Senin, 05 Februari 2018

Mindful Learning untuk Mahasiswa Kedokteran (Bagian 3)

Stillness (Ilustrasi)

Oleh Duddy Fachrudin

Dag dig dug perasaan tak menentu, sementara pikiran melayang jauh ke masa depan. "Bagaimana jika ujian saya gagal. Bagaimana jika saya tidak bisa menjadi dokter. Bagaimana, jika orang tua kecewa..."

Meskipun sudah berniat dalam hati untuk belajar lalu mengembangkan rasa penasaran (beginners mind) sambil menunjukkan mata melotot yang berbinar-binar pada bahan bacaan atau materi kuliah, ternyata hati ini tidak bisa dibohongi. Hati resah dan gelisah penuh dengan ketakutan serta kegagalan. Maka perlu adanya investigasi hati dan pikiran selama belajar. Apakah kita belajar dengan nyaman dan mindful, ataukah bercampur dengan gelisah dan gundah gulana?

Disinilah perlunya cara sederhana yang ketiga dalam mindful learning agar kita ketagihan belajar, tanpa stres, dan tentu saja mendapatkan nilai yang diharapkan. Cara yang pertama di bahas di sini dan cara yang kedua bisa dibaca di sini.

Ketiga, mindful breathing.
Pikiran-pikiran itu muncul begitu saja tanpa pernah diminta keluar si empunya. Mengembara jauh ke masa lalu, masa depan berselimutkan rasa takut, khawatir, cemas, dan kegagalan. Sampai akhirnya memenjarakan niat yang tulus untuk belajar dan rasa penasaran yang membuncah ruah. Inilah mind wandering yang sering menjumpai kita. Padahal pikiran-pikiran tersebut merupakan ciptaan kita sendiri atas intervensi mahluk yang iri dengki terhadap manusia, yaitu siapa lagi jika bukan syaithan.

Maka tersurat dalam Al-Qur'an pada surat pamungkas, yaitu An-Nas yang berarti manusia, dijelaskan keadaan manusia yang senantiasa berdoa memohon perlindungan dari hal yang sangat membahayakan. Apa itu?

min syarri lwaswaasi lkhannaas
dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi

alladzii yuwaswisu fii shuduuri nnaas
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia

mina ljinnati wannaas
dari (golongan) jin dan manusia
(QS. An-Nas: 4-6)

Inilah tantangan manusia, khususnya kita yang sedang mencari ilmu akan senantiasa digoda oleh bisikan-bisikan (pikiran-pikiran) yang mendistraksi proses belajar. Saat hal itu terjadi yang perlu dilakukan oleh kita adalah diam dan melakukan mindful breathing.

Ya, hanya diam sejenak kemudian bernapas dengan lembut. Lakukanlah sambil duduk, sehingga cara ini disebut DuDi: Duduk Diam atau bahasa kerennya being still. Semakin diam seseorang, maka ia mengijinkan dirinya untuk berada pada suatu sistem sempurna. Dalam termodinamika, sistem sempurna hanya terjadi ketika entropi bernilai sama dengan nol. Entropi adalah derajat ketidakteraturan pada sebuah sistem. Dan pikiran kita adalah sebuah sistem yang sangat kompleks. Maka dengan diam, kita mengijinkan pikiran kita dalam kondisi still, hening, jernih, dan bening.

Saat pikiran jernih, kita akan lebih mudah memahami ilmu, termasuk ilmu kedokteran yang tergolong sulit, yang didalamnya terdapat banyak istilah rumit yang membuat kepala melilit. Maka kita tidak perlu berkelit dari kesulitan, karena sesungguhnya dibalik itu semua ada kemudahan.

Tiga cara sederhana dalam mindful learning, khususnya untuk mahasiswa kedokteran telah dijabarkan. Apakah cukup hanya tiga cara ini? Dua cara lainnya akan dibahas ditulisan berikutnya.

Bersambung ke Mindful Learning untuk Mahasiswa Kedokteran (Bagian 4)

Sumber gambar:
https://www.guidingpositivechange.com/single-post/2017/04/02/Illness-to-Stillness

Share:

0 komentar:

Posting Komentar