Tampilkan postingan dengan label Mindful Diet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mindful Diet. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Mei 2021

Mindful Diet: Makna Diet, Puasa Ramadhan Setiap Bulan, dan Idul Fitri Setiap Hari



Oleh Duddy Fachrudin

Pemahaman diet yang berkembang pada sebagian besar orang saat ini, yaitu sebuah teknik untuk menurunkan berat badan. Maka terciptalah diet anu... diet nganu... dan diet anu nganu lainnya. 

Mereka yang terobsesi untuk langsing, seksi, dan memiliki tubuh yang aduhai pun tergerak untuk menjalankan diet anu. Saat dicoba selama beberapa waktu ternyata hasilnya tak kunjung mengubah arah jarum timbangan. Karena merasa bahwa diet anu tersebut gagal, kemudian beralih ke diet nganu. 

Maka memahami suatu esensi dari diet adalah kunci dari sebuah keberhasilan.

Kata diet berasal dari Bahasa Yunani, yaitu diaita yang merupakan turunan dari kata kerja "diaitasthan" yang memiliki arti sesungguhnya adalah "menjalani kehidupan". Esensi diet adalah bukan tidak boleh melakukan (makan) ini dan harus melakukan itu, melainkan menikmati apapun yang tersedia di muka bumi sesuai kadar secara sadar dengan menggunakan nalar. Maka kenikmatan dari diet (baca: menjalani kehidupan), terletak sejauhmana diri kita mengenal dan memahami takaran hidup kita. 

Diet bukanlah sebuah teknik, tapi way of life

Sebuah cara menjalani kehidupan yang seimbang. Cara bagaimana kita mengenal dan memahami tubuh kita sendiri. Cara bagaimana menjalin relasi dengan makanan yang dimasukkan ke dalam mulut. 

Diet adalah kehidupan itu sendiri.

Kehidupan yang membutuhkan yatacittama, yang artinya pengendalian. Jadi apapun teknik dan metode dietnya, inti sebenarnya adalah pengendalian.

Dan bukankah pengendalian memiliki asosiasi yang sangat kuat dengan puasa?

Jason Fung, seorang dokter yang mengobati pasien-pasiennya dengan metode puasa mengatakan bahwa puasa dapat disandingkan dengan diet apapun. 

Mengapa puasa? Ada apa dengan puasa? 

1. Puasa dilakukan oleh semua umat manusia, apapun latar belakang agamanya
2. Puasa adalah aktivitas keseharian Nabi

"Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Nabi sendiri mencontohkan dirinya gemar berpuasa, seperti puasa senin-kamis, saat tidak memiliki makanan berpuasa, ketika ada makanan tapi ingin memberi sedekah makanannya beliau kemudian berpuasa, saat ingin meningkatkan keyakinan melakukan puasa, dan sebagainya.

3. Puasa itu menyehatkan

Puasa mencegah obesitas atau kegemukan yang berpotensi menimbulkan penyakit-penyakit lainnya. Nabi sendiri memiliki perut yang rata. 

Abu Hurairah RA berkata:
"Rasulullah Saw. dada dan perutnya rata." (HR. Ibn Sa'ad)

Puasa membersihkan (memfitrikan) tubuh kita. Terjadi proses detoksifikasi yang dinamakan autofagi, dimana sel-sel yang rusak di dalam tubuh akan memakan dirinya sendiri. Sel-sel yang telah "dimakan" oleh tubuh ini kemudian didaur ulang menjadi sel baru yang lebih fresh yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kesehatan fisik dan mental.

Puasa membuat pelakunya jarang mengalami sakit. Tengok Nabi yang hanya mengalami 2 kali sakit selama hidupnya. 

Maka seusai Ramadhan, adalah suatu hal yang bijak untuk melanjutkan puasa sehingga tubuh dan pikiran senantiasa difitrikan (dibersihkan/ disucikan). Saat fitri, bukankah kita dapat jernih dalam pengambilan keputusan dan tercegah dari melontarkan caci serta makian?

Sumber gambar:

Selasa, 28 Mei 2019

Mindful Diet: Mikrobiota Saluran Cerna dan Kerja Otak Kita


Oleh Tauhid Nur Azhar

Bakteri komensal atau flora normal di saluran cerna dapat memproduksi berbagai jenis metabolit seperti Kolin dan Asam Lemak rantai pendek/ short chain fatty acid (SCFA). Dimana SCFA dihasilkan melalui proses fermentasi karbohidrat kompleks seperti serat tumbuhan secara anaerob atau tanpa oksigen.

