Belum lama ini sehubungan dengan perkembangan wabah atau
pageblug yang diperantarai virus SarsCoV-2, Sultan HB X menyampaikan petuah
dari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang sangat relevan dalam memaknai kondisi yang
terjadi saat ini; Mangasah Mangising Budi, Memasuh Malaking Bumi.
Maknanya
adalah; mengasah ketajaman akal-budi, membasuh malapetaka bumi. Ini sejalan
dengan dalil:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)" (QS Ar-Ruum: 41)
Pageblug ini adalah sebuah peringatan, sekaligus sebuah
proses pembelajaran komprehensif yang menempatkan manusia di posisi untuk
melakukan proses kontemplasi dan secara paralel "dipaksa" untuk
berpikir sistematik dalam menemukan solusi yang bersifat sistemik.
Ketidak
berimbangan pada proses eksploitasi dalam rangka mengakomodir pemenuhan
kebutuhan akan rasa aman yang berlebihan, telah menempatkan manusia dalam posisi
gagal mensyukuri dan menahan diri dalam mengambil manfaat di semesta
sebagaimana yang telah dijanjikan.
Padahal segenap potensi alam yang telah
diciptakan Allah Swt., tak lain dan tak bukan dimaksudkan untuk diolah hingga
memiliki nilai tambah serta dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari berkah.
Kajian tafsir, baik tafsir bil ma'sur maupun tafsir birra'yi
dari berbagai ayat Allah tentang potensi sumber daya alam, menunjukkan bahwa
memang semestinya manusia dapat mengolah dan mengambil manfaat dari semua yang
telah diciptakan Allah hingga dapat menghadirkan banyak hal yang bersifat
maslahat.
Tetapi sekali lagi, jika saya boleh menyitir nasehat Sultan HB X,
masalah kita terkait naluri impulsi serakah tak terlepas dari karakter 3G
berikut: golek menange dewe (mencari menangnya sendiri), golek butuhe dewe
(mencari kebutuhan sendiri), dan golek benere dewe (mencari benarnya sendiri).
Karena teknologi teleko sudah berkembang, izin saya
menambahi menjadi 5G ya: golek senenge dewe, dan golek slamete dewe.
Egosentrisme yang lahir dari kinerja survival tools di otak manusia. Ketika
spektrum naluri limbikiyah telah memancarkan sinar yang berintensitas tinggi,
maka spektrum waskita perlahan berpendar menuju pudar karena terinferensi gelombang
yang didominasi kecemasan yang berenergi reduksi yang condong mengeliminasi.
Sumber gambar:
0 komentar:
Posting Komentar