Selasa, 04 April 2017

Mengukur Kemampuan Mindfulness


Oleh Duddy Fachrudin

Apakah Anda pernah menonton film The Secret Life of Walter Mitty?

Dalam film tersebut Anda dapat melihat seorang Ben Stiller yang memerankan Walter Mitty seringkali melamun, baik saat berjalan menuju kantornya, bertemu seorang wanita cantik yang merupakan teman kerjanya, dan ketika sedang berada di sebuah lift.

Pikiran-pikirannya mengembara dan berkelana yang akhirnya membuat ia tidak hadir sepenuhnya pada realita yang ada. Ini dinamakan perhatatian yang teralihkan atau mindless.




Sementara mindful merupakan suatu perhatian penuh dan murni yang hadir dari suatu keterampilan memberikan atensi secara sadar pada momen saat ini.

Misalnya saat seseorang berjalan menuju kantor maka seluruh perhatiannya baik fisik maupun pikiran terpusat pada aktivitas berjalan menuju kantor. Selama perjalanan itu ia memperhatikan jalan yang ada di depannya termasuk stimulus-stimulus lain.

Ia dapat memberikan gambaran secara jelas situasi tersebut, misalnya “tidak banyak orang yang berjalan di sekitar saya dan jalanan terlihat kosong”. Ini merupakan suatu kemampuan deskripsi atas suatu perhatian dari stimulus yang diamatinya tanpa melakukan penilaian.

Kemudian ia berjalan secara sadar sepenuhnya, pikiran tidak mudah terdistraksi meskipun kemudian ia melihat poster, mendengar suara klakson mobil, atau melihat sebuah koran yang memuat headline yang menarik.

Terakhir menerima seluruh proses yang dilakukannya, tidak melakukan judgement atau penilaian. Contoh yang paling mudah adalah tidak mengeluh dengan apa yang dilakukannya. Alih-alih mengeluh, ia menikmati proses tersebut.

Contoh aktivitas mindful di atas menjelaskan empat komponen dari kemampuan mindfulness menurut Baer, Allen, dan Smith (2004), yaitu kemampuan observasi (mengamati), kemampuan deskripsi (menggambarkan), kemampuan bertindak secara sadar, dan kemampuan menerima tanpa penilaian.

Empat komponen ini yang dapat menjadi indikator kemampuan mindfulness seseorang.

Keempatnya dapat dilatih dengan melakukan meditasi serta non-meditasi (mindfulness dalam aktivitas sehari-hari) dan juga mengembangkan sikap-sikap dasar mindfulness (Kabat-Zinn, 2012; Shapiro & Carlson, 2009) seperti non-judging (tanpa penilaian), patience (sabar), beginner’s mind (pikiran terbuka), trust (percaya), non-striving (tindak berambisi), letting go (melepas), acceptance (penerimaan), gratitude (bersyukur), generosity (murah hati/ dermawan), curiosity (penasaran), gentleness (lemah lembut), non-reactivity (tidak reaktif secara otomatis/ merespon dengan pikiran jernih), dan loving-kindness (mengembangkan cinta dan kebaikan).

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>

Referensi:
Baer, R. A., Smith G. T., & Allen, K. B. (2004). Assessment of mindfulness by self-report: The kentucky inventory of mindfulness skills. Assessment, 11, 191-206, doi: 10.1177/1073191105283504.

Kabat-Zinn, J. (2012). Mindfulness 9 attitudes. http://www.mindfulnessgruppen.se.

Shapiro, S. L., & Carlson, L. E. (2010). The art and science of mindfulness: Integrating mindfulness into psychology and the helping professions. Washington DC: American Psychological Association.

Sumber gambar:
https://rippleeffects.wordpress.com/2014/01/29/the-secret-life-of-walter-mitty-2013-the-love-hate-gap/

Share:

0 komentar:

Posting Komentar