Asam lemak rantai pendek yang dihasilkan antara lain adalah asam butirat, asam asetat, asam propionat (PPA). PPA memiliki titik tangkap fisiologis penting seperti terlihat dalam proses sinyal transduksi, sintesis neurotramsmiter, metabolisme lipid, modulasi ekspresi gen melalui fosforilasi dan asetilasi histon. 

PPA berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin dan memodulasi reaksi alergi melalui stimulasi pada sitokin anti inflamasi / IL-10 dan mensupresi/ inhibisi sitokin proinflamasi seperti IL-1 alfa, TNF alfa, IL-6, dan NO. 

Sementara peran SCFA lain dalam meningkatkan kapasitas kognitif dan kinerja sistem syaraf pusat dapat dipelajari pada fungsi asam butirat (BTA), dimana bersama PPA merupakan inhibitor dari enzim histon deasetilase (HDAC), suatu enzim yang bertugas memotong gugus asetil pada histon. 

Jika berbicara konsep kesetimbangan homesotatik dari sistem biologis, maka jika ada suatu fungsi ditekan maka akan ada fungsi kompensata yang mensubtitusi. Maka jika HDAC diinhibisi, HAT atau histon asetil transferase akan disintesis. 

Proses asetilasi histon berhubungan dengan transkripsi gen-gen tertentu, termasuk gen-gen yang terlibat dalam proses pembelajaran dan pembentukan memori. Hiperasetilasi pada promotor dari gen-gen terkait proses belajar dan pembentukan memori akan meningkatkan transkripsi gen tersebut. 

Asam butirat yang dihasilkan sebagai metabolit dari mikroba saluran cerna ternyata juga dapat menstimulasi hiperasetilasi histon di sel-sel neuron yang terdapat di hipokampus dan korteks frontalis, termasuk prefrontal cortex (PFC). 

Dan hiperasetilasi yang dipicu oleh BTA itu terkait dengan ekspresi gen brain derived neutrophic factor (BDNF) yang antara lain berperan dalam mengatur mekanisme plastisitas dan pembentukan sinaps/ sinaptogenesis. 

Beberapa bakteri komensal dan flora normal seperti genus lactobacillus dan bifidobacterium dapat mensitesa berbagai jenis neurometabolit seperti GABA, melatonin, noradrenalin, dan asetilkolin. 

Escherichia, bacillus, dan sacharomyces memproduksi noradrenalin, sementara candida, streptococcus, escherichia, dan enterococcus memproduksi serotonin. 

Bacillus bisa mensintesis dopamin dan lactobacillus dapat mensintesis asetilkolin. Selain neurometabolit flora normal atau mikrobiota usus juga dapat menghasilkan gas NO yang punya peran amat penting di berbagai sistem fisiologi. 

Genus lactobacillus diduga merupakan jenis mikrobiota yang dapat menghasilkan NO. Gas NO sendiri punya banyak fungsi keren secara fisiologis, mulai dari vasodilatasi pembuluh darah, regulasi tekanan darah, aktivasi sistem imun mukosal, sampai terlibat dalam fungsi kognitif terkait memori dan pembelajaran. 

Secara vis aversa, mikrobiota usus juga terlibat dalam proses pengelolaan stres. Jika stres berkepanjangan yang ditandai dengan peningkatan kortisol dan derivat katekolamin seperti norepinefrin, maka akan terjadi peningkatan permiabilitas usus yang berdampak pada gangguan ekosistem mikrobiota saluran cerna. 

Peningkatan kadar katekolamin juga, dalam hal ini NE ternyata dapat menstimulasi gen virulensi yang membuat koloni E. Colli menjadi patogen. Semula E. Colli adalah bakteri komensal yang tidak berulah, tetapi dalam kondisi stres bisa terpicu untuk bersifat patogen. Maka gangguan saluran cerna adalah salah satu simptom yang kerap dijumpai pada mereka yang mengalami stres secara berkepanjangan. 

Karena populasi mikrobiota yang disebut sebagai probiotik itu juga bergantung pada asupan nutrisi baginya dan bagi manusia host-nya maka tak pelak apa yang kita makan akan menentukan seperti apa populasi mikrobiota di saluran cerna kita, dan apa dampak keberadaan mereka pada sistem faali tubuh kita sebagaimana tulisan saya di atas. 

