Teater corona terus berlanjut
Akankah manusia kembali benjut?
Aku siap benjut hingga hanya memakai cangcut
Toh hidup ini hanya ketelingsut
Mau melawan juga pakai apa?
Wong aku ora duwe apa-apa
Cuma bisa puasa tanpa sahur dan berbuka seadanya
Kalau perlu mutih 40 hari 100 hari sekaligus bertapa dari segalanya
###
Aku hanya ingin Tuhan tidak murka
Ini kehendak-Nya,
bukan kehendakku
Aku bukanlah aku
Aku sudah tiada sejak dulu
Meski yang dulu-dulu suka menyapa dalam mimpi
Meminta untuk dikasihani
###
Aku hanyalah atom berongga
Ruang hampa, gelap, dan tak bercahaya
Hologram membisu, juga merindu
###
Aku cuma lempung kampung yang bebas ditelikung maupun diserimpung
Aku fana fatamorgana yang sudah sejak dulu kala menderita
###
Aku materi berfrekuensi yang siap meluruh menjadi energi
Terbebas dari labirin yang menghimpit penuh ilusi halusinasi
###
Corona akan terus bertamu
Tak ingin menyuruh-nyuruh:
"Tuhan, lenyapkan corona itu"
Malu nyuruh-nyuruh Al-Hayyu Al Mumiitu
Siapa aku nyuruh-nyuruh
###
Aku kulit yang mengelupas terkena panas
Melepuh dan melepas
Berduyun-duyun sel-sel mengayun tunduk memohon agar bisa ilaihi roji'uun
###
Aku,
si dungu letih ringkih yang hanya bisa bersembunyi dalam kelambu
Kelambu kasih sayang tempatku bersembahyang
Menyanyikan stanza cinta bergelombang
###
Tak ikut-ikut lagi menanam buah khuldi
Seperti yang mereka lakukan setiap hari
Memanen, menikmati, menanam lagi dan lagi
Terus berulang-ulang kali
Tak pernah puas dan tak menyadari,
misi penciptaan diri
###
Biarlah aku di sini,
mati,
membunuh diri
Tak terbuai lagi dengan khuldi khuldi
###
Corona terus bergentayangan
Yang ini datang berbulan-bulan
Yang lain (mungkin) bertahun-tahun
Menggembalakan racun agar manusia kembali membaca afalaa ta'qiluun
###
Bagi para pecinta,
racun tha'un itu adalah kritik mesra dan pesona kasih-Nya tak terkira
Sumber gambar:
0 komentar:
Posting Komentar