Oleh Nita Fahri Fitria
Benang merah dari kisah Drama Korea Hi Bye, Mama! yang berhasil menyentuh hati pemirsa, yang juga menjadi momen comeback dramatis Kim Tae Hee, adalah penyesalan.
Sebelumnya banyak juga drama Korea yang mengangkat tema penyesalan orang yang sudah meninggal sehingga menjadi arwah yang tidak tenang dan terjebak di dunia. Sebut saja Hotel del Luna yang bercerita tentang seorang wanita yang terjebak selama 1000 tahun di dunia karena menyimpan amarah yang tak tuntas. Juga Oh My Ghost yang membuat sang arwah kebingungan sendiri kenapa ia tak bisa “naik ke atas” karena ternyata mengalami kematian yang tidak wajar sementara ia punya urusan yang belum selesai di dunia.
Hi Bye, Mama! sendiri berkisah tentang seorang wanita bernama Cha Yu Ri yang meninggal karena kecelakaan. Yang membuatnya tertahan di dunia adalah karena ia belum sempat memeluk anak yang terlahir dari rahimnya bertepatan dengan datangnya ajal.
Uniknya, secara ajaib Cha Yu Ri mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali selama 49 hari karena ibunya yang memohon kepada Dewa agar diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan putrinya meski hanya satu kali saja. Begitulah, Cha Yu Ri berada dalam lingkaran ketidakrelaan atas perpisahan yang mendadak.
Rupanya kesempatan hidup kembali selama 49 hari bukan sepenuhnya hadiah yang membahagiakan. Ada banyak sekali masalah pelik yang terjadi selama 49 hari tersebut. Puncaknya adalah saat Cha Yu Ri haru memilih, apakah ia akan tetap hidup dunia dengan konsekuensi anaknya yang selamanya akan memiliki kemampuan melihat hantu, atau “naik” ke alam baka dan mengikhlaskan kehidupan yang memang sudah ia tinggalkan sebelumnya.
Sebagai seorang ibu, Cha Yu Ri tentu saja dengan mantap memilih untuk menyelamatkan anaknya dan pergi untuk selamanya. Ia dan orang-orang di sekelilingnya kemudian tersadarkan tentang apa itu melepas yang sesungguhnya. Tentang menjalani hari tanpa penyesalan dan rasa bersalah.
Kita saat ini berada dalam masa krisis sebagai konsekuensi dari hadirnya wabah penyakit yang menimpa seluruh penjuru dunia. Dan kita akhirnya terjebak pada sebuah sikap yang mirip dengan Cha Yu Ri dan keluarganya, yakni menolak keadaan yang hadir saat ini.
Mungkin pada awalnya kita tidak sadar, sama seperti halnya Cha Yu Ri yang bersikap sangat spontan saat pertama kali memilih menjadi arwah yang bergentayangan. Kita juga seolah tidak sadar membiarkan ketidak relaan bergentayangan dan serba penasaran dengan apa yang terjadi.
Ketidak relaannya beragam, dari yang masuk akal hingga memperumit diri sendiri. Tak rela dilarang mudik, lalu pura-pura jadi barang angkutan dan bersembunyi dibalik kontainer sayur. Karena penasaran dan tak bisa membayangkan lebaran tanpa mudik, akhirnya membiarkan dirinya gentayangan dalam batas realitas.
Padahal memilih untuk ridha terhadap kenyataan yang ada, meski berat, tapi justru memudahkan diri sendiri. Masalahmu makin rumit ketika kamu melawan. Bahkan meski kamu dikasih kesempatan kedua seperti Cha Yu Ri, tetap saja keadaannya super rumit dan pada akhirnya harus memilih di antara dua bilah pisau yang sama-sama tajam. Rumit bukan main.
Ridha terhadap ketentuan yang Allah gariskan, seberat apapun wujudnya, tetaplah berbuah ridha-Nya Allah. Maka saatnya kembali menjadi hamba yang ridha terhadap takdir Rabbnya. Karena bahagia itu terletak pada hati yang ikhlas.
Sumber gambar:
0 komentar:
Posting Komentar