Senin, 03 Mei 2021

Membuka Perspektif Baru dengan Berpikir ala Mindfulness




Oleh Tauhid Nur Azhar 

Manusia dan imajinasi yang diciptakan dalam otaknya membangun dunia yang diyakininya.

Uniknya manusia itu juga dikaruniai bahasa sehingga mampu bertukar cerita, lalu lahirlah dunia imajinasi bersama.

Maka berpikir itu prasyarat untuk hadir.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang mendorong manusia untuk berpikir antara lain adalah:

Surat Al- 'Alaq: 1-5, QS. Al Ankabut: 20, QS. Al Hajj : 46, dan QS. Al A'raf : 185

Lalu ternyata berpikir itu bisa dangkal dan membebani, atau dalam dan memerdekakan. Dangkal akan sulit merdeka karena syarat mendapat perspektif berwawasan luas tidak terpenuhi. Kalau dalam tapi tidak merdeka bisa. Dalam tanpa arah karena belum memetakan koordinat tujuan.

Maka pikiran yang dalam dan memerdekakan itu kerap disebut mindful. Menghayati pikiran dengan kesadaran dan keselarasan yang berbuah keikhlasan.

Prinsip paling fundamental dalam konsep mindfulness adalah "mengalir" dan tidak menghakimi (non judgement). Lebih berorientasi pada mengobservasi, menyadari, dan menghayati, serta menikmati proses yang terjadi. Dengan demikian terciptalah suatu kompetensi untuk mengoptimasi setiap kondisi yang terjadi.

Mensyukuri dan mampu mengonstruksi solusi. Jadi kondisi mindful adalah platform dalam menjalankan sebuah proses cerdas dengan ciri sabar dan bertujuan untuk ikhlas. Maka instrumen neurosains yang tepat adalah penyeimbangan antara sistem referensi (memori) dan preferensi atau kecenderungan berbasis emosi.

Peran hipokampus dan area kortikal seperti VTA (Ventral Tegmental Area) dan Nukleus Akumben. Dasar memori yang terarah dengan kewaskitaan dalam proses pengambilan keputusan akan memerlukan pendekatan value based orientation dan objective based orientation yang diperankan oleh OFC (Orbito Frontal Cortex) dan mPFC (medial Prefrontal Cortex) serta ACC (Anterior Cortical Cortex).

Lalu apa hubungan konsep berpikir "hanyut cantik" ala mindfulness dengan konstruksi mental dan mindset

Sebenarnya dalam pendekatan neurosains holistik semuanya berada dalam ruang yang sama. Seolah berbeda kuadran tetapi justru nilai akumulasinya lah yang menentukan posisi.

Mental adalah kondisi abstrak terkait dengan fungsi jaringan syaraf yang merepresentasikan kondisi internal dengan nilai-nilai endogen yang mengakuisisi stimulus multi sumber. Bahasa sederhananya adalah dunia tentang kita yang dipersepsikan oleh kita.

Kapasitas,fungsi, dan kompetensi menjadi indikator kualitas dan karakter mental, ditandai dengan potensi kognisi, afeksi, dan kontrol psikomotorik.

Sementara mindset adalah pola atau template algoritma yang akan kita pilih dan gunakan secara berulang dalam menghadapi berbagai situasi yg kita terima dari lingkungan internal dan eksternal.

Mental mindset dapat digambarkan sebagai relasi antara kapasitas mental dengan pola algoritmik yang dikembangkan sebagai bentuk adaptif terhadap situasi yang dihadapi dan platform dalam membangun konstruksi solusi serta proses coping terhadap tekanan, termasuk resiliensi dan plastisitas dalam mengembangkan dan mengoptimasi kondisi mental.

Transformasi lebih tepat sebenarnya untuk menggambarkan keindahan proses ini. Didalamnya ada adaptasi, modulasi, dan moderasi. Misal sistem kliring yang berubah menjadi fast payment (contoh kasus di bank sentral), tentu memerlukan potensi untuk beradaptasi dan mengoptimasi inovasi yang diadopsi sistem, bukan?

Perubahannya gradual dan katalitik, atau dibantu oleh katalis. Dalam hal ini diperlukan konsep "enzim". Suatu pemercepat reaksi yang hadir menjadi solusi tanpa terlibat dan larut sebagai senyawa.

Teknik yang dapat dipertimbangkan adalah adopsi dari sistem Faal manusia: bertumbuh dan berkembang. Pengetahuan dan sikap itu kurvanya berbanding lurus. Maka pendekatan Knowledge Growing itu dapat men-develop behaviour

Knowledge Growing Behaviour (KGB) adalah pendekatan brain behaviour management model baru, dimana pengetahuan yang didasari/didahului instalasi operating system terkait kesadaran akan eksistensi dan goal directed control akan membuka perspektif baru (decentering) dalam memandang dan menyikapi hidup.

Sumber gambar:

Share:

0 komentar:

Posting Komentar