Tampilkan postingan dengan label Cegah Depresi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cegah Depresi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Oktober 2023

Strategi QIKI Agar Pikiran Jernih dan Tercegah dari Bunuh Diri



Oleh Tauhid Nur Azhar

Kerap dalam hidup kita terjebak dalam pusar keluh kesah yang menyedot kita ke dalam umbalan kekecewaan tak berujung.

Rasa tak puas, cemas, khawatir terhadap masa depan, berkelindan dengan kekesalan akan pengalaman yang telah dijalankan. Semua berkemuncak dalam sebait kemarahan yang dilisankan, ataupun meletup dalam letusan vulkanis yang masif dan emosional, hingga meninggalkan lubang kaldera yang teramat besar di hati dan jiwa kita.


Hati dan jiwa yang terluka, akan menjadi danau penampung air mata sebagaimana danau Toba menampung jutaan metrik ton air di bekas letusan kawah purbanya.

Dapat pula lelehan magma kecewa itu mengalir secara efusif dan keluar dalam bentuk tekanan solfatara. Merembes dan merasuki begitu banyak aspek kehidupan dan menggerus rasa syukur secara terstruktur, meski kita tak dapat mengidentifikasi dan mengukur dampak yang terjadi.


Tapi tentulah apapun jenis letusan dan letupan perasaan yang kita analogikan dengan erupsi gunung api; bisa meledak hebat seperti tipe letusan Plinian, ataupun yang mengeluarkan materi piroklastik seperti ada tipe Hawaiian, tetap saja rasa marah dan kecewa itu pada mulanya akan menghanguskan.

Meski pada tahap berikutnya jadilah ia pupuk yang menumbuhkan benih-benih pembelajaran yang akan berakar kokoh untuk menopang pokok-pokok pengetahuan agar mampu menghasilkan tajuk-tajuk makrifat kesadaran.

Dan apabila tajuk kesadaran itu merindang, maka kesejukan pikir pun akan datang. Berdendang riang, berbagi suara dengan lantun zikir yang membulir dalam sebentuk embun bening peradaban yang dibangun dari pemahaman akan hakikat keberadaan dan esensi kehadiran (presensi).

Dalam hening jiwa yang berkesadaran, kesiur lirih, tipis, dan subtil dari setiap helai kebahagiaan, telah mampu membangkitkan generator rasa syukur yang dikonstruksi oleh mekanisme tafakur dalam perjalanan hidup yang semangat bertadabbur.

Pada saat kita gagal menata hati dan terjerembab dalam jurang merutuki yang menggelincirkan kita dalam pusaran keluh kesah tadi, maka situasi hati akan terus terdistorsi, dan bahkan terdestruksi. Keluh kesah, kecewa, dan rasa kufur akan bersama mengubur rasa syukur dan menimbuninya dengan torehan kepedihan yang amat menyakitkan.

Hidup tak lagi indah, putus asa dan rasa lelah lahir bathin akan melanda, bahkan di penghujung hari kadang terbersit keinginan untuk bunuh diri. 

Bukankah hasrat dan syahwat untuk mengejar nikmat secara terkendali adalah fitrah bagi kita yang hidup untuk berkompetisi dan berprestasi? Fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam menimba kebajikan dari sumur pengalaman yang dipenuhi dengan air pelajaran, untuk menghasilkan bertangkup-tangkup kebaikan.

Ketika gairah hidup surut, dan segenap semangat untuk mengaktualisasi diri bermuara pada apatisme dan rasa sepi, maka dalam panduan diagnosis ICD-10, ada kemungkinan kita telah memasuki fase depresi. Adapun depresi itu sendiri terdiri dari beberapa kategori, sebagaimana penjelasan berikut ini;

1. Depresi Mayor

Depresi ini diartikan sebagai jenis depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu. Gejala bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Terlepas dari berapa lama gejala berlangsung, depresi berat dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup penderitanya. berikut ini gejala dari depresi mayor:

• Suasana hati yang murung dan suram
• Kehilangan minat terhadap hobi atau aktivitas lain yang sebelumnya disukai
• Perubahan berat badan
• Gangguan tidur
• Sering merasa lelah dan kurang berenergi
• Selalu merasa bersalah dan tidak berguna
• Sulit berkonsentrasi
• Kecenderungan untuk bunuh diri

2. Depresi Persisten

Depresi persisten atau distimia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi depresi yang bersifat kronis. Gejala yang ditimbulkan sama dengan depresi pada umumnya, namun depresi jenis ini berlangsung lama bahkan hingga bertahun-tahun. Seseorang dapat disebut menderita depresi persisten apabila ia merasakan gejala depresi yang menetap selama setidaknya 2 bulan secara terus menerus dan hilang timbul dalam waktu 2 tahun.

3. Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat drastis. Seseorang yang memiliki gangguan bipolar bisa merasa sangat senang dan berenergi di suatu waktu, namun tiba-tiba menjadi sedih dan depresi. Pada saat berada dalam fase senang dan berenergi (mania atau hipomania), penderita bipolar akan mengalami beberapa gejala berikut ini:

• Optimis dan tidak bisa diam
• Sangat berenergi dan lebih bersemangat
• Percaya diri yang berlebihan
• Susah tidur atau merasa tidak perlu tidur
• Nafsu makan meningkat
• Banyak pikiran

Setelah berada dalam fase mania atau hipomania untuk beberapa waktu, orang yang memiliki gangguan bipolar biasanya akan masuk ke fase mood yang normal, lalu kemudian masuk ke fase depresi. Perubahan mood ini bisa terjadi dalam waktu hitungan jam, hari, atau berminggu-minggu.

4. Depresi Psikotik

Depresi psikotik ditandai dengan gejala depresi berat yang disertai adanya halusinasi atau gangguan psikotik. Penderita depresi jenis ini akan mengalami gejala depresi dan halusinasi, yaitu melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak nyata.

Tipe depresi ini lebih banyak terjadi pada orang tua. Meski begitu, orang yang masih muda pun bisa saja mengalaminya. Selain usia lanjut, riwayat trauma psikologis yang berat di masa kecil juga dikatakan dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi psikotik.

Pada wanita sebagai makhluk Tuhan yang hebat dan unik, kondisi overthinking yang terjadi menjadi lebih kompleks dengan kehadiran sistem hormonal yang spesial, hingga dikenal pula kasus-kasus depresi pasca persalinan atau postpartum depression dan premenstrual dysphoric disorder (PMDD) dimana keduanya maujud dalam berbagai bentuk perubahan perilaku temporer yang dapat berdampak signifikan pada yang bersangkutan.

Faktor pemantik terjadinya depresi sebenarnya cukup beragam, mulai dari adanya pengaruh dari aspek genetik, seperti adanya dinamika ekspresi dari gen MTHFR, pola pengasuhan, pajanan budaya, juga pengembangan kapasitas resiliensi yang amat banyak dipengaruhi oleh pola pendidikan dan model interaksi di keluarga dan masyarakat.

Tetapi intinya, depresi dapat terjadi pada siapa saja yang mendapat tekanan multi dimensi hingga mengalami kondisi kronis kejiwaan yang tak sepenuhnya tertangani. Kesadaran akan peran tempat bersandar yang melabuh segenap nalar memberikan kita peluang untuk merasakan aliran energi tak berkadar yang dapat menebar dan menyebar hingga menumbuhkan pondasi kekuatan iman yang berakar.

Maka primary skill untuk menata rasa syukur dan mengelola potensi kufur akan bermuara pada pembeda nikmat dan azab yang akan mewarnai perjalanan kita sebagai manusia (QS Ibrahim ayat 7)

Akankah kita terbenam semakin dalam di dunia yang perlahan mengelam? Ataukah kita akan menjelma menjadi si penyelam yang menyelami samudera masalah dengan menikmati, bahkan menemukan banyak mutiara hikmah yang kelak menjadi aset kekayaan jiwa dan hati di kemudian hari?

Barangkali secara teori, mereka yang selalu mengkomparasi diri dengan lian akan menghasilkan semangat berkompetisi untuk meningkatkan raihan prestasi yang berkorelasi dengan terjadinya peningkatan kompetensi. 

Di sisi lain, dapat terjadi disrupsi yang menghadirkan kegalauan dan kekecewaan berkepanjangan. Misal dengan menyesali bentuk tubuh yang telah dikaruniakan, keluarga yang telah diberikan, ataupun berbagai kondisi yang masuk dalam circle of concern-nya Stephen Covey, terjadi di luar kuasa diri untuk mengendali. 

Kita marah karena mampu mengidentifikasi hal yang tak semestinya terjadi, dan semakin marah atau kecewa karena tak mampu dan kuasa mengubahnya sesuai dengan keinginan diri. Kita seolah dipaksa untuk menerima kondisi karena keterbatasan daya kendali.