Sebagai gambaran sederhana saja, hasil riset seorang psikiater dari Belgia, Lukas van Oudenhove, menunjukkan bahwa seseorang akan lebih baik mood nya meski berada dalam tekanan atau kesedihan jika di dalam menu dietnya terdapat komposisi asam lemak. Sate selap gajih asal tidak berlebih rupanya bagus juga ya sebagai obat anti "baper".

Sumber gambar:

Selasa, 02 Oktober 2018

Mindful Diet: Rahasia Umur Panjang


Oleh Tauhid Nur Azhar

Seorang rekan baru saja berduka ketika neneknya yang berusia 89 tahun meninggal dunia. “Tetap saja sedih rasanya ketika melihat kursi jati tua di rumah nenek tak lagi ada yang mendudukinya, meski usia 89 tentulah relatif panjang bagi manusia,” begitu komentarnya ketika ia mengenang sang nenek tercinta.

Kisah berikutnya adalah ketika saya mengantarkan istri untuk melakukan foto keluarga seorang rekan yang tampaknya keturunan Indo-Belanda. Di beranda depan rumahnya duduk dengan tenang sang Oma yang ternyata telah berusia sangat lanjut, mendekati 90 tahun dan masih sangat bugar. Nenek saya sendiri ketika meninggal dunia berusia 87 tahun.

Apakah rahasia panjang umur mereka?

Sebuah penelitian yang dirilis di Jurnal Nature Genetics menunjukkan bahwa variasi dari gen TERC yang mengatur panjang telomer diduga mempengaruhi panjang usia. Sekurangnya 500 ribu variasi gen diamati untuk mendapatkan pola-pola genetika yang hanya terdapat pada mereka yang berusia relatif lebih panjang. 

Peneliti gabungan dari Belanda dan Inggris akhirnya menemukan pola variasi gen TERC yang diprakirakan membuat seorang manusia memiliki umur biologis lebih panjang 3-4 tahun. 

Nilesh Samani seorang profesor kardiologi dari Leicester University yang terlibat dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa panjang telomer terkait dengan derajat resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Telomer sendiri adalah bagian yang menyerupai jumbai atau ekor pada struktur kromosom yang akan terus memendek pada saat sel yang bersangkutan membelah diri (replikasi). 

Telomer memiliki urutan atau sekuen khas yang terdiri dari susunan nukleotida sebagai berikut: TTAGG. Fungsi utamanya adalah menjaga stabilitas kromosom saat terjadi proses pembelahan agar materi genetika yang terkandung di dalamnya tidak mengalami kecacatan penyandian. 

Penyakit degeneratif seperti jantung koroner ataupun kanker diketahui memang berawal dari adanya ekspresi protein abnormal yang diduga terkait erat dengan perubahan di tingkat DNA atau kromosomal. 

Dalam keadaan normal, panjang telomer dijaga dan dipertahankan oleh suatu enzim yang disebut telomerase. Gangguan produksi enzim telomerase diduga dapat mengakibatkan pemendekan struktur telomer yang pada gilirannya akan mengakibatkan proses penuaan dini (premature aging).

Secara spiritual kita pun dapat memetik hikmah yang indah dari peran telomer ini, yaitu bahwa umur manusia dan setiap sel yang terdapat di dalam tubuhnya memang telah ditetapkan dan ditakdirkan secara biologis (biological age). Meskipun memang dalam ranah kronologis (chronological age), dapat saja seseorang yang masih belia dalam konteks biologis justru meninggal dunia terlebih dahulu karena penyebab yang beragam mulai dari serangan penyakit akut sampai kecelakaan yang fatal.

Sumber gambar:
https://www.gulalives.co/negara-dengan-penduduk-yang-memiliki-usia-panjang/

Minggu, 20 Mei 2018

Mindful Diet: Mengurangi Resiko Diabetes dengan Tai Chi

Tai Chi

Oleh Anang Wisnu

Diabetes melitus atau disebut umum sebagai sakit gula merupakan penyakit modern yang tak pandang bulu. Berbagai kalangan masyarakat bisa terkena penyakit ini, baik yang kaya maupun miskin. Ada dua tipe diabetes: tipe 1 dan 2.

Pada tipe 1, tubuh mengalami kerusakan pankreas sehingga tidak mampu memproduksi insulin atau memproduksi insulin dalam jumlah yang sangat kecil. 

Sedangkan tipe 2, tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara efektif (sering disebut sebagai insulin resistan). Insulin berfungsi sebagai pengontrol kestabilan kadar gula dalam darah.

