Oleh Nita Fahri Fitria
Ayah dan bunda tentunya pernah membaca petikan ayat dalam Al-Qur’an bahwa semua anak terlahir suci?
Iya setiap anak terlahir dengan fitrah manusia yang selalu condong pada kebaikan. Kemudian anak-anak bertumbuh dan mengalami banyak hal sejak hari pertamanya di dunia. Ia mendapatkan asupan gizi, pengaruh lingkungan, pendidikan, serta berbagai contoh perilaku dari orang di sekitar yang tidak semuanya baik.
Anak-anak belajar dan melakukan berbagai eksperimen sebagai bagian dari caranya untuk “hidup”. Menangis, merengek, memukul, mencubit, berteriak, dan sebagainya. Anak-anak juga pandai meniru apapun yang ia lihat dari berbagai sumber.
Jadi, saat ada anak yang memukul, berkata kasar, dan sebagainya, bisakah kita menyalahkan si anak sebagai unsur tunggal keburukan itu? Tentu saja tidak. Karena mereka masih perlu banyak waktu untuk belajar.
Jadi, saat ada anak yang memukul, berkata kasar, dan sebagainya, bisakah kita menyalahkan si anak sebagai unsur tunggal keburukan itu? Tentu saja tidak. Karena mereka masih perlu banyak waktu untuk belajar.
Bahkan orang dewasa yang berbuat dosa pun, selalu Allah buka kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Apalagi anak-anak yang belum 100% berhasil menginstal nilai-nilai baik dalam kehidupan sehingga masih trial and error dalam menampilkan perilaku.
Jadi, apakah adil jika kita menilai buruk seorang anak hanya karena satu kali pukulan yang ia lakukan pada anak kita? Ingat, mereka masih belajar, dan berhak diberi waktu serta teladan agar mengetahui sikap baik yang seharusnya ditampilkan.
Banyak kasus bullying yang setelah ditelusuri dengan teliti, kemudian akhirnya ditemukan bahwa pelaku bully juga adalah korban dari pengasuhan yang tidak tepat.
Mari menjadi orang tua yang berkesadaran (mindful) dan penuh kasih (compassionate) untuk semua anak. Mereka yang kita cap sebagai anak nakal, adalah anak-anak tidak berdosa yang tengah belajar bagaimana caranya untuk hidup. Kita punya kewajiban untuk menyelamatkan masa depan si “anak nakal” itu dengan memberinya kasih sayang.
Ijinkan anak-anak untuk berteman dan memberikan kasih sayang kepada siapa saja. Sembari kita kuatkan fondasi akhlaqnya agar tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif. Jangan sampai kita berusaha melindungi anak kita, tapi di waktu yang bersamaan kita malah membunuh karakter anak lain.
Rasulullah Saw. telah memberikan contoh yang sangat nyata bagiamana memberi kasih sayang bahkan kepada seorang nenek tua yang setiap hari mengungkapkan kebenciannya pada Baginda Rasul.
Banyak kasus bullying yang setelah ditelusuri dengan teliti, kemudian akhirnya ditemukan bahwa pelaku bully juga adalah korban dari pengasuhan yang tidak tepat.
Mari menjadi orang tua yang berkesadaran (mindful) dan penuh kasih (compassionate) untuk semua anak. Mereka yang kita cap sebagai anak nakal, adalah anak-anak tidak berdosa yang tengah belajar bagaimana caranya untuk hidup. Kita punya kewajiban untuk menyelamatkan masa depan si “anak nakal” itu dengan memberinya kasih sayang.
Ijinkan anak-anak untuk berteman dan memberikan kasih sayang kepada siapa saja. Sembari kita kuatkan fondasi akhlaqnya agar tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif. Jangan sampai kita berusaha melindungi anak kita, tapi di waktu yang bersamaan kita malah membunuh karakter anak lain.
Rasulullah Saw. telah memberikan contoh yang sangat nyata bagiamana memberi kasih sayang bahkan kepada seorang nenek tua yang setiap hari mengungkapkan kebenciannya pada Baginda Rasul.
Berkasih sayang adalah akhlaq utama seorang muslim. Dan kasih sayang adalah energi yang dahsyat yang dapat kita berikan pada seluruh anak Indonesia.
Tidak ada anak yang nakal, mereka hanya sedang belajar bagaimana mengekspresikan diri. Mereka sedang belajar untuk hidup.
Tidak ada anak yang nakal, mereka hanya sedang belajar bagaimana mengekspresikan diri. Mereka sedang belajar untuk hidup.
Jika yang mereka lakukan salah, maka tugas kita membenarkannya. Jika mereka terjebak dalam gelap, tugas kita memberinya terang.
Sumber gambar:
Sumber gambar:
0 komentar:
Posting Komentar