Maka mungkin formula QIKI dapat kita coba hayati, dan jika memungkinkan kita terapkan dalam keseharian. Adapun QIKI adalah Qana'ah, Ikhlas, Kanyaah, dan Istiqomah.

Qana'ah secara definisi adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang yang memiliki sifat qana'ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang melekat pada dirinya adalah kehendak Allah SWT.

Jika dilambari dengan keikhlasan dan kanyaah yang dalam bahasa Sundanya memiliki makna yang amat mendalam; cinta yang merawat dan memelihara. Cinta yang menumbuhkan sebagaimana kasih sayang seorang Ibu pada anaknya. Cinta seperti matahari yang senantiasa sabar menyinari tanpa pernah berharap kembali. Cinta yang menautkan hati dalam getar frekuensi yang memudahkan kita untuk saling berbagi secara konsisten atau istiqomah, karena semua yang melekat hidup dan diri ini semata adalah amanah yang dititipkan Allah.

Maka layaknya sebuah pendakian menuju Puncak Indrapasta yang membutuhkan bekal perjalanan, QIKI merupakan sarana yang dapat dilatih oleh manusia dalam mengarungi kehidupan ini agar senantiasa sehat secara mental dan juga hati. Bukankah saat ini kesehatan mental adalah universal human right?

Sumber gambar:

Kamis, 16 Januari 2020

ἐν παντὶ μύθῳ καὶ τὸ Δαιδάλου μύσος (Bagian 2, Habis)


Oleh Tauhid Nur Azhar

Dan dendam melahirkan kecemasan kronis. Kata "kronis" tersebut sejatinya diambil dari nama Kronos. 

Sakit hati yang berkronologis. Kronos yang menikahi Rea dihantui kecemasan bahwa keturunannya juga akan mengkhianati dirinya. Ia memakan semua anaknya, kecuali Zeus yang disembunyikan Rea dan ditukar batu. 

Maka hanya batu dan Zeus yang tak lekang oleh siklus dendam berkesinambungan. 

Lalu mengapa manusia terlahir dengan luka yang siap untuk menganga karena pusaran dosa? 

Bukankah kita suci dan terlahir dalam kondisi nan fitri, tapi mengapa kita begitu terpesona pada daya tarik yang kekuatannya akan membuka kembali luka lewat jalan duka. 

Kehilangan karena mencari yang telah dimiliki. Kelelahan karena mengejar pada yang berlari sejengkal saja di belakang kita: masalah. 

Sebenarnya apapun itu nama sandingannya secara metonimia, masalah adalah masalah. Ia selalu akan membersamai kita saat ini dan sesaat kemudian segera bermetamorfosa menjadi masa lalu, bukan?

Maka masalah yang tersisa pastilah sejengkal di belakang, dan ia akan terus ikut berlari selama kita terus berlari. 

Bahkan maslah takkan pernah menjauh sedikitpun, kecuali kita berhenti dan berbalik untuk menghadapi. 

Sayangnya bagi sebagian besar dari kita, konsep itu masih terus betah menjadi sekedar wacana yang terangkum dalam kalimat inspiratif nan kontemplatif dari para "coach" kehidupan. 

Sejujurnya sayapun masuk kategori kelompok pelari, yang sesekali mencoba berani untuk berhenti, belajar menghadapi, dan... pada akhirnya memilih untuk melanjutkan balap lari dengan masalah yang kalau demikian tentu tidak akan pernah kalah, meski juga tak punya peluang untuk menang. 

Kondisi semacam ini tak perlu terlalu berimajinasi tinggi untuk mengetahui hasil akhirnya. Sudah jelas kita akan terkapar kelelahan dan ditimbuni masalah yang telah menyertai kita di sepanjang "pelarian"...


Sumber gambar:

ἐν παντὶ μύθῳ καὶ τὸ Δαιδάλου μύσος (Bagian 1)


Oleh Tauhid Nur Azhar

Sejarah peradaban manusia terlahir dari luka. Tentang khianat pada realita. Tentang ketakutan Kronos akan arti niscaya hingga ia ingin menciptakan keadaan nirkala.

Timeless... tanpa waktu. 

Dan Kronos pun rela memakan semua anaknya dari Rea karena tersandera dalam kutukan masa lalu. 

Masa lalu yang tak terbunuh oleh waktu. Malah masa lalu itu bertumbuh seiring dengan semesta yang menua. Semesta dan sejarah dari segalanya. 

