Begitulah forest therapy mengajarkan kepada kami, manusia yang penuh dengan dialektika untuk belajar secara sadar serta berikhtiar merawat diri dari berbagai inflamasi melalui energi hutan yang penuh cinta kasih. 

Salah satu bentuk terapi hutan yaitu forest bathing yang intinya melakukan aktivitas di hutan dengan sadar atau mindful. Meditasi di hutan dengan melibatkan indera dan "menyatu", serta menyelaraskan diri dengan hutan. Itulah forest bathing. Kalau di Jepang dilabeli Shinrin-yoku.

Sakit pada tubuh terkait dengan respon inflamasi, yaitu respon biologis dari sistem imun yang dipicu oleh berbagai faktor, yaitu patogen, sel yang rusak dan senyawa beracun. Mediator inflamasi seperti Interleukin-6 (IL-6) dan Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α) perlu dikendalikan sehingga respon inflamasi tidak semakin berlebih dan kerusakan jaringan dapat dicegah.

Penelitian menunjukkan individu yang menjalani forest bathing memiliki kadar IL-6 dan TNF-α yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu stres oksidatif menurun akibat pengaruh senyawa terpen yang ada pada pohon.

Senyawa terpen, seperti limonene dan pinene menurunkan jumlah pelepasan berbagai sitokin pro-inflamasi seperti IL-6, IL-1, dan TNF-α serta menginhibisi aktivitas faktor transkripsi yang berperan dalam inflamasi, yaitu Nuclear Factor kappaB (NF-κB). Terpen secara umum mengurangi aktivitas katalitik enzim yang terlibat dalam pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) dan memiliki efek antioksidan yang kuat.

Maka seperti kata Hippocrates, "nature itself is the best physician". Dokter terbaik, tiada lain alam (yang di dalamnya terdapat hutan) itu sendiri yang diciptakan Tuhan sebagai anugerah kepada manusia. 

Sumber gambar:
https://www.instagram.com/duddyfahri/

Jumat, 23 Oktober 2020

Terapi Mindfulness: Agar Menerima dan Mencintai Diri (Self-Love)



Oleh Duddy Fachrudin 

Kadang-kadang tidak mudah menerima diri sendiri dan mencintai diri ini apa adanya. 

Kita sering melihat diri ini serba kekurangan: kurang tampan/ cantik, kurang anggun, kurang pede, kurang sejahtera, kurang kaya, dan sebagainya. Dan untuk menutupi berbagai kekurangan itu, kita seolah-olah menjadi orang lain. 

Kita ibarat memakai topeng yang menyembunyikan wajah sendiri.

Awalnya dengan menyembunyikan "wajah" kita, seolah-olah kita bahagia. Namun sesungguhnya kebahagiaan yang semu. 

Ini terlihat dari sebuah film yang berjudul 200 Ponds of Beauty yang mengisahkan seorang gadis tambun dan jelek, namun memiliki suara emas yang bernama Hanna. Ia sosok di belakang layar dari seorang penyanyi yang memiliki suara pas-pasan namun cantik dan seksi. Perpaduan dua orang yang berbeda fisik dan suara itu menghasilkan kolaborasi yang menawan. Namun karena suatu hal, Hanna sakit hati dan ia memutuskan untuk melakukan operasi plastik pada tubuhnya.

Bak dewi baru turun dari kayangan. Hanna menjadi bidadari nan anggun memesona seluruh jagad raya. Dengan penampilan barunya, ditambah suara emasnya, Hanna menjadi bintang baru industri musik dunia. Ia pun menyembunyikan identitasnya dan menggantinya menjadi Jenny. 

Ternyata popularitas yang diraih Jenny membuatnya lupa akan dirinya. Ia membuang dirinya dan seolah tak mengenal lagi dirinya. Silau kemilau dunia keartisan pun membuatnya lupa pada sahabat sejatinya, bahkan ayahnya sendiri.

Untungnya Jenny mulai sadar bahwa menjadi orang lain ternyata tidak baik. Jenny merindukan dirinya sebagai Hanna yang apa adanya, mencintai sahabat dan juga ayahnya, serta anjingnya yang selalu menemaninya. 

Hanna kemudian melepas topeng palsunya dengan mengatakan kepada semua orang bahwa ia bukanlah Jenny, namun Hanna yang gemuk dan jelek yang melakukan operasi plastik. Dan ia bahagia kembali menjadi seorang Hanna meski banyak fansnya kemudian membencinya.

Topeng-topeng palsu secara tidak sadar sering kita gunakan sehari-hari... itulah yang sesungguhnya membuat orang tidak bahagia di dunia ini. 

Maka biarkan kita menerima dan mencintai diri (self-love) ini apa adanya. 

Ya memang beginilah diriku dan kemudian berkata, “Terima Kasih Tuhan atas segala kreasi yang kauciptakan pada diriku ini.” 


Sumber gambar:
https://www.instagram.com/duddyfahri/

Senin, 12 Oktober 2020

Terapi Mindfulness: Konflik dalam Diri



Oleh Duddy Fachrudin

Permasalahan psikologis utama yang terjadi pada diri manusia adalah konflik dalam diri, karena hampir setiap hari manusia mengalami konflik. 

Saat bangun pagi, sebagian besar dari kita menengok jam lalu setelah mengetahui pukul berapa kita bangun, bagian diri kita berkata, “Oh masih jam 3 pagi”, lalu dengan refleksnya kita menarik selimut dan bersiap tidur kembali. Tiba-tiba sebelum kita terlelap lagi, terdengar sesuatu di dalam hati, “Hei... kenapa kau tidur lagi. Ayo bangun dan sholat tahajud.” 

