Rabu, 15 Agustus 2018

Ruang Antara The Age of Reason dan The Web of Significance (Bagian 1)


Oleh Tauhid Nur Azhar

Kita hidup di sebuah dunia yang terbukti semakin paralel meski belum lintas dimensi. Alam virtual yang semula hanya tersedia sebagai peluang dan potensi, kini maujud nyata melalui perkembangan teknologi dan sistem komputasi. Ada ruang hidup baru yang berwujud semesta sebagaimana bagian barat Amerika sebelum datangnya para petualang Eropa.

Maka judul di atas adalah diskursus antara Sartre dan Clifford Geertz yang lebih dikenal dengan idiom santri-abangannya.

Abad kecerdasan ditandai dengan terelaborasinya data menjadi pengetahuan dan terkonvergensinya pengetahuan menjadi sains yang memerlukan metodologi dan alasan. Perspektif berikutnya tentulah iman dan kebijaksanaan (wisdom). Alam daring dengan ciri kemudahan komunikasi akan melahirkan peradaban saling mengunci dan terkoneksi (connected). Untuk selanjutnya tentulah akan lahir kerjasama dan kolaborasi yang menghadirkan produk serta tatanan.

Pro kreasi.

Inilah keistimewaan manusia yang punya daya cipta dan sistematika berpikir adi daya. Kita membangun, menciptakan, dan disadari ataupun tidak, juga menghancurkan. Bahkan bukan cuma menghancurkan, melainkan meluluhlantakkan. Katastropik.

Bukankah dengan logika sederhana dan premis-premis bersahaja saja sudah langsung terlihat kasat mata, bahwa manusia mengkreasikan bencana dan berperan sebagai korban di dalamnya.

Alam hanya menjalankan peran dan ketetapannya, tapi manusia punya kesempatan. Punya pilihan. Punya daya nalar. Punya daya kreasi dan kemampuan untuk menyelaraskan antara gagasan dan aksi. 

Lalu alam baru yang dinamai dunia saiber mulai menggeser batasan ruang dan waktu. Bahkan manusia telah menciptakan mesin-mesin peradabannya yang mengadopsi nyaris sempurna kemampuan istimewa otak manusia.

Big data, data mining, AI, DL dan knowledge growing system-nya Mas Arwin Sumari telah melahirkan dunia autonomous dimana manusia perlahan tapi pasti mulai kehilangan kendali terhadap nilai-nilai kemanusiaannya.

Mari kita simak lahir dan bergulirnya mesin pencari dan berbagai aplikasi perpanjangan inderawi; peta, layanan daring multiguna, sampai habitat baru yang dibangun lewat media sosial. Mesin yang semakin cerdas mulai membangun lapis perasaan dan kesadaran. 

Sadarkah kita jika setiap jejak digital kita dapat memberikan engine gambaran tentang siapa kita?

Preferensi kita, dinamika emosi kita, psikografik, bahkan prediksi jalan hidup kita yang bahkan kita sendiri belum yakin akannya.

Ada konsep filter bubble yg menghasilkan algorithmic enclave (Lim, 2017) di mana pola dan kebiasaan yang tercermin dalam aktivitas di alam saiber akan memerangkap kita dalam jebakan infrastruktur manufaktur jiwa.

Apa itu manufaktur jiwa? Kita akan masuk ke dalam balon-balon preferensi yang mengepung kita dengan data dan fakta yang dipakaikan sesuai dengan pola yang kita tampilkan. Dengan kata lain, kita menciptakan posibilitas lahirnya dunia kita sendiri, dan itu dirancang dengan cerdasnya oleh mesin dan sistem yang kita buat sendiri. 

Kita terkepung dengan data yang kita sukai dan kita rasa sesuai dengan kebutuhan kita. Mesin menawarkan efek psikadelik halusinogenik yang tak kalah trengginas dengan Meskalin dan senyawa sejenisnya seperti Psylocibin dari jamur tahi sapi.

Lalu bukan hanya preferensi suka dan kegembiraan saja yang direkonstruksi oleh engine yang dibangun oleh para engineer yang ahli dalam perkara engineering. Perkara reka dan merekayasa. 

Maka kebencian, kemarahan, dan variabel penderitaan juga direkayasa hingga kita terekadaya. Sebagaimana yang oleh Daniel Keats Citron (2014) lebih ditekankan pada proses pelabelan negatif yang destruktif pada seseorang atau sesuatu hal hingga patut untuk dibenci dan disakiti. 

>>> Halaman Berikutnya

Referensi:
Citron, DK. (2014). Hate crimes in cyberspace. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. 

Lim, M. (2017). Freedom to hate: Social media, algorithmic enclaves, and the rise of tribal nationalism in Indonesia. Critical Asian Studies, 49(3): 411-427

Sumber gambar:
https://www.videoblocks.com/video/digital-cyber-world-04-rwmwkbfugiypv2q8x

Share:

0 komentar:

Posting Komentar