Kamis, 21 November 2019

Kepemimpinan ala Orbital Intelligence


Oleh Tauhid Nur Azhar

Pemimpin itu harus mampu membangun pola pikir waskita yang dapat mengintegrasikan 4 sumbu sekaligus dan dapat pula membangun konstruksi sistem pengelolaan pengetahuan secara berkesinambungan.

Adapun ke-4 sumbu yang dimaksud adalah sumbu vertikal yang berarti seorang pemimpin harus berpikir menyintas waktu dengan selalu mengacu kepada nilai rujukan yang semata berlandas pada kebenaran (Haq). 

Pemimpin yang mampu memutar dan memusar segenap potensi pemangku kepentingan sehingga menghasilkan efek sentripetal yang mendekati titik pusat (Ahad). 

Di satu sumbu vertikal vektorial, selain ada arah terdapat pula waktu, yang meski selalu maju tetapi juga mengekalkan masa lalu sebagai kenangan yang kita kenal sebagai pengalaman serta dapat pula kita artikan sebagai pelajaran. 

Untuk itu seorang pemimpin harus mampu membangun fondasi integritas yang dapat menghasilkan sifat ikhlas sebagai compliance terhadap ketetapan dimensi ruang-waktu. 

Ilmu menjadi kata kunci, gaya sentripetal yang bersifat kinetik harus dicatudaya oleh energi potensial yang ditambang dari perut bumi kearifan yang kaya akan data dan informasi termaknai yang menjadi bagian dari konstruksi pengetahuan yang berperadaban. Knowledge based management atau Iqra adalah suatu keniscayaan dalam hal ini. 

Dua sumbu lain terletak pada bidang horisontal dan oblique atau menyilang alias menembus serta terletak di antara absis dan ordinat. Gaya sentripetal yang menarik semua energi ke satu titik disertai dengan eksitasi yang menghasilkan radiasi sirkuler yang memberikan dampak sebidang. 

Kemaslahatan harus dapat diradiasikan seluas mungkin. Sebagaimana paket quanta yang dapat mengelana di media semesta, berbagi secara adil tanpa subjektifitas preferensi (Rahmatan lil alamin). 

Pada akhirnya keempat sumbu di bidang horisontal dan vertikal-sagital akan dihubungkan oleh ruang maya dimensi berbentuk bola. Tak bersudut dan menyediakan lapang pandang multi perspektif dengan persepsi yang relatif akan lebih utuh. Satu cara pandang baru yang dapat mengakomodir kebutuhan holistik dalam memaknai sebuah fenomena di suatu titik di koordinat ruang, waktu, dan juga hubungan atau korelasi asosiasinya dengan berbagai titik lain di dalam bola yang terpisah ordinat waktu ataupun absis lokasi. 

Ball Vision bahkan dapat menjadi salah satu cara pandang yang dapat mengoptimasi konsep mobilisasi dan orkestrasi yang diinisiasi oleh Prof. Rhenald Kasali. Karena setiap elemen dapat kita identifikasi karakter berikut pola-pola interaksinya secara berkesinambungan dan dinamis dalam konteks ruang dan waktu. 

Kemampuan membangun cara pandang inilah yang pada gilirannya akan menginisiasi terpantiknya satu genre derivatif dari kecerdasan waskita, Orbital Intelligence alias OI

Suatu kecerdasan yang dapat mengakomodir perbedaan sudut pandang dan "membaca" berbagai percabangan algoritma dalam sebuah reaktor "chain reaction" yang membutuhkan kapasitas prediktif yang juga dikenal sebagai foresight ability

Dalam konteks iman, mungkin konsep ini adalah gambaran paling sederhana dari kompleksitas Lauh Mahfudz yang sedemikian canggih dan agung. Melihat dan meraba rencana yang Maha Merencanakan dalam sebuah peta algoritma berbentuk bola. 

Maka dengan Ball Vision yang mengakses data secara mengorbit, kita dapat mengoptimasi waktu dan mereduksi jarak karena kita kanalisasi dalam resultante non vektorial dari cara pandang tak bersudut (bola). 

Kita dapat menjadi satelit yang "melihat" dan melaju (bahkan tanpa energi), lalu memantulkan atau memancar ulangkan respon terukur dan teraugmentasi (diperkaya) berdasar stimulus yang diterima secara sangat proporsional. 

Khalifah yang terus belajar (melihat dan mendengar dengan karunia sistem sensoris; sam'a, abshor, dan fuad ) hingga mampu menjadi katalis (enzimatik) yang setiap pikiran, perkataan, dan perbuatannya senantiasa menghasilkan rahmat bagi semesta sekalian alam. 

Fungsi fuad sebagai regulator dan transformator dari ranah gagasan menjadi rencana aksi yang dieksekusi antara lain tentu melibatkan berbagai fungsi sistem limbik dan memori, reward system, dan tentu saja area fungsi eksekutif di korteks prefrontal yang dilandasi konstruksi kesadaran yang antara lain diperankan oleh Insula, dkk. 

Demikianlah bola-bola sederhana nan bersahaja dari pikiran cupu dan tak punya maksud suatu apa ini, siapa tahu dapat menjadi alternatif untuk bersama mengoptimasi potensi diri.

Sumber gambar:

Share:

0 komentar:

Posting Komentar