Minggu, 22 September 2019

Mindful Parenting: Menjadi Ayah dan Ibu untuk Semua Anak (Bagian 1)


Oleh Nita Fahri Fitria

Mawar mengejutkan gurunya saat ia tiba-tiba menangis tersedu. Mawar mengadu bahwa sudah beberapa hari ini ia tidak diajak main oleh Melati. Setiap kali Mawar mengajak Melati bermain, pasti Melati langsung kabur dan bermain dengan anak yang lain.

Masih menurut pengakuan Mawar, konon Melati tidak mau main dengan Mawar selamanya. Guru mendapati jawaban yang sangat mengejutkan saat bertanya pada Melati, iya, katanya ia tidak sudi lagi bermain dengan Mawar karena dilarang ibunya. 

Karena Mawar kurang pintar dalam pelajaran, jadi Ibu melarang Melati untuk dekat-dekat dengan Mawar karena takut Mawar akan memberi dampak buruk bagi Melati. 

Dan keterkejutan sang guru semakin menjadi saat ibunda Melati memberikan jawaban yang sama persis dengan anaknya. Sementara Mawar menjadi semakin pemurung sejak kehilangan salah satu teman terbaiknya.

Apakah kasus Mawar dan Melati ini nyata? Ya. Kurang lebih ada banyak kasus serupa di Indonesia. 

Ada anak-anak yang sengaja dihindari karena disinyalir akan memberi dampak buruk bagi anak yang lainnya. Tentu tujuan dari ibu dan ayah sangatlah mulia. Mereka ingin melindungi anak mereka dari dampak buruk saat bergaul dengan anak yang “tidak baik”.

Ayah dan bunda... Sebelum melarang anak kita bermain dengan si A, si B dan seterusnya, mari kita renungkan beberapa hal sederhana...

Saat kita kecil dulu, apakah kita pernah melakukan kesalahan pada teman kita? Pernahkah kita bertengkar hingga memukul atau mencubit teman kita? 

Saat kita kecil dulu, bagaimana rasanya saat tidak ada yang mau menemani kita bermain? Pernahkah kita berusaha memahami perasaan anak yang kita larang bermain dengan anak kita? 

Bagaimana rasanya jadi dia yang dikucilkan dari lingkungan sosialnya? Apakah rasa terkucilkan yang dialami mahluk mungil itu akan berdampak semakin buruk pada kesehatan mentalnya? 

Bagaimana jika ia kemudian menjadi semakin penyendiri dan benar-benar tidak bisa hidup dalam lingkungan sosial?

Banyak kasus pelaku kekerasan berawal dari trauma masa kecil. Dan jangan sampai kita turut andil menciptakan para pelaku kekerasan dengan memberi anak-anak kecil tak berdosa sebuah trauma dengan mengucilkannya dari lingkungan sosial.

Tapi kan si A itu suka mukul, si B itu bicaranya kasar, si C itu gak pinter, nanti nular ke anak saya! 


Sumber gambar:

Share:

0 komentar:

Posting Komentar