Zat gula (glukosa) adalah zat penting untuk menghasilkan energi. Zat ini mengalir dalam darah untuk memberikan energi pada setiap sel. Namun sel-sel tubuh tak mampu menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin. 

Pada insulin resistan, sel-sel tubuh justru menolak kegiatan insulin menyalurkan glukosa ke dalam sel. Bila dibiarkan, hal ini bisa menyebabkan masalah serius yang membahayakan nyawa seseorang.

Diabetes jika diabaikan dalam jangka panjang akan menyebabkan komplikasi yang semakin lama semakin merusak organ/ jaringan tertentu. 

Misalnya, menyebabkan kebutaan karena kerusakan mata (retinopathy), pembusukan jaringan, stroke, penyakit jantung (jantung lemah ataupun jantung koroner), gagal ginjal, dan bahkan jika diderita sejak kecil oleh perempuan maka darahnya akan susah membeku. Hal ini bisa menyebabkannya meninggal karena menstruasi yang pertama. Dengan rusaknya jaringan tubuh, maka sistem tubuh akan terganggu, dan nyawa terancam.

Pengaturan atau manajemen terhadap diabetes tidak hanya dengan mengurangi asupan gula sehari-hari. 

Adalah pendapat yang kurang tepat jika diabetes dianggap sebagai akibat dari kebanyakan makan gula atau makanan manis. Sebab letak persoalannya terletak pada kesehatan pankreas yang menghasilkan insulin untuk menstabilkan kadar gula dalam darah. 

Terapi diabetes biasanya dilakukan dengan injeksi insulin. Namun cara ini tidak akan menyembuhkan, justru membuat pasien ketergantungan pada injeksi insulin. 

Apakah diabetes bisa disembuhkan? Secara medis, jika sudah terjadi komplikasi, tidak akan pernah benar-benar sembuh. Namun ketergantungan terhadap obat ataupun pembatasan pola makan bisa dihentikan jika kondisi pasien memang sudah dianggap baik atau stabil. Penderita diabetes harus melakukan cara-cara tertentu untuk bisa hidup nyaman seperti orang non diabetes.

Manajemen diabetes mencakup bagaimana orang mendapatkan informasi tepat tentang diabetes, mengatur pola makan yang sesuai, membiasakan hidup aktif, olahraga dan latihan jasmani yang sesuai, obat yang teratur, dan evaluasi kesehatan berkala. 

Latihan fisik diperlukan agar penderita melakukan rehabilitasi atas kondisi tubuhnya yang sudah melemah. Latihan fisik dapat membantu menurunkan kadar gula darah, mengurangi berat badan, dan meningkatkan kesehatan kardiovaskuler.

Salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan yaitu dengan Tai Chi

Tai Chi memberikan pengaruh positif sebagai fitness kardio-respiratorik. Dengan berlatih Tai Chi secara rutin dapat meningkatkan kekuatan otot, keseimbangan, peredaran mineral dalam tubuh, dan menurunkan ketegangan syaraf serta kadar stress. Hal inilah yang kemudian menurunkan resiko komplikasi akibat diabetes. 

Otot adalah pengguna utama glukosa dalam darah sehingga penggunaan otot yang baik akan menurunkan kadar gula darah. Demikian Li, Hong, dan Chan (2001) menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Tai Chi: Physiological Characteristics and Beneficial Effects on Health”.

So, tertarik berlatih Tai Chi?

Referensi:
Li, J., Hong, Y., & Chan, K. (2001). Tai chi: Physiological characteristics and beneficial effects on health. British Journal of Sports Medicine, 35(3): 148-156, doi: 10.1136/bjsm.35.3.148.

Sumber gambar:
https://newsleadernow.com/lifestyle/tai-chi-modern-benefits-ancient-art

Minggu, 13 Mei 2018

Mindful Diet: Ketika Makanan Mempengaruhi Perilaku Kita (Bagian 1)


Oleh Tauhid Nur Azhar

Makanan. Kenalkah Anda dengan ”benda” yang satu ini?

Sebagai manusia, tentu yang namanya ”makanan” tidak akan pernah terlewatkan oleh kita. Saking rutinnya, aktivitas mengonsumsi makanan pun jadi tampak tidak penting dan biasa-biasa saja. Padahal, proses “makan memakan” termasuk hal penting dalam hidup, karena selain menjaga kelangsungan hidup, makanan pun dapat mempengaruhi sikap dan perilaku. Baik dan buruknya kesehatan fisik dan perilaku seseorang, ternyata sangat dipengaruhi berkualitas tidaknya menu makanan yang dikonsumsinya.

Secara umum, makanan memiliki tiga fungsi atau manfaat bagi manusia.

Pertama, sebagai bahan baku penyokong tumbuh kembang manusia (building block) atau sebagai sarana untuk mengganti dan meremajakan sel-sel yang rusak, khususnya yang berbentuk protein dan lemak.

Kedua, sebagai bahan metabolisme, semisal proses gula menjadi enzim, bahan pembentuk neurotransmitter, dan sebagainya. 

Ketiga, secara nutrigenomik, bahan makanan dan pola makan pun dapat menentukan profil DNA (asam deoksiribonukleat) yang akan diekspresikan, sehingga ungkapan you’re what you eat memiliki dasar ilmiah yang kuat, bukan saja secara fisik tetapi juga perilaku.

Terkait manfaat ketiga, bahan makanan, cara makanan, ataupun pola makan merupakan sebuah sarana untuk melatih gen-gen yang baik agar dapat diekspresikan. Bahan makanan yang tepat dapat menentukan ekspresi DNA-DNA yang baik. Pepatah mengatakan bahwa "orang bodoh menjadikan hidupnya untuk makan, sedangkan orang cerdas menjadikan makan untuk (meningkatkan kualitas) hidup".

Pada tingkat DNA, makanan bisa berfungsi sebagai prekursor atau pendorong yang berfungsi sebagai bahan baku enzim yang memungkinkan DNA bisa terekspresikan. DNA dapat mengekspresikan sifat-sifat baik apabila DNA tersebut memiliki cukup energi untuk bekerja, dan energi ini didapatkan dari bahan makanan yang tepat.

Ketika seseorang menjalani prosesi makan secara baik (mindful eating), dan kemudian diulang menjadi sebuah pola kebiasaan, DNA baik ini cenderung untuk menjadi sensitif dan lebih dominan dibandingkan DNA lainnya. Ibarat seorang atlet yang paling serius berlatih, dialah yang akan paling menonjol dan memenangi pertandingan, seperti itu pula gen-gen yang ada dalam tubuh kita.

Sebuah pembelajaran kita dapatkan dari pola makan orang-orang zaman modern yang tidak sehat (terburu-buru) dan didominasi oleh aneka jenis makanan olahan yang mengandung bahan pengawat kimia. Hal tersebut mempengaruhi kualitas kesehatan fisik dan juga perilaku, walaupun kadarnya berbeda-beda antara setiap orang.

Mengapa demikian? 

Zat-zat aditif dan zat-zat kimia sintetis yang berada dalam makanan olahan memiliki sifat memblok atau mengganggu neurotransmitter di otak. Ia bekerja dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter. Efek yang ditimbulkan dari banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintetis ini adalah timbulnya perilaku yang tidak terkendali atau tidak diinginkan, seperti mudah marah, beringas atau loyo.

Bahan makanan tertentu seperti terigu, yang banyak terdapat dalam biskuit dan roti, atau susu dan makanan yang mengandung glutamat/ MSG, dapat pula menimbulkan gangguan perilaku pada orang-orang tertentu.

Halaman selanjutnya >>>

Sumber gambar:
https://exploringyourmind.com/whats-the-relationship-between-emotions-and-obesity/

Senin, 07 Agustus 2017

Mindful Diet: Mindset Hidup Sehat dan Pesan Konfusius


Oleh Duddy Fachrudin

Apa yang membedakan dokter yang biasa-biasa saja dengan dokter yang luar biasa? Pakar kesehatan atau dokter yang biasa-biasa saja adalah mereka yang memberikan intervensi pengobatan sesuai dengan penyakit yang dialami pasien tanpa memberikan nasihat-nasihat mengenai gaya hidup sehat yang baik. Sementara pakar kesehatan atau dokter yang luar biasa adalah mereka yang memberikan nasihat mengenai gaya hidup yang baik kepada para pasien, menuliskan tips-tips gaya hidup sehat dalam buku, bahkan menganjurkan kepada mereka untuk dapat merawat dirinya sendiri (self care).

Para pakar kesehatan yang luar biasa memberi nasihat kepada pasien bahwa pasienlah yang menentukan kesehatan mereka. Bahkan pasien tidak perlu tergantung pada para dokter, obat-obatan, atau suplemen untuk menjadi sehat. Diri kitalah yang menentukan kesehatan kita. Hal ini dikarenakan tubuh manusia didesain dengan sangat canggih oleh Allah Swt. Di dalam tubuh manusia sudah tersedia perangkat organ yang berfungsi dalam menjaga kesehatan tubuh, seperti jantung, lambung, usus, dan hati. Bahkan di dalam perut manusia terdapat ratusan miliar bakteri baik yang bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian dan keamanan dari serangan virus dan bakteri jahat.