Dalam karyanya Theogonia. Asal usul segala sesuatu diceritakan oleh Hesiodos. 

Dia mulai dengan Khaos, suatu entitas yang tak berbentuk dan misterius. Dari Khaos ini muncullah Gaia atau Gê (Dewi Bumi) serta beberapa makhluk dewata primer lainnya, di antaranya adalah Eros (Cinta), Tartaros (Perut Bumi), Erebos (Kegelapan), dan Niks (Malam). 

Niks bercinta dengan Erebos dan melahirkan Aither (Langit Atas) dan Hemera (Siang). Tanpa pasangan pria (partenogenesis), Gaia melahirkan Uranus (Dewa Langit) dan Pontos (Dewa Laut). 

Uranus kemudian menjadi suami Gaia. Dari hubungan mereka, terlahirlah para Titan pertama, yang terdiri dari enam Titan pria, yaitu Koios, Krios, Kronos, Hiperion, Iapetos, dan Okeanos, serta enam Titan wanita, yaitu Mnemosine, Foibe, Rea, Theia, Themis, dan Tethis. 

Karena satu dan lain hal Gaia berselisih pandang dengan Uranus yang mengisolasi anak-anak mereka yang buruk rupa (Cyclops, raksasa bermata satu). Gaia murka dan meminta Kronos menyiksa ayahnya yang "kabur" dari kenyataan dan tak ingin terperangkap oleh keadaan. Karena Uranus dianggap Kronos--anaknya sendiri, sebagai pengecut, maka Kronos memotong penis Uranus. 

Maka setiap kisah mitos pastilah mencemari Daidalos... beratnya menanggung derita dunia yang menua dengan begitu banyak noda nista dan begitu banyak semburan ludah berbisa dari kata-kata beracun yang mematikan.

Sumber gambar:

Minggu, 03 November 2019

Kamu, Kesalahan yang Harus Aku Hapus (Cegah Depresi dengan STOP)


Oleh Duddy Fachrudin

Tidak dipungkiri setiap manusia pernah berbuat alpa. Kesalahan di masa lalu kerap kali menghantui dan menjadikan individu merasa bersalah berlebihan.

Akhirnya timbul penilaian-penilaian negatif yang menjerumuskannya ke dalam penjara pikiran.

Aku merasa tidak berguna.
Masa depanku suram.
Kehidupan ini adalah kesunyian tak berujung.

Depresi dicirikan oleh pandangan negatif terhadap diri, masa depan, dan juga dunia. Oleh Mbah Aaron T. Beck tiga perspektif itu disebut Negative Triad.

Maka saat salah satunya terlintas dalam pikiran kita, lakukanlah STOP:

S: Stop, lakukanlah pause atau jeda. Diam sejenak untuk tidak melakukan apa-apa. Hal ini meminimalisir dari berbuat reaktif.

T: Take a breath, tarik napas, amati dan sadari udara yang masuk dan keluar. Berikan perhatian penuh (mindful) pada napas.

O: Observe, amati pikiran yang muncul. Misal Negative Triad itu muncul kita berkata: "oh ada pikiran saya yang mengatakan bahwa saya tidak berguna". Mengijinkan pikiran itu hadir tanpa penilaian. Lama-lama pikiran itu akan menghilang dengan sendirinya.

P: Proceed, lanjutkan aktivitas, misal dengan membuat teh atau kopi, atau sejenak berjalan kaki, atau berbicara dengan seorang kawan.

Maka tak perlu melarikan diri dari masa lalu kan. Praktikkan STOP dan berfokus menghapus bayang-bayang kamu (baca: masa lalu yang kelam) dengan melakukan berbagai kebaikan di masa sekarang dan selanjutnya.

Wa aqimis sholaata torafayin-nahaari wa zulafam minal-laiil, innal hasanaati yudz-hibnas-sayyi'aat, dzalikaa dzikroo lidzaakiriin. (QS. Hud: 114)

Mari peduli dengan kesehatan mental kita dan kesehatan mental orang lain.

