Kamis, 12 September 2019

Spiderman dan Neuroleadership


Oleh Duddy Fachrudin

Jauh-jauh hari sebelum Spiderman berguru pada Tony Stark alias Iron Man dan bertransformasi menjadi lebih futuristik, ia adalah remaja biasa yang senang belajar, pengantar pizza, dan pengagum setia Marry Jane Watson, yang berharap dapat bermalam minggu berdua bersama.

Namun kekuatan yang diperolehnya menuntutnya untuk bertanggung jawab. The great power comes great responsibility. Teringat ia dengan pesan Uncle Ben tercintanya. Maka hari-hari yang dilaluinya adalah pengambilan keputusan: menjadi Peter Parker atau beraksi menumpas kejahatan dengan kostum laba-labanya?

Nyatanya proses pengambil keputusan sangatlah kompleks. Beberapa bagian otak berperan di dalamnya, seperti dorsolateral prefrontal cortex (dlPfc), orbitofrontal cortex (oFc), ventromedial prefrontal cortex (vmPfc), dan anterior cingulate cortex (ACC). Belum lagi nucleus accumbens (NAcc), amygdala, ventral tegmental area (VTA), serta insular dan somatosensory cortex.

Bayangkan saat Mary Jane sudah mengiyakan ajakan nonton, tiba-tiba sensor laba-laba Peter Parker berbunyi. Sudah asyik mau nge-date dengan doi, eh ada cecunguk (penjahat) yang mengganggu.

Susah loh jadi Peter Parker. Maka Peter Parker di dunia nyata maujud dalam profesi-profesi sosial yang senantiasa dibutuhkan orang lain. Atau ia juga merupakan pemimpin yang selalu dinanti keputusannya.

Pengelolaan aktivitas pada bagian otak menjadi kunci dari pengambilan keputusan yang waskita. Change your brain change your life atau sebaliknya mengubah kehidupan (perilaku) mengubah otak kita. Ini karena otak bersifat plastis.

Maka keputusan waskita nan bijaksana merupakan keputusan berbasis nilai dan visi, terkontrol oleh norma, tidak tergesa-gesa, dan pastinya tidak menghasilkan kesenangan semu atau sesaat.

Whatever comes our way, whatever battle we have raging inside us, we always have a choice. Bukan hanya Spiderman dan para pemimpin kali ya. Ini kan tentang kita, manusia dengan segenap potensinya.

Eh tapi, bagaimana caranya mengelola dorsolateral dan kawan-kawannya itu sehingga kita bisa menghasilkan keputusan yang bijaksana?

Sumber gambar:
Dokumentasi pribadi

Share:

0 komentar:

Posting Komentar