Orang sehat adalah mereka yang sadar akan potensi tubuhnya dan menggunakannya sebaik mungkin. Sebaliknya orang sakit adalah bertindak semena-mena pada tubuhnya sendiri. Gaya hidup masa kini berpotensi membuat orang cenderung merusak tubuhnya, seperti dengan memakan makanan cepat saji, makan dengan terburu-buru, tidur larut malam karena terlalu banyak bekerja, dan sebagainya.

Memiliki tubuh yang sehat dan menjaga berat badan berada dalam kondisi ideal dimulai dari mindset bahwa “Akulah yang bertanggungjawab atas kesehatanku”. Dengan mindset tersebut kita menyadari sepenuhnya bahwa kesehatan menjadi prioritas dalam hidup kita. Konfusius, filsuf terkenal dari Tiongkok berkata, “Ada 3 jenis kematian pada orang yang mempersingkat hidupnya sendiri. pertama, saat mereka tidak menjalani hidup dengan normal. Mereka tidak mengatur apa yang mereka makan. Mereka membuat lelah diri mereka secara berlebihan atau terlalu malas sehingga mereka merusak tubuh mereka sendiri, menjadi sakit dan meninggal...”

Maka memiliki mindset “Akulah yang bertanggungjawab atas kesehatanku” adalah sangat penting. Dokter bukan orang yang bertanggungjawab apalagi penentu kesehatan Anda. Obat dan suplemen adalah opsi terakhir untuk menjaga kesehatan. Dan opsi pertama dan utama untuk menjaga kesehatan adalah dengan menjalani gaya hidup sehat.

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Sumber gambar:
http://colemanhealthandlifestylecenter.com/courses/

Senin, 17 Juli 2017

Mindful Diet: Tai Chi dan Manfaatnya Bagi Kesehatan


Oleh Duddy Fachrudin

Jika ada satu bentuk olahraga yang tidak akan pernah dilombakan dalam olimpiade maka tai chi adalah jawabannya.

Mengapa?

Tentu saja tai chi tidak memenuhi prinsip dan moto olimpiade, yaitu Citius (lebih cepat), Altius (lebih tinggi), dan Fortius (lebih kuat).

Tai chi adalah salah satu bentuk meditasi gerak (moving meditation). Setiap gerakan dalam tai chi memiliki prinsip kelenturan, kelembutan, harmoni, dan terus menerus. Itulah mengapa dalam tai chi setiap gerakannya perlu disadari dan dirasakan. Dan dibalik gerakan tai chi, terdapat manfaat tersembunyi yang luar biasa bagi kesehatan tubuh.

Berbagai penelitian mengenai tai chi yang dipraktikkan selama 2-6 bulan (rata-rata 3x/ minggu) oleh partisipan penelitian menunjukkan manfaat tai chi bagi kesehatan fisik maupun psikis sebagai berikut:




Melihat manfaat yang begitu banyak dari hasil berlatih tai chi mungkin kita mulai menjadikan olahraga ini sebagai olahraga yang kita lakukan, apalagi di tengah gaya hidup penduduk dunia di era digital yang serba cepat ini. Apalagi bagi orang dengan berat badan berlebih, tai chi ibarat para teknisi bengkel yang siap menservis motor kita. Sebelum masuk bengkel motor kita terasa berat mesinnya, namun setelah keluar (diservis) jadi terasa ringan. Begitulah tai chi. 

Gerakan tai chi banyak bersinggungan dengan lutut, bahu, dan pinggul. Semakin sering dilatih ketiga bagian ini maka otot-otot, persendian, dan tulang yang di sekitar organ tersebut semakin kuat dan semakin fleksibel. Dengan ini orang dengan berat badan berlebih lebih aktif dan nyaman untuk bergerak.

Tai Chi dan Body Mass Index (BMI)

Apakah tai chi dapat menyeimbangkan BMI? Salah satu manfaat tai chi adalah menurunkan tekanan darah dan memperbaiki profil lemak. Saat profil lemak stabil maka berat badan turun. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan (Hui, Woo, & Kwok, 2009), bahwa terapi body-mind seperti tai chi menurunkan tekanan darah tinggi, memperbaiki profil lemak, dan menurunkan berat badan. 