Sumber gambar:

Senin, 12 Agustus 2019

Cara Mencegah Kekambuhan Depresi (MBCT Workshop Batch #5)


Oleh Duddy Fachrudin

Penggunaan mindfulness sebagai pendekatan intervensi psikologi berkembang pesat selama dua dekade terakhir. Hal ini tercermin dari jumlah publikasi ilmiah yang terdata oleh American Mindfulness Research Association (AMRA) dari Web of Science (WoS) yang mencapai 5000 publikasi (1980-2018)[1]. Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) menjadi pelopor intervensi berbasis mindfulness yang dikembangkan sejak tahun 1979 di Klinik Reduksi Stres di Fakultas Kedokteran Universitas Massachusetts. Tujuan dari MBSR sendiri adalah membantu orang-orang yang mengalami stres, kecemasan, depresi, dan rasa nyeri[2].

Seiring dengan hasil yang signifikan, MBSR kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam intervensi berbasis mindfulness lainnya. Berawal dari konsep metacognitive awareness yang dikembangkan Barnard dan Teasdale[3], Segal dan Williams kemudian mengajukan Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT) yang bertujuan mencegah kekambuhan depresi dan stres emosional lainnya[3][4][5]. Kolaborasi dan sinergi MBSR dan Cognitive Therapy ini juga suatu bentuk generasi kedua dari terapi berbasis penerimaan, Acceptance and Commitment Therapy.

World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah penderita depresi mengalami kenaikan sebesar 18% sejak tahun 2005 hingga 2015. Setidaknya, ada 300 juta orang di dunia ini yang mengalami gangguan depresi[6]. Angka ini tentu mengkhawatirkan karena berpotensi semakin naik jika tidak ada upaya dan strategi baru, khususnya intervensi psikologi untuk menangani depresi. Intervensi MBCT bisa menjadi alternatif dari pendekatan Cognitive Behavior Therapy (CBT) murni yang bisa digunakan oleh para profesional healthcare seperti psikolog dan dokter dalam menangani klien atau pasien-pasiennya.

Workshop MBCT mengakomodir dan memfasilitasi profesional healthcare yang tertarik mempelajari mindfulness sebagai bentuk intervensi psikologi yang dikolaborasikan dengan terapi kognitif. Total waktu pembelajaran tatap muka selama 13 jam (2 hari) menjadi bekal awal mengenal, memahami sesi dan cara kerja MBCT. Workshop ini juga memfasilitasi keterampilan mindfulness dan CBT, serta bagaimana memberikan MBCT kepada klien atau pasien.

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>  

Referensi:
[1] https://goamra.org/resources/
[2] https://en.wikipedia.org/wiki/Mindfulness-based_stress_reduction
[3] https://en.wikipedia.org/wiki/Mindfulness-based_cognitive_therapy
[4] Teasdale, J., Williams, M., & Segal, Z. The Mindful Way Workbook: An 8-Week Program to Free Yourself from Depression and Emotional Distress. New York: The Guilford Press 2014.
[5] Sipe, WEB., & Eisendrath, SJ. Mindfulness-based cognitive therapy: Theory and practice. The Canadian Journal of Psychiatry 2012; 57(2): 63-69.
[6] https://www.who.int/news-room/detail/30-03-2017--depression-let-s-talk-says-who-as-depression-tops-list-of-causes-of-ill-health

Rabu, 31 Juli 2019

Obat Depresi: Menerima dan Membuatnya Merasa Berharga


Oleh Nita Fahri Fitria

Pernahkah kita merasa berada dalam keramaian tapi tetap terasa sepi? Bagi sebagian orang, hal ini mungkin saja sesuatu yang asing. Bagaimana bisa merasa sepi di tengah hiruk pikuk manusia?

Tapi, sejatinya kondisi ini banyak dialami oleh beberapa orang di sekitar kita. Mungkin dia adalah adik, kakak, teman, atau bahkan pasangan kita. Dan kita sering kali tidak menyadari kehadiran orang-orang yang kerap merasa kesepian ini meski saat kita ada di sisinya. Bagaiamana bisa?

Perasaan kesepian adalah bagian dari dimensi depresi. Dan orang-orang yang menghadapi depresi ini kerap tidak muncul di permukaan, sehingga mereka tetap tampil sebagai orang biasa yang seolah tak punya masalah.

Mereka bisa jadi sangat bersinar, digandrungi banyak orang, tapi mereka memiliki satu ruang hampa dalam dirinya. Sebuah ruang mirip sumur, dalam, gelap, sepi, dan tak ada yang tahu seberapa dalamnyanya. 

Ada di antara bingar, tapi hanya bisa berdialog dengan pikiran dan rasa yang jauh terkungkung dingin dan gelapnya sumur. 

