Covid, Hafidh, Lockdown, dan Vektor Hati
Oleh Duddy Fachrudin
Manusia diperjalankan
Tuhan memperjalankan
Virus diperjalankan
Tuhan memperjalankan
Dalam kegelapan malam, Nabi diperjalankan
Tuhan memperjalankan
Semua diperjalankan
Tuhan memperjalankan
###
Semua diberhentikan
Tuhan memberhentikan
Ikhlas menerima apapun yang datang
Ikhlas menerima apapun yang pergi
Datang untuk pergi
Pulang untuk kembali
###
Diperjalankan dengan aneka tanya yang berkelindan
Jawaban-jawaban hanya ada saat melalui jalur pendakian
Seperti Nabi yang mendaki
Seperti Mereka yang senantiasa bersuci
Atau Mereka yang berdiam diri
Menembus samudera cinta hakiki
Melepaskan diri dari jerat eksistensi materi,
untuk menghirup cahaya esensi
###
Ada covid
Ada pula hafidh
Kamu covid atau hafidh?
Hafidh pemelihara
Covid pembawa bencana dengan tingkah lakunya
###
Tak pernah bertanya akar dari masalah
Hanya mencoba mengobati dan berupaya mencegah
Mata sembab melihat jasad tergeletak di bumi tak berpetak
Lalu pernahkah bertanya sebab dari semua ini?
###
Hafidh diperjalankan
Covid diperjalankan
Ada hafidh tetap hafidh
Ada hafidh menjadi covid
Ada covid selalu covid
Ada covid berubah wujud menjadi hafidh
Ada pula hafidh berwajah covid
###
Kenapa mesti berawal di Cina?
Kenapa mesti tak kasat mata?
Kenapa mesti menjelang puasa?
Kenapa mesti melalui peringatan hari dimana Nabi mengalami perjalanan luar biasa?
Pernahkah pemimpin dunia bertanya?
###
Ada shiyam
Ada shoum
Lockdown itu shiyam sekaligus shoum
Shiyam puasa makan minum dalam sehari
Shoum lebih luas lagi, menahan diri
Shiyam dan shoum meningkatkan iman dan imun
Masa kamu tidak mau melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat untuk kelangsungan hidupmu?
###
Tapi nanti depresi
Resesi ekonomi
Dapur tak mengepul lagi
Dengan bilang seperti ini, kamu sudah menjadi orang yang merugi
Manusia kufur yang tak bersyukur
Hidup ini hak guna, sejak kapan hidup menjadi hak milik?
###
Sejak materi mendominasi
Akhirnya jadilah penganut materialisme
Jadilah menuhankan kapitalisme
Semua dilihat dari untung rugi duniawi
###
Maka, beruntunglah mereka yang tak menikahi dunia
Seperti Nabi,
yang perlu diteladani dan diikuti
Makan dibatasi
Stok pakaiannya hanya untuk 2 hari
Rumahnya sangat kecil dan sempit sekali
Semua kekayaannya dibagi-bagi
###
Derita umatnya saat ini tak ada apa-apanya dibanding deritanya
Semua anak cucunya mati
Pernah diracun, disantet, diludahi, dan dicaci maki
Dilempar kotoran, dikucilkan, dan diusir dari kampung halaman
Yang tak menyukainya menyeru, "Tangkap... hidup atau mati!"
###
Tapi Nabi yang paling sering menangis dan mengemis dalam sujudnya
Cinta dan takut beriringan mengisi ruang hati
Tertuju satu hanya pada Ilahi
###
Dan salah satu do'a favorit Nabi:
"Ya Tuhan, hidupkan aku keadaan miskin dan bangkitkan aku kelak bersama orang-orang miskin."
Kamu pernah berdo'a seperti itu?
###
Sehat itu tak hanya fisik
Sehat itu holistik
Sehat mental, sosial, dan spiritual
Juga sehat finansial
Tapi kalau melihat Nabi, ia begitu sangat tidak sehat finansial
Namun begitu, riwayat sakitnya hanya 2 kali
###
Andai Nabi melihat bencana ini ia sangat bersedih
Sedih bukan karena jumlah yang mati
Sedih karena melihat kepongahan manusia
Meringis karena banyak yang mengaku mencintainya, namun nyatanya tipu-tipu belaka
###
Ini bukan lagi soal lockdown atau herd immunity
Ini masalah vektor hati
###
Hati yang perlu isra' dan mi'raj,
melintasi berbagai dimensi
Referensi:
Bagian shiyam, shoum dan Nabi terinspirasi dari buku dr. Ade Hashman yang berjudul, "Cinta, Kesehatan, dan Munajat Emha Ainun Nadjib", penerbit Bentang
Sumber gambar:
https://emphaticallynomadic.com/how-to-find-yourself-through-a-spiritual-journey/
0 komentar:
Posting Komentar