Saat berkesempatan menjelajahi Yordania, Palestina, dan sebagian wilayah Israel, banyak hal berkesan di dalam pikiran saya. Bayangkan kita berjalan di atas lahan yang sama di kawasan yang pada masanya dijelajahi para Nabi.
Seolah terputar kembali di dalam benak cerita yang disampaikan dalam berbagai kitab yang mengisahkan dialektika, suasana bathin, dan dinamika sosial yang tercipta dalam suatu model interaksi pada zamannya. Betapa alam dan bentang kawasan ini telah menjadi saksi dari kiprah Nabi Idris, Luth, Nuh, Syuaib, Musa, Harun, Yaqub, Ishaq, Ibrahim, Ismail, Zakaria, Yahya, dan Isa pernah menapaki tanah ini dan setiap bulir molekulnya pernah berinteraksi di sini.
Kota kota tua di seputar Al Qadisiyah atau Al Quds yang dikenal sebagai Yerusalem seperti Hebron, Haifa, Betlehem, Jericho, Nablus, Nazaret, Khan Yunis dan banyak situs bersejarah lainnya telah menorehkan berbagai kisah untuk kita generasi yang datang kemudian.
Dan salah satu keajaiban geologi yang mungkin tak ada orang yang tak mengenalnya di muka bumi ini adalah Laut Mati. Saat mengunjungi keajaiban geologi berupa danau laut mati yang memiliki kadar garam berkonsentrasi sangat tinggi itu sayapun terkagum kagum dan merasa takjub menyaksikan fenomena alam dimana berat jenis cairan atau air laut mati itu tinggi sekali, dan kita dapat mengapung di atasnya tanpa perlu pelampung ataupun gerakan gerakan renang.
Kondisi kandungan kadar garam tinggi ini dapat terjadi karena adanya fenomena geologi yang unik di kawasan terkait, dimana air sungai Jordan yang mengalir dari danau Galilea terhenti di Laut Mati sehingga terjadi konsentrasi dari kandungan mineral, termasuk garam tentunya. Hingga Laut Mati disebut juga kawasan hipersalinitas karena konsentrasi garamnya mencapai 35%.
Laut Mati disebut Laut Mati sejak Era Romawi oleh orang-orang Yudea. Karena saat itu air Laut Mati diasumsikan tidak memungkinkan semua bentuk kehidupan, baik vegetasi ataupun fauna.
Di masa lalu, ketika Sungai Jordan mengalir ke selatan dari Danau Galilea di musim hujan, tumbuhan air dan ikan terbawa oleh aliran sungai ke Laut Mati yang airnya sangat asin.
Ikan maupun ganggang tidak dapat bertahan hidup di air yang hampir 10 kali lebih asin daripada kebanyakan samudera. Dengan kata lain, Laut Mati seperti jebakan maut bagi makhluk hidup.
Seolah terputar kembali di dalam benak cerita yang disampaikan dalam berbagai kitab yang mengisahkan dialektika, suasana bathin, dan dinamika sosial yang tercipta dalam suatu model interaksi pada zamannya. Betapa alam dan bentang kawasan ini telah menjadi saksi dari kiprah Nabi Idris, Luth, Nuh, Syuaib, Musa, Harun, Yaqub, Ishaq, Ibrahim, Ismail, Zakaria, Yahya, dan Isa pernah menapaki tanah ini dan setiap bulir molekulnya pernah berinteraksi di sini.
Kota kota tua di seputar Al Qadisiyah atau Al Quds yang dikenal sebagai Yerusalem seperti Hebron, Haifa, Betlehem, Jericho, Nablus, Nazaret, Khan Yunis dan banyak situs bersejarah lainnya telah menorehkan berbagai kisah untuk kita generasi yang datang kemudian.
Dan salah satu keajaiban geologi yang mungkin tak ada orang yang tak mengenalnya di muka bumi ini adalah Laut Mati. Saat mengunjungi keajaiban geologi berupa danau laut mati yang memiliki kadar garam berkonsentrasi sangat tinggi itu sayapun terkagum kagum dan merasa takjub menyaksikan fenomena alam dimana berat jenis cairan atau air laut mati itu tinggi sekali, dan kita dapat mengapung di atasnya tanpa perlu pelampung ataupun gerakan gerakan renang.
Kondisi kandungan kadar garam tinggi ini dapat terjadi karena adanya fenomena geologi yang unik di kawasan terkait, dimana air sungai Jordan yang mengalir dari danau Galilea terhenti di Laut Mati sehingga terjadi konsentrasi dari kandungan mineral, termasuk garam tentunya. Hingga Laut Mati disebut juga kawasan hipersalinitas karena konsentrasi garamnya mencapai 35%.
Laut Mati disebut Laut Mati sejak Era Romawi oleh orang-orang Yudea. Karena saat itu air Laut Mati diasumsikan tidak memungkinkan semua bentuk kehidupan, baik vegetasi ataupun fauna.
Di masa lalu, ketika Sungai Jordan mengalir ke selatan dari Danau Galilea di musim hujan, tumbuhan air dan ikan terbawa oleh aliran sungai ke Laut Mati yang airnya sangat asin.
Ikan maupun ganggang tidak dapat bertahan hidup di air yang hampir 10 kali lebih asin daripada kebanyakan samudera. Dengan kata lain, Laut Mati seperti jebakan maut bagi makhluk hidup.
Sumber gambar:
0 komentar:
Posting Komentar