Tampilkan postingan dengan label Totto-Chan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Totto-Chan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 April 2019

Mindful Learning: Mengelola Stres dan Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan (Bagian 2, Habis)


Oleh Duddy Fachrudin

Tomoe Gakuen ibarat pelipur lara seorang Totto-Chan yang mendamba pembelajaran yang menyenangkan.

Pendidikan berbasis cinta mengeliminir segala rasa negatif yang mungkin muncul dan berpotensi mereduksi kehausan akan ilmu pengetahuan.

Terbukti, buku yang ia tulis: Totto-Chan, The Little Girl at The Window adalah sekumpulan memori yang jujur tentang pengalaman bahagianya selama dididik Sosaku Kobayashi.

Maka, seorang Guru adalah orangtua, dan orangtua adalah Guru bagi anak-anaknya. Perilaku yang dihadirkan anak dalam keseharian mencerminkan didikan keduanya.

Guru menandai kebangkitan Jepang setelah negara tersebut hancur lebur di Perang Dunia II. Guru juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan psikologis negara paling bahagia bernama Finlandia.

Negara ini (Indonesia) membutuhkan guru, yang bukan sekedar mentransfer pengetahuan dan keterampilan, melainkan menanamkan nilai-nilai kehidupan.

Guru yang juga mengajarkan anak didiknya mengenal pikiran serta perasaannya.

Guru yang mengajarkan kebahagiaan. Dan Guru yang membebaskan penderitaan murid-muridnya.

Tak ada lagi derita, stres, atau intimidasi yang mengganggu (bullying) secara verbal maupun fisik.

Yang ada hanyalah sebuah perjalanan dalam mencari ilmu dengan penuh bahagia dan penuh cinta.

<<< Halaman Sebelumnya

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Sabtu, 27 Januari 2018

Mindful Learning: Mengelola Stres dan Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan (Bagian 1)

Buku Totto Chan

Oleh Duddy Fachrudin

Bagi anak-anak, buku ini adalah buku cerita anak yang mengisahkan seorang anak dan masa-masa sekolahnya yang menyenangkan. Bagi guru, buku ini dapat menjadi inspirasi bagi mereka untuk mengajar dengan lebih baik dan lebih menyenangkan.

Dan bagi saya, buku ini adalah buku aplikasi mindfulness terbaik dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

Buku ini berjudul "Totto-Chan: The Little Girl in The Window".

Tetsuyo Kuronagi alias Totto-Chan sendiri berhasil menceritakan petualangannya belajar di Tomoe Gakuen, sebuah Sekolah Dasar (SD) ajaib yang didirikan Sosaku Kobayashi.

Uniknya Tomoe Gakuen sendiri berupa gerbong kereta api yang sudah tidak terpakai dengan sistem pembelajaran yang bersifat student-centered sesuai minat siswa.

Kurikulum yang diterapkan berbasis integrated intelligence (kecerdasan menyeluruh) yang terdiri dari beragam ilmu yang merangsang rasa ingin tahu siswa.

Totto-Chan dapat bersekolah di Tomoe Gakuen karena ia dikeluarkan dari sekolahnya gara-gara sering membuka dan menutup meja tempat ia duduk di kelas dan "memanggil" pemusik jalanan saat pembelajaran berlangsung.

Gurunya mengeluh kepada ibunya, karena perilaku Totto-Chan sangat mengganggunya saat ia menyampaian pelajaran. Namun sesungguhnya, Totto-Chan berperilaku seperti itu karena ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Maka saat pertama kali masuk Tomoe Gakuen yang berupa gerbong kereta ia langsung menyukainya, termasuk ketika Mr. Kobayashi memintanya berbicara apa saja yang ia sukai pagi itu.

Dengan mindful-nya, Kepala Sekolah itu mendengarkan Totto-Chan bercerita dari satu hal ke hal lainnya yang sebenarnya tidak saling berhubungan satu sama lain. Sampai akhirnya Totto-Chan sudah kehabisan cerita dan hari telah beranjak siang.

Sosaku Kobayashi mendengarkan cerita seorang anak yang baru ditemuinya selama 4 jam, lalu ia berkata, "Nah sekarang kau murid di sekolah ini."

Begitulah mindful learning sudah tercipta sejak awal pertemuan Totto-Chan dan Sosaku Kobayashi.

Ada paying attention, kesabaran, non-judgment, fokus, dan tentu saja rasa cinta (lovingkindness) seorang guru saat mendengarkan celotehan muridnya di awal pertemuan.

Sosaku Kobayashi telah menjadi role model Totto-Chan seketika itu juga. Ia telah menjadi inspirasi seorang bocah yang dicap "nakal" oleh guru sekolah sebelumnya. Dan saya yakin Mr. Kobayashi pun telah menjadi idola bagi murid-murid lainnya.

Sosaku Kobayashi mendirikan Tomoe Gakuen karena kecintaannya pada dunia pendidikan dan anak-anak. Ia yakin bahwa setiap anak memiliki potensi atau watak yang baik. Lingkunganlah yang menyebabkan perilaku anak berbeda-beda.

Maka sistem pendidikan di Tomoe Gakuen berupaya mengembangkan (cultivating) karakter siswa dengan proses pembelajaran yang holistik.

Salah satu yang khas dari pembelajaran ala Kobayashi adalah murid-murid diajak untuk iqro atau mengamati alam, misalnya mengamati dedaunan yang bergoyang dan semilir angin yang berhembus.

Ia seolah memberi pesan kepada murid-muridnya untuk senantiasa "membaca" dan mengenal tanda alam sepanjang hidup mereka. Dengan metode ini, bagian-bagian otak, khususnya korteks prefrontal yang berperan sebagai fungsi eksekutif meningkat aktivitasnya.

Halaman Selanjutnya >>>

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Sumber gambar:
https://sangkhay.blogspot.co.id/2016/02/sosaku-kobayashi-dibalik-kisah-totto.html