Senin, 30 Desember 2019

Resolusi Filosofi untuk Hidup Bahagia


Oleh Duddy Fachrudin

Setiap akhir tahun biasanya kita membuat resolusi atau perubahan apa yang ingin dicapai di tahun berikutnya.

Ingin berat badan ideal
Menikah
Punya bisnis
Penghasilan bertambah 2x lipat
Memiliki rumah
Hafalan Al Qur'an bertambah
Indeks Prestasi naik
Traveling ke tempat-tempat yang tertulis di bucket list

Atau bisa juga berkaitan dengan perilaku:

Berhenti merokok
Menolak uang suap/ korupsi
Memisahkan berbagai jenis sampah
Menyisihkan uang untuk ditabung
Bersedekah lebih banyak

Dan sebagainya...

Manusia selalu ingin berubah. Menentukan target, tujuan, cita-cita kemudian berusaha mencapainya untuk menjadi insan yang lebih baik, sukses, bahagia, dan penuh berkah.

Karena itu kita merumuskan resolusi, bukan?

Di awal tahun kita bersemangat untuk mencapai perubahan tersebut, namun dalam perjalanan, distraksi atau gangguan kemudian menyerbu bagaikan wabah penyakit yang mengalihkan fokus.

Di sisi lain kita tidak sabar menjalani proses dan menginginkan hasil instan. Ujungnya kita lelah. Lalu berhenti. Dan tidak jarang menggelontorkan sejuta excuse terhadap kegagalan memenuhi target.

Jika hal seperti itu yang terjadi, kita memang sebaiknya berhenti melakukan aksi dalam mencapai resolusi. Berhenti sejenak untuk menggali atau menemukan filosofi.

Kita boleh belajar pada negara Skandinavia atau Jepang yang kental dengan filosofi kehidupan masyarakatnya. Lagom, Hygge, Sisu, Lykke, Fika, Wabi-Sabi, dan Ikigai masih dipegang dan dijalani oleh masing-masing individu di sana.

Penduduk Indonesia pun kental dengan filosofi hidup. Setiap suku bangsa di negara kepulauan ini memiliki filosofi tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan lebih baik dan bahagia. Filosofi Kawruh Jiwa yang diteliti oleh sahabat saya, Abdul Kholik nyatanya menjadi kunci hidup bahagia bagi pelakunya.

Bagi para pembelajar, memegang filosofi Growth Mindset (GM) menjadi keniscayaan. Dalam mindfulness, hal itu disebut beginner's mind. Dirinya selalu ingin belajar terhadap sesuatu yang ditemuinya sehingga ia bisa terus bertumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.

Maka sesungguhnya resolusi perlu dibarengi dengan filosofi. Resolusi tanpa filosofi ibarat sayur tanpa garam, atau masakan tanpa rempah. Hambar sekaligus ambyar.

Dan ngomong-ngomong, mindfulness bukan sekedar sikap (attitude) dan latihan (practice). Mindfulness itu filosofi. Sebelum mengembangkan sikap dan latihannya, memahami mindfulness dalam bentuk filosofi adalah kepatutan, terutama buat kita yang ingin menjalani kehidupan yang mindful.

Apa itu mindfulness sebagai filosofi? Find it.

Sumber gambar:
https://www.instagram.com/duddyfahri/

Share:

0 komentar:

Posting Komentar