Jadi, meskipun tai chi tidak membuat Anda lebih cepat (Citius), lebih tinggi (Altius), dan lebih kuat (Fortius), namun tai chi yang gerakannya pelan dan lembut memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan kita. Berlatih tai chi, kenapa tidak?

Referensi:
Hui, S.S.C., Woo, J., & Kwok, T. (2009). Evaluation of energy expenditure and cardiovascular health effects from Tai Chi and walking exercise. Hongkong Medical Journal, 15 Suppl 2, p. 4-7. 

Sumber gambar:
Dokumen pribadi

Sabtu, 15 April 2017

Mindful Diet: Tubuh Sehat dan Berat Badan Turun serta Stabil dengan Revolusi Perut


Oleh Duddy Fachrudin

Tidak dipungkiri menjadi sehat dan memiliki berat badan yang ideal dan selalu stabil merupakan dambaan setiap orang.

Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut seperti dengan olahraga, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan melakukan diet seperti diet karbo, diet vegan, diet paleo, diet Atkins, diet Mayo, diet OCD, dan diet yang dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi pribadi.

Selain itu tidak ketinggalan untuk menjaga emosi dan rekreasi di sela-sela kesibukan pekerjaan.

Tentu banyak alasan memiliki tubuh ideal dan selalu sehat.

Alasan tersebut dapat berupa agar penampilan selalu terlihat indah, faktor pekerjaan, atau karena memang mengupayakan untuk selalu sehat sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

Mengupayakan di sini berarti senantiasa memelihara kesehatan dan mencegah dari datangnya sakit, khususnya yang ditimbulkan akibat kelalaian diri sendiri dan gaya hidup yang tidak sehat.

Mengapa memelihara kesehatan begitu penting?

Nabi Muhammad Saw., orang paling mulia yang pernah hidup bersabda, “Seorang yang bertakwa boleh-boleh saja kaya, tetapi baginya kesehatan lebih baik dari kekayaan (harta benda), dan (ketahuilah) bahwa ketenangan jiwa, lebih baik dari kenikmatan apapun.” (HR Ahmad, Ibnu Majah).

Kesehatan lebih baik daripada kekayaan, yang berarti nikmat sehat menjadi lebih utama ketimbang memiliki harta benda.

Menariknya Dalai Lama, seorang tokoh spiritual mengungkapkan pendapatnya mengenai kesehatan dan uang. Beliau seolah menegur kita yang terlalu berambisi dengan uang.

“Sewaktu ditanya apakah yang paling membingungkan di dunia ini, Dalai Lama menjawab: ‘Manusia. Karena dia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang, lalu dia mengorbankan uangnya demi kesehatan...’”

Dalam era informasi digital yang serba cepat ini secara langsung mempengaruhi gaya hidup manusia. Gaya hidup pada era ini ibarat suatu kompetisi, siapa yang lebih cepat dialah yang menang dan memiliki banyak harta.

Oleh karena itu tidak heran jika gaya hidup serba cepat ini juga dilakukan orang saat makan dan minum serta sambil melakukan aktivitas lain atau memakan makanan instan.

Ini hanya contoh kecil dari kebiasaan yang tidak sehat dan akan memperburuk kualitas kesehatan manusia.

Uang dimiliki, namun tubuh keropos dan akhirnya satu per satu penyakit bermunculan. Di usia senja, tabungan yang dimiliki habis untuk biaya pengobatan kesehatan kita. Tentu, bukan ini yang kita inginkan bukan?

Upaya promotif dan preventif perlu dilakukan minimal untuk diri kita sendiri.

Selain beragam upaya yang telah dijabarkan di awal tulisan, ijinkan penulis memperkenalkan sebuah metode yang dinamakan Revolusi Perut (RP).

Program ini merupakan program kesehatan fisik dan psikologis dalam upaya mengembangkan gaya hidup sehat berbasis aplikasi mindfulness dan neurosains.

Program RP menekankan cara makan, minum, bergerak, bernapas, dan tidur yang dianjurkan oleh pakar kesehatan dan berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah. Pada program ini tidak ada pengurangan porsi makan, tidak menggunakan pengganti makan, tidak menggunakan suplemen, tidak olahraga berat, apalagi sedot lemak.




Uji coba program Revolusi Perut pada diri penulis sendiri. Program berlangsung sejak Januari 2016, dan intens mulai bulan Maret hingga Agustus 2016. Hasilnya berat badan yang awalnya 68 Kg turun sebanyak 13 Kg dan kemudian stabil di angka 55 Kg.

Program ini kemudian dilakukan oleh seorang partisipan wanita berusia 23 tahun yang juga memiliki berat badan 68 Kg.

Partisipan tersebut melaporkan:

“Hasilnya selama 1 bulan mempraktikkan RP berat badanku yang awalnya 68 kg turun jadi 64, dan setelahnya stabil. Perut jadi lebih kecil dan badan terasa lebih ringan serta tidak mudah lelah. Kemudian tidur lebih nyenyak dan secara emosi lebih rileks.”


Revolusi Perut masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut oleh penulis. Bagi yang tertarik mengikuti program Revolusi Perut dapat menghubungi penulis (lihat About).

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Sumber gambar:
Dokumen penulis

Minggu, 09 April 2017

Mindful Diet: Mengendalikan Perilaku Makan dengan Mindfulness


Oleh Duddy Fachrudin

Pernahkah Anda pada suatu waktu atau beberapa waktu memakan makanan dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan surplus kalori?

Dan pada saat itu sebenarnya Anda tahu bahwa perut Anda sudah kenyang, namun Anda terus makan dengan lahap dan cepat.

Bahkan perilaku itu kemudian cenderung berulang sehingga Anda sendiri tidak dapat mengontrolnya sehingga muncul perasaan-perasaan tidak nyaman, seperti rasa bersalah pada diri sendiri.




Mungkin Anda belum pernah mengalaminya, tapi kenyataannya saat ini adalah banyak orang di dunia ini yang mengalami perilaku dengan ciri-ciri yang telah disebutkan. Itulah binge eating.

Banyak faktor yang mempengaruhi binge eating, baik biologis, psikologis, dan sosial. Ketiganya dapat menjadi faktor integral dari seseorang berperilaku binge eating.

Contohnya, seseorang yang stres karena pekerjaannya lalu mengalihkan stres tersebut dengan makan. Solusi itu dapat menjadi masalah kemudian jika terus berulang dan menjadi kebiasaan berperilaku binge eating.

Bisa dikatakan binge eating merupakan salah satu gerbang awal menuju obsesitas.

Kabar baiknya, ada sebuah cara untuk mengatasi ataupun mencegah perilaku binge eating. Cara itu bernama mindful eating.

Kristeller dan Hallet (1999) melakukan penelitian kepada 18 orang perempuan obesitas yang memiliki perilaku binge eating. Mereka diberikan intervensi berbasis mindfulness selama 6 minggu. Hasilnya perilaku binge eating menurun signifikan bersama rasa cemas dan depresinya.

Penelitian serupa juga dilakukan Smith, dkk. (2006) pada 25 orang perempuan yang mana hasilnya bahwa penggunaan mindfulness dapat mengurangi binge eating.

Mindfulness pada dasarnya suatu keterampilan memberikan perhatian penuh pada momen saat ini dan tanpa menilai. Mindfulness meliputi kesadaran atas segala hal yang muncul dalam diri pribadi, baik pikiran, perasaan, maupun dorongan-dorongan untuk bertindak pada suatu hal.

Orang-orang yang berlatih mindfulness akan lebih memiliki kesadaran terhadap stimulus makanan sehingga terjadi sebuah regulasi dan koordinasi antara pikiran serta perasaan terhadap stimulus tersebut.

Dan pada akhirnya mereka dapat memunculkan tindakan yang tepat dan bijaksana.

Selain itu, ketika makan, mereka melakukannya dengan cara perlahan-lahan, tidak terburu-buru, fokus hanya pada makan dan tidak dibarengi aktivitas lain.

Dengan makan secara mindful, makanan akan dikunyah secara halus dan dicerna secara baik. Dan tentu akan lebih cepat merasa kenyang dibandingkan dengan makan secara terburu-buru.

Referensi:
Kristeller, J. L., & Hallett C. B. (1999). An exploratory study of a meditation-based intervention [mindful eating] for binge eating disorder. Journal of Health Psychology, 4, 357-63.

Smith, B. W., Shelley B. M., Leahigh, L., & Vanleit, B. (2006). A preliminary Study of the Effects of a Modified Mindfulness Intervention on Binge Eating. Journal of Evidence-Based Complimentary & Alternative Medicine, 11(3), 133-143.

Sumber gambar:
http://attitudereconstruction.com/2013/08/binge-eating/