Hendaknya kita lebih mahfum dengan berita-berita seputar selebriti papan atas yang secara mengejutkan mengakhiri hidupnya sendiri di tengah puncak popularitas. Yang tidak lain didorong oleh kondisi depresi yang dialami selama bertahun-tahun.

Penghujung tahun 2017, seorang idol kenamaan Korea menghembuskan nafas terakhirnya setelah menghirup karbon monoksida di sebuah kamar. Tentu publik tercengang, karena idol satu ini tengah bersinar. Sekali ia muncul dipublik, maka jutaan fans akan berjerit memanggil namanya, “Saranghaeo Oppa”. 

Rupanya, jutaan ungkapan cinta itu tidak cukup membuatnya merasa dicintai dan berharga. Ia tidak merasa cukup berharga untuk terus tampil di publik, begitu ujarnya pada sang sahabat. 

Sepeninggal sang idol, publik teringat pada salah satu lagu penyanyi bernama Lee Hi yang rupanya ditulis oleh sang Idol, berjudul “Breath”.

Liriknya begitu dalam, mengisahkan seseorang yang berjuang meregulasi berbagai rasa yang ada. Dalam lirik tersebut, penulis berkata pada dirinya sendiri untuk menarik nafas panjang saat merasa lelah, untuk mengucapkan "tidak apa-apa" saat melakukan kesalahan, dan kalimat pamungkasnya: you did a great job

Bayangkan, ia menulis itu untuk dirinya sendiri sebagai sebuah proyeksi atas kehampaan yang ia rasa atas segala pencapaian yang dipunya. Kondisi ini bisa jadi tidak disadari oleh orang-orang di sekelilingnya.

Maka mulai sekarang, mari kita lebih peka terhadap orang-orang terkasih di samping kita. Tunjukkan perhatian penuh ketulusan, dan menahan diri untuk mengomentari hal negatif di dalam dirinya. 

Memberikan saran ada adab dan ada waktunya. Jangan sampai komentar kita malah kemudian menjatuhkan percaya dirinya, karena itu disampaikan saat ia benar-benar dalam kondisi psikologis yang buruk, sehingga betul-betul ia hayati sebagai sebuah kehampaan. 

Tidak lupa, apresisasi sederhana atas apapun yang dilakukan oleh orang terkasih amatlah perlu kita biasakan. Memberikan apresiasi dan menerima kekurangannya akan membuat ia merasa berharga dan punya lebih dari cukup alasan untuk “tetap hidup”. 

Sumber gambar:

Selasa, 19 Desember 2017

Seandainya Kim Jong-hyun Suka Mendaki Gunung Seperti Gie...

Jong-hyun dalam video klip "Lonely"

Oleh Duddy Fachrudin

Mungkin bunuh diri itu tak akan terjadi. Dan fans K-Pop, khususnya Oppa Jong-hyun tetap menikmati karya-karyanya. Mungkin.. jika Kim Jong-hyun menjadi seorang Soe Hoek Gie, ia juga tidak akan kesepian seperti ungkapannya dalam lagunya:

Baby I’m so lonely so lonely
Baby I’m so lonely so lonely
Sayang aku sangat kesepian sangat kesepian
나도 혼자 있는 것만 같아요
Nado honja issneun geosman gatayo
Aku merasa seolah aku sendiri
그래도 너에게 티 내기 싫어
Geuraedo neoege ti naegi silheo
Aku tak ingin kau mengetahuinya
나는 혼자 참는 게 더 익숙해
Naneun honja chamneun ge deo iksukhae
Aku sudah terbiasa memendamnya



Pada masanya, Soe Hoek Gie boleh dibilang setenar Jong-hyun, namun dalam domain yang berbeda. Gie terkenal karena ia seorang aktivis yang vokal terhadap situasi politik dan sosial yang terjadi di Indonesia pada periode 1960-an serta seorang pecinta alam yang sering mendaki gunung. Sementara vokalis SHINee tersebut seorang bintang K-Pop di era milenial. Selain tenar, keduanya memiliki persamaan, yaitu sama-sama meninggal di bulan Desember karena menghisap gas. Gie meninggal pada 16 Desember 1969 karena terlambat turun dari puncak Mahameru dan menghisap gas beracun dari kawah Semeru, sementara Jong-hyun menghirup karbon monoksida hasil dari pembakaran briket batubara pada 18 Desember 2017 di apartemen yang disewanya.