Itulah konflik, dan dapat kita temui dalam kehidupan sejak bangun hingga bersiap untuk tidur kembali.

Contoh lain adalah ketika saya diminta seorang sahabat untuk memberikan terapi kepadanya agar ia bisa mengurangi frekuensi menonton drama Korea dan bisa lebih menggunakan waktunya untuk belajar. 

Kebiasaan sahabat saya menonton drama Korea ternyata mengusik agenda belajarnya. Atau... aktivitas belajarnya yang justru mengganggu kesenangannya menonton drama Korea?

Konflik dalam diri terjadi karena pertentangan antara dua atau lebih bagian diri dalam diri kita. Dalam kasus di atas, satu bagian diri sahabat saya mengatakan, “Nanti ya belajarnya, nonton drama Korea dulu”, dan satu bagian diri yang lain, “Tapi ini kan waktunya belajar, kenapa malah nonton?”

Dalam mindfulness, saat terjadi konflik antar bagian diri, kita perlu mengamati (pay attention) dan  menyadari (aware) kehadiran bagian-bagian diri tersebut. Lalu memahami apa tujuan yang diinginkan bagian-bagian diri tersebut serta menerimanya (acceptance). Langkah terakhir, diri kitalah yang mendamaikan mereka dengan kebijaksanaan tertinggi. 

Maka, teruslah berlatih mendamaikan diri... saat diri telah damai, maka kita tumbuh menjadi pribadi seimbang, kokoh, dan utuh. 

Sumber gambar:

Kamis, 17 September 2020

Cara Melepaskan Trauma Masa Lalu




Oleh Duddy Fachrudin 

Trauma masa lalu seringkali membuat hidup seseorang menjadi tidak nyaman. Apalagi jika ia sering terbayang dan bertemu dengan objek atau subjek trauma.

“Bagaimana caranya agar perasaan dendam kepada ayah saya berhenti?”

Dalam sebuah forum kecil yang saya bawakan, tiba-tiba saja seorang residen narkoba mengangkat tangannya dan bertanya kepada saya. 

Ia terlihat masih sangat muda dan usianya mungkin masih 20 tahun. Nafasnya terasa berat, meski wajahnya mencoba untuk tegar. 

Seketika saya menanggapi pertanyaannya dengan senyuman agar ia lebih tenang.

Tanpa diminta oleh saya, ia bercerita mengenai pengalaman traumatisnya. Hal itu terjadi saat ia kelas 4 SD. Kepala bagian kanan dipukul dengan sebongkah kayu oleh ayahnya. 

Pemuda ini mengakui bahwa sebenarnya ia dipukul karena kesalahannya, yaitu membolos sekolah. Namun, kejadian tersebut selalu membekas dan membuatnya marah serta dendam kepada ayahnya.

Saya merasakan hal yang telah terjadi padanya. 

Tentu pengalaman tersebut sangat menyakitkan, dan yang lebih menyakitkan adalah ingatan tentang pengalaman itu terus tertanam dalam pikirannya. 

Namun, meskipun ia sadar bahwa ia marah dan dendam terhadap ayahnya, ia berusaha untuk mencari solusi. 

Ini adalah suatu hal yang sangat positif, karena suatu hal yang sia-sia jika terus menerus mengutuk kegelapan. Lebih baik mulai menyalakan lilin kehidupan, bukan? 

###

Banyak orang mengalami peristiwa-peristiwa negatif dalam hidupnya, termasuk orang-orang sukses. Salah satu orang tersebut adalah Oprah Winfrey yang bukan hanya sukses sebagai seorang host, pengusaha, filantropis, dan masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia. 

Namun yang paling penting ia telah sukses melepas pengalaman traumatiknya. Oprah kecil sering mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh sepupunya sendiri. Dan ketika ia berusia 14 tahun, ia hamil dan bayinya meninggal.

Dengan tekad dan kecerdasannya, Oprah perlahan mulai bangkit dan melepaskan pengalaman pahitnya, serta berusaha fokus pada pekerjaannya sebagai penyiar berita di sebuah stasiun radio lokal. 

Dua tahun berikutnya ia direkrut oleh stasiun televisi dan dipekerjakan bukan hanya sebagai pembawa berita, tapi juga sebagai host acara talkshow “People Are Talking”. Karirnya terus menanjak hingga ia memandu program acaranya sendiri, yaitu “The Oprah Winfrey Show” sejak tahun 1986.

Melepas pengalaman traumatik dapat dilakukan dapat dengan berfokus pada apa yang kita ingin capai. Bagi sebagian orang hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Namun bagi yang lain terasa sangat sulit, karena ketika fokus pada pekerjaan, misalnya, ingatan-ingatan menyakitkan itu muncul kembali dan mengganggu fokus. 

Maka pada titik ini, kita perlu kembali kepada pengalaman tersebut, melihatnya, mendengarnya, merasakannya, dan berdamai dengannya.

Berdamai dengan memaafkan orang yang pernah menyakiti kita atau bahkan memaafkan diri kita sendiri yang telah berbuat salah di masa lalu. 

Karena bukankah memaafkan adalah memberi ruang kecil dari kebencian yang ada dalam hatimu?

Memeluk pengalaman traumatis dengan penuh penerimaan, memaafkan, dan cinta membuat hati lebih tenang. Bukan hanya itu, kita tidak lagi terpenjara dalam jeruji pikiran. 

Sumber gambar: