Di tengah cuaca Praha yang dingin, dengan wajah yang nyaris membeku, Tulus menggambarkan sepi dan dinginnya kondisi perpisahan sepasang insan yang dulunya saling mencinta.
Ini adalah lagu ballad pertamanya yang berhasil menghipnotis puluhan juta pasang telinga pada 2016 lalu. Uniknya, lirik lagu “Pamit” milik Tulus ini terangkai dengan makna implisit: kesadaran penuh soal kondisi yang ada dan kesediaan untuk melepas demi kebaikan bersama.
Tubuh saling bersandar
Ke arah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam
Saat ku menanti fajar
Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang
Dua bait lirik di atas menggambarkan pengamatan yang objektif terhadap tokoh “aku” dalam lagu dengan pasangannya. Tubuhnya saling bersandar, tapi arah pandangnya sudah berbeda, dan kita menginginkan hal yang tak lagi sama. Bersama, tapi sudah tak lagi saling terhubung, sudah berusaha, tapi ternyata tak membuahkan hasil. Pilihan kata yang diambil menggambarkan kedewasaan seseorang yang mengambil keputusan setelah melewati proses pengamatan dan proses usaha untuk memperbaiki keadaan.
Tubuh saling bersandar
Ke arah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam
Saat ku menanti fajar
Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang
Dua bait lirik di atas menggambarkan pengamatan yang objektif terhadap tokoh “aku” dalam lagu dengan pasangannya. Tubuhnya saling bersandar, tapi arah pandangnya sudah berbeda, dan kita menginginkan hal yang tak lagi sama. Bersama, tapi sudah tak lagi saling terhubung, sudah berusaha, tapi ternyata tak membuahkan hasil. Pilihan kata yang diambil menggambarkan kedewasaan seseorang yang mengambil keputusan setelah melewati proses pengamatan dan proses usaha untuk memperbaiki keadaan.
Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu
Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu
Jangan paksakan genggamanmu, sebuah pinta demi kebaikan si cinta agar tak memaksakan sesuatu yang memang tak lagi bisa menyatu. Izinkan aku pergi, kutetap teman baikmu, cara pamit yang dewasa dengan sebuah penekanan: perpisahan ini tak akan membuatku membencimu. Sebuah jaminan agar perpisahan ini tak menyisakan masalah berkepanjangan.
Maret 2022, Tulus kembali menyajikan lagu perpisahan dengan irama yang lebih manis dan santai. Kali ini liriknya tak kalah mindful dan penuh kebijaksanaan. Judulnya “Hati-Hati di Jalan”, jadi biar berpisah tetap mendo’akan yang baik-baik. Do’a baik untuk dia yang mengarah pada tuju yang berbeda, karena “aku” dalam lagu ini sadar penuh bahwa hidup mereka harus terus berjalan.
Kau melanjutkan perjalananmu
Ku melanjutkan perjalananku
Tidak hanya soal hati-hati di jalan. Meski temanya perpisahan, tapi lagu ini punya sisi optimisme yang terselip apik pada lirik,
Semoga rindu ini menghilang
Konon katanya waktu sembuhkan
Si “aku” di sini begitu memahami perasaannya yang merindu kasih sayang yang membekas, tapi di saat yang bersamaan juga optimis bahwa ada jalan keluar usai lorong panjang yang gelap akibat pijar yang tlah redam. Inilah lagu patah hati yang mengajarkan resiliensi.
Tulus mengajarkan kita bahwa manusia sejatinya punya sumber daya untuk tetap berdiri tegak dan tak putus harap meski dalam kondisi berduka.
Bahwa keterampilan mengamati situasi, melihat segala sesuatu sesuai apa adanya ia, bukan sesuai dengan penilaian yang kita mau, sangat bisa membuat manusia pada akhirnya menimbang dengan jernih dan mengambil keputusan dengan bijaksana. Sadar akan ada luka, tapi juga sadar bahwa setiap luka ada penawarnya.
Memahami ini sebagai situasi yang tak mudah dan menyakitkan, tapi juga sadar bahwa tak ada alasan untuk menyalahkan apalagi membenci. Itulah mengapa, meski sakit, tapi tetap mendo’akan yang terbaik.
Dan Tulus telah mengajarkan perpisahan yang tulus dengan penuh cinta kasih.
Dan Tulus telah mengajarkan perpisahan yang tulus dengan penuh cinta kasih.
Sumber gambar:
0 komentar:
Posting Komentar