Keputusan Jong-hyun untuk meninggal dengan bunuh diri tidak terlepas dari depresi yang dialaminya. Penyakit tak kasat mata ini ibarat monster pembunuh yang diam-diam mengintai penderitanya untuk akhirnya melakukan bunuh diri. Para artis lain seperti Chester Bennington dan Robin Williams pun menjadi korbannya. Maka tidak heran jika depresi, di masa ini hingga di masa depan menjadi salah satu dari 3 penyakit yang mematikan yang ada di dunia.

Namun, tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Artinya depresi pun dapat disembuhkan. Pada tahap awal penderita perlu mengenali gejala-gejala depresi seperti perasaan-perasaan tidak berharga, merasa bersalah yang berlebihan, pikiran-pikiran tidak layak hidup atau gagal dalam kehidupan, merasa sendiri, menjauh dari lingkungan sosial, sering kelelahan, sulit tidur/ insomnia, sedih dan murung berlarut-larut, hingga adanya percobaan bunuh diri. Psikolog atau dokter dapat membantu penderita untuk mengenali gejala-gejala tersebut.

Pada tahap berikutnya, penderita dapat belajar mengelola gejala-gejala tersebut agar tidak menjadi depresi. Banyak cara efektif yang bisa dilakukan, seperti halnya Dialectical Behavior Therapy (DBT), Cognitive Behavior Therapy (CBT), mindfulness, gabungan mindfulness dan CBT atau biasa disebut Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT), terapi yang melibatkan movement yaitu tai chi dan yoga juga efektif menangani depresi. Bahkan berjalan kaki pun dapat mengurangi depresi. Dengan tubuh kita bergerak maka energi pun ikut mengalir. Itulah mengapa jika kita merasa tidak nyaman dengan pikiran maupun emosi tertentu, berpindahlah, bergeraklah.

Dari aspek psikofisiologi, gerak dapat dikaitkan dengan produksi dopamin dan teraktivasinya sistem saraf otonom. Basal ganglia yang di dalamnya terdapat globus palidus, nukleus kaudatus, dan putamen, serta arkhistriatum sebagai bagian otak yang mengontrol dan menata gerakan mendapat sinyal dari area motorik dan mengirimkannya ke talamus lalu dari talamus dihantarkan ke korteks otak dan serebrum. Gerakan yang tertata hasilkan koordinasi yang indah. Malah, meskipun pada akhirnya seseorang merasa lelah karena bergerak, namun dibalik kelelahan itu semburat cinta endorfin dan oksitosin menenangkan tubuh dan pikiran.

Maka dengan naik gunung atau treking sesungguhnya dapat mencegah atau mengobati depresi. Dalam setiap langkah kaki yang menghujam mengalirlah segala pilu yang selama ini terpaku dalam pikiran. Sementara keindahan alam menjadi penampakan yang meruntuhkan segala kesedihan maupun ketidakberhargaan diri. Karena takjub, syukur pun melantun memenuhi kalbu dan cahaya kelembutan-Nya menyentuh relung jiwa. Canda tawa teman-teman sependakian menghadirkan makna mengenai hidup yang perlu dinikmati meski kadang dalam perjalanannya terasa berat karena beban ransel di punggung menggoyahkan keseimbangan. Full catastrophe living, begitu kata John Kabat-Zinn, segala penderitaan pasti hadir, namun kita tidak menyerah, melainkan mengalir bersama penderitaan itu hingga akhirnya hidup ini terasa menakjubkan.

Maka jika kau merasa kesepian, jelajahi dunia ini, menyatulah dengan perjalananmu, dan nikmatilah hingga akhirnya kau menemukan laguna yang indah.

Selamat jalan Oppa Jong-hyun.

Sumber gambar:
https://twitter.com/forever_shinee/status/856444299788955648

Jumat, 06 Oktober 2017

Bangkit dari Depresi Setelah Membaca Cerita Ini


Oleh Duddy Fachrudin

Depresi oh depresi. Gangguan ini diperkirakan menjadi penyakit yang mematikan setelah penyakit jantung di tahun 2020. Berita-berita saat ini menunjukkan penderita depresi yang memutuskan bunuh diri. Mulai dari artis hingga remaja biasa. Mulai Robin Williams, Chester Bennington, hingga saat ini yang menjadi trending yaitu seorang remaja putri yang bunuh diri di atas rel kereta kereta api di Cibinong, Bogor. “Aku merasa tidak ada artinya,” begitu salah satu statusnya di media sosial sebelum ia bunuh diri.

Menjelang Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober, kita perlu melakukan refleksi atau bahkan mendesain ulang kebutuhan hidup kita. Jika saat ini kebutuhan hidup kita berkisar pada kebutuhan dasar seperti makan, minum, lalu kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, Kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan belajar dan mengaktualisasikan diri, maka sudah sepatutnya kita menambahkan satu kebutuhan penting dalam hidup. Kebutuhan tersebut yakni kesehatan mental (mental health).

Maka cerita inspiratif dari dunia One Piece karangan sensei Oda yang diambil dari buku “10 Pesan Tersembunyi & 1 Wasiat Rahasia” ini dapat menjadi asupan dan nutrisi akan kebutuhan kesehatan mental. Khususnya terhindar dan terlepas dari jeratan depresi:

Cerita inspiratif dari Nico Robin, salah satu karakter dalam One Piece

Dengar baik-baik Robin... Mungkin sekarang kau sendirian. Tapi, kelak... Kau pasti akan bertemu teman! Laut sangat luas... Kelak kau pasti akan bertemu! Teman-teman yang akan melindungimu. TIDAK ADA SEORANG PUN DI DUNIA INI YANG DILAHIRKAN BENAR-BENAR SENDIRIAN!
(Haguar D. Sauro kepada Robin di Pulau Ohara)

Nico Robin dianggap wanita iblis yang dapat menghancurkan dunia oleh Angkatan Laut. Oleh karena itu ia berada dalam daftar buruan sejak umurnya 8 tahun sebesar 79 juta Berry. Untuk bisa mempertahankan hidupnya, ia harus masuk berbagai organisasi, namun setiap organisasi yang ia masuki hancur kecuali dirinya. Sejak kecil Robin dianggap pembawa sial dan monster oleh penduduk pulau Ohara, padahal ia hanya seorang bocah yang memiliki minat terhadap buku dan arkeologi. 

Robin memiliki impian untuk mengungkap poneglyph yang bisa menceritakan sejarah yang sebenarnya. Namun, gara-gara label “wanita iblis”, “pembawa sial”, dan “monster” yang ia terima sejak kecil, masyarakat dunia menjauhinya. Ia tidak memiliki teman yang bisa diajak berbagi dan berjuang bersama-sama mewujudkan impiannya. Satu-satunya yang bisa mengerti dirinya adalah ibunya dan para sarjana Arkeolog Ohara. Namun, setelah pemerintah dunia menghancurkan Pulau Ohara, ia benar-benar tidak memiliki siapapun. 

Robin menerima banyak penolakan atas eksistensinya. Keberadaan dirinya sudah seperti kejahatan bagi masyarakat dunia. Dan ketika di Enies Lobby, ia sudah pasrah dengan kehidupan, yang ia inginkan hanya kematian meskipun Luffy dan kawan-kawannya berusaha membebaskannya dari CP 9. Hal itu terjadi akibat penolakan-penolakan yang ia terima, sehingga ia merasa sebagai beban dan pembawa sial jika bergabung bersama Bajak Laut Topi Jerami. Meskipun begitu, dalam hatinya sangat bahagia bersama sahabat-sahabatnya yang bisa menerima dirinya. 

Saat Robin sudah pasrah akan kematian, Luffy berkata, “Robin!!! Aku belum mendengarnya langsung darimu. Katakan, AKU INGIN HIDUP!!!”. 

Robin tergetar hatinya, matanya memancarkan air mata. Di saat orang-orang mengatakan ia tidak pantas untuk hidup, Luffy mengatakan sebaliknya. Di saat penduduk dunia menolak keberadaannya, Luffy dan teman-temannya menerima dan mendukung impian-impiannya. Ia bahagia... ia sangat bahagia mendengarnya, namun ia dalam posisi yang sangat sulit. Jika ia bergabung dengan Bajak Laut Topi Jerami, keselamatan teman-temannya terancam. 

Keheningan melanda Enies Lobby. Luffy menunggu jawaban dari Robin. Akhirnya Robin berkata, “Kalau sekarang aku dijinkan untuk mengatakan harapanku... Aku... AKU INGIN HIDUP! Bawa aku ke laut bersama kalian!”

Cek pelatihan mindfulness terbaru di sini >>>


Referensi:
Fachrudin, D. (2011). 10 pesan tersembunyi & 1 wasiat rahasia. Solo: Metagraf.

Sumber gambar:
https://imgflip.com/